Ceramah Master Cheng Yen: Menyerap Esensi Dharma ke Dalam Hati


“Tahun ini, Kompleks Tzu Chi Banqiao telah berdiri 18 tahun. Selama 18 tahun ini, selain tim konsumsi dan relawan daur ulang, juga ada sekelompok Bodhisatwa yang diam-diam membersihkan Kompleks Tzu Chi Banqiao. Pagi hari, mereka menyapu seluruh halaman kompleks dengan sapu. Baik cuaca dingin maupun panas, mereka tidak pernah berkeluh kesah. Mereka hanya terus menyapu. Warga sekitar yang datang untuk berolahraga juga tersentuh oleh relawan kita. Saat datang untuk berolahraga, mereka berkata kepada relawan kita bahwa mereka juga ingin membantu menyapu. Jadi, kita menjaga kerukunan dengan warga sekitar dan semua orang bagaikan satu keluarga,”
kata Chen Huo-quan relawan Tzu Chi.

“Pada tahun 2001, ayah saya tiba-tiba meninggal dunia. Saat itu, saya baru menyadari ketidakkekalan. Setelah itu, saya sering pergi ke titik daur ulang komunitas untuk melakukan daur ulang. Saat itu, ada yang mengajari kami memilah kantong plastik. Master pernah berkata bahwa sesuatu yang enggan dilakukan oleh orang lain, kita makin perlu melakukannya. Saya ingin melaporkan kepada Master bahwa dari bulan Juli tahun lalu hingga bulan Agustus tahun ini, kita telah mengumpulkan 19.644 kilogram kantong plastik. Rata-rata, kita telah mengurangi sekitar 1.637 kilogram sampah plastik setiap bulan,” kata Su Ling-yu relawan Tzu Chi.

Kalian adalah anggota Tzu Cheng dan komite senior yang telah bergabung puluhan tahun di Tzu Chi. Berhubung telah sangat senior, maka ada banyak hal yang bisa kalian bagikan. Yang lebih saya khawatirkan ialah kalian melupakannya. Saya ingin kembali mengingatkan kalian bahwa kita boleh melupakan hal lain, tetapi tidak boleh melupakan Jalan Tzu Chi dan sejarah kehidupan kita.

Setiap hari, saya berkata pada diri sendiri bahwa kehidupan saya sekarang sangat bernilai karena dapat terlahir di alam manusia dan mengenal Dharma. Yang lebih beruntung lagi, saya dapat bertemu dengan para Bodhisatta dunia. Saat saya menyebut kalian "Bodhisatwa", itu bukanlah sekadar pujian. Selama berbagai kehidupan lampau, kita telah berhimpun dan memiliki jalinan jodoh untuk bersumbangsih bersama bagi dunia. Jalinan jodoh ini terus terakumulasi hingga matang di kehidupan sekarang. Sesungguhnya, sejauh dan seluas apakah jodoh yang telah kita jalin? Perpaduan berbagai sebab dan kondisi tidaklah mudah. Yang membuat saya makin bersyukur ialah pementasan adaptasi Sutra yang kalian bagikan hari ini.


Dharma sangatlah luas. Lebih dari 60 tahun yang lalu, saya mulai menyelami ajaran Buddha. Dharma bagaikan lautan yang luas. Saya menyelami lautan Dharma yang sangat luas. Saat itu, saya belum mulai menjalankan Tzu Chi. Karena itu, hati saya sangat tenang dan dapat berfokus menyelami Sutra. Jadi, di tengah lautan Dharma yang luas, saya mendapati Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan inti sari dari Sutra Teratai. Selama puluhan tahun ini, kita menapaki Jalan Tzu Chi yang dibentangkan dengan Sutra Makna Tanpa Batas. Setiap hari, insan Tzu Chi berpegang pada Sutra Makna Tanpa Batas.

“Suatu kali, dalam latihan bab Sifat Luhur, seorang warga bertanya, ‘Latihan apa ini? Apa arti gerakan kalian? Apakah arti dari kalimat kepala, mata, sumsum tulang, otak, semuanya bisa disumbangkan'?’ Belakangan, kami baru tahu bahwa dia benar-benar tidak mengerti. Para insan Tzu Chi tahu bahwa Master menggalakkan donor sumsum tulang dan program Silent Mentor sehingga kita dapat mempraktikkan ajaran Buddha pada lebih dari 2.500 tahun lalu di zaman sekarang. Karena itu, kita mengundangnya untuk mengikuti kegiatan bedah buku daring kita. Ini merupakan pelatihan diri dan kegiatan besar,” kata Chen Yi-jun relawan Tzu Chi.

“Saya masih ingat saat baru mulai belajar, saya sangat tidak suka orang lain menyentuh saya untuk mengoreksi gerakan saya. Saya heran mengapa mereka harus menyentuh saya. Namun, kini saat melihat Bodhisatwa lansia yang gerakannya salah, saya pun secara refleks mengoreksi gerakan mereka. Suatu kali, seorang Bodhisatwa lansia berkata, ‘Maaf, tangan saya pernah terluka sehingga tidak dapat diluruskan.’ Saat itu, saya merasa sangat malu,” lanjut Chen Yi-jun.

“Di bagian saya, partisipan termuda berusia 64 tahun, sedangkan yang tertua berusia 80 tahun. Saat melihat mereka, saya berikrar untuk menjadi mitra yang lembut bagi mereka. Saya akan memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung,” pungkas Chen Yi-jun Relawan Tzu Chi.


Sutra Makna Tanpa Batas merupakan pedoman dalam kehidupan kita dan Jalan Bodhisatwa. Pelajarilah Sutra ini dengan sungguh-sungguh. Kita mempersembahkan pementasan adaptasi Sutra dengan Sutra ini. Kita harus terlebih dahulu menginspirasi orang-orang dan membuka pintu bagi mereka. Kita telah merencanakan pementasan adaptasi Sutra berikutnya di Taipei. Saya selalu berkata bahwa kita harus bersungguh hati.

Saya juga berpesan kepada Da Ai TV bahwa pementasan adaptasi Sutra kali ini harus disebarkan ke seluruh dunia. Dengan kemajuan teknologi sekarang, orang-orang bisa menontonnya jika kita menyiarkannya. Dharma bagaikan air yang membasahi bumi. Namun, zaman sekarang, orang-orang bukan hanya butuh air. Orang-orang bukan hanya haus, melainkan sakit berat. Karena itu, dibutuhkan sumsum atau esensi Dharma.

Untuk mengekstrak sumsum dari air Dharma, kita harus bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Selain menjalani pengambilan sampel darah untuk data donor sumsum tulang, jika ada calon resipien yang cocok, kita juga menyumbangkan sumsum tulang dengan berani. Kini, kita semua tahu bahwa yang disumbangkan bukanlah sumsum dari tulang belakang, melainkan sel punca.

Bodhisatwa sekalian, teknologi telah mengalami kemajuan pesat. Untuk mengajak orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa, kita juga memanfaatkan kemajuan teknologi. Asalkan ada banyak orang yang bersungguh hati, kita akan memiliki kekuatan. Jadi, hanya mengerahkan tenaga tidaklah cukup. Kita harus menginspirasi lebih banyak orang. Makin banyak orang yang terinspirasi, makin besar pula kekuatan kita. Jadi, dengan menginspirasi lebih banyak orang, ketulusan kita juga akan meningkat.


Pementasan adaptasi Sutra kita selalu diawali dengan "Gatha Pendupaan". Dalam "Gatha Pendupaan" dikatakan bahwa dibutuhkan ketulusan yang mendalam agar para Buddha menampakkan diri-Nya. Jadi, kita harus tulus. Dharma sangatlah dalam dan menakjubkan. Dengan hati yang tulus, barulah kita dapat menyatu dengan Dharma yang menakjubkan ini. Jika tidak, meski mendengar banyak Dharma, kita hanya akan menganggapnya angin lalu. Yang penting, kita harus menyerap esensi Dharma ke dalam hati.

Saya berharap setiap orang dapat bersungguh hati. Perbandingan antara jumlah insan Tzu Chi dan populasi dunia bagaikan seekor semut dan Gunung Sumeru. Kita bagaikan seekor semut, sedangkan populasi dunia begitu banyak. Kekuatan apa yang dapat kita gunakan untuk mengimbau dan menginspirasi orang-orang? Kita harus mengerahkan segenap hati dan tenaga kita. Setelah mempelajari Dharma yang dalam dan menakjubkan, kita harus segera mempraktikkannya.

Tzu Chi memiliki empat misi, yaitu misi amal, kesehatan, pendidikan, budaya humanis. Kita harus terus menyebarkan budaya humanis Tzu Chi agar orang-orang dapat melihat ketulusan. Organisasi kita penuh dengan kebajikan. Semua orang berhimpun untuk menunjukkan keindahan, kebenaran, dan ketulusan bagi dunia ini. Inilah berkah yang kita ciptakan di kehidupan sekarang. Jadi, kita harus menginventarisasi kehidupan kita serta menggenggam jalinan jodoh dan bersungguh hati menyebarkan esensi Dharma.    

Menyerap esensi Dharma ke dalam hati
Berhimpun di kehidupan sekarang berkat jalinan jodoh dari berbagai kehidupan lampau
Bodhisatwa bersumbangsih secara luas untuk membina berkah dan kebijaksanaan
Membawa manfaat bagi dunia dengan kebenaran, ketulusan, keindahan, dan kebajikan  

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 September 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 14 September 2023
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -