Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Dunia dengan Sukacita dalam Dharma

Dalam perjalanan kali ini, saya singgah di Miaoli. Di kebun teh, saya melihat banyak relawan Tzu Chi. Di kantor Tzu Chi setempat saya juga melihat banyak relawan Tzu Chi. Relawan Tzu Chi dari wilayah Taiwan Tengah juga datang dengan melintasi kabupaten dan kecamatan untuk membantu memasang paving block. Kita memiliki tempat pelatihan yang tenang di tengah kota yang ramai. Indah sekali.

Berjalan di Kompleks Tzu Chi, saya melihat pohon-pohon yang sehat. Tempat ini merupakan tempat pendidikan, terutama dalam bidang yang kini menjadi perhatian di dunia, yaitu pelestarian lingkungan. Di balik pelestarian lingkungan, terkandung nilai yang dalam. Pelestarian lingkungan sangat erat kaitannya dengan geografi dan astronomi.

Misi pelestarian lingkungan kita termasuk dalam misi budaya humanis. Di masa-masa awal, saat saya mengelompokkan Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma, pelestarian lingkungan masuk dalam misi budaya humanis. Ada orang bertanya, "Master, mengapa bedanya jauh sekali? Budaya humanis begitu anggun. Mengapa pelestarian lingkungan masuk ke dalam misi budaya humanis?"


Saya menjawab, "Makna di balik pelestarian lingkungan sangat dalam. Pelestarian lingkungan sangat erat kaitannya dengan berbagai bidang pengetahuan. Jadi, misi ini tak boleh diabaikan. Ya, perubahan iklim saat ini sangat mengkhawatirkan. Sungguh, setiap hari saya sangat khawatir. Setiap hari saya selalu mengamati dunia ini.”

Saya ingin menyampaikan kepada kalian bahwa kalian hendaknya menyaksikan Da Ai TV setiap hari. Lewat lensa kamera Da Ai TV, kita bisa melihat kondisi yang terjadi di dunia. Semuanya adalah kenyataan. Dengan demikian, setiap hari kita dapat membangkitkan cinta kasih. Insan Tzu Chi menolong orang-orang yang menderita di berbagai tempat dan negara. Bodhisatwa sekalian, mereka juga merupakan anggota keluarga kita karena Tzu Chi menganggap seluruh dunia sebagai satu keluarga besar.

Perjalanan Tzu Chi telah memasuki tahun ke-54 tahun ini. Mengenang perjalanan ini, saya memikirkan kehidupan saya. Kehidupan ada di antara kelahiran dan kematian. Saya sering berkata bahwa kita tak dapat mengontrol kelahiran kita, juga tak dapat mengontrol usia tua. Segala proses terus berjalan setiap hari. Yang paling saya rasakan ialah usia tua dan penyakit tak dapat dihindari. Pada akhirnya, kita akan tiba pada kematian. Ini adalah hukum alam yang tak dapat kita kendalikan. Namun, di dalam prosesnya, kita dapat menentukan makna dan nilai kehidupan yang patut dikenang. Semakin mengenang masa lalu, kita dapat semakin menghargai saat ini. Selain menghargai saat ini, kita juga mengerahkan usaha untuk masa depan.

 

Banyak orang berdatangan dan berikrar kepada saya, "Master, saya pasti akan terus bersumbangsih hingga hembusan napas terakhir." Ya, mereka sangat penuh berkah. Termasuk saya. Saya juga berharap dapat terus membabarkan Dharma sampai napas terakhir. Merupakan suatu kebijaksanaan jika kita dapat berikrar, menjalankan Dharma, dan mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Kita mendatangi tempat yang penuh penderitaan dan bersumbangsih di sana. Melihat orang-orang di sana dapat mengubah kehidupan mereka dan berbahagia, kita pun bersukacita dalam Dharma. Inilah tujuan kita.

Dari kehidupan ke kehidupan, kita terus saling membimbing dan mendukung. Sesama insan Tzu Chi, selamanya kita saling membimbing dan menginspirasi dengan harapan dapat menyucikan dunia ini. Inilah masa depan kita.

Untuk melakukan perjalanan kali ini, saya harus sangat berusaha. Untuk berbicara, saya juga harus mengerahkan tenaga. Namun, saya harus menggenggam waktu. Saya menganggap setiap hari sebagai hari terakhir saya. Saya tetap harus berbicara dengan jelas. Saya berharap semua orang menggenggam kehidupan kita yang berharga ini. Saat pikiran dan tubuh masih sehat, kita harus memanfaatkannya untuk meningkatkan nilai kehidupan kita. Inilah jiwa kebijaksanaan. Dengan adanya jiwa kebijaksanaan, barulah kita dapat menentukan arah masa depan kita. Inilah jalinan jodoh. Kini kita harus menanam benih sebab dan sungguh-sungguh menjalin jodoh baik agar kelak kita dapat memiliki jalinan jodoh untuk berjalan di Jalan Agung. Saya berharap semua orang memahami hal ini.

 

Mendengar kalian terus mengikuti ceramah saya, saya merasa sangat gembira. Semoga semua orang tekun dan bersemangat. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran; mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Jalan Bodhisatwa dipraktikkan di dunia ini. Di dunia ini, kita mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Di tengah umat manusia di dunia, kita mengembangkan cinta kasih. Kita harus melangkah dengan mantap dan sungguh-sungguh di Jalan Bodhisatwa. Dengan satu hati, kita memperluas jalan ini dan membentangkannya lewat praktik nyata. Inilah yang terpenting.

Sesama saudara se-Dharma hendaknya saling bersyukur dan saling menjaga. Inilah bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan. Tentu, vegetarisme harus terus disebarkan untuk meredam polusi udara dan pencemaran tanah. Akibat permintaan daging oleh manusia, peternakan bertambah banyak. Ini membuat udara semakin tercemar. Jadi, usahakanlah untuk bervegetaris.

Tanaman pangan sangat menyehatkan dan baik untuk tubuh. Jadi, kita harus memupuk kebiasaan baik dan mengembangkan cinta kasih. Kita harus bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian, menciptakan berkah bersama. Kita bersuara untuk menyebarkan Dharma, bukan untuk bertikai atau berseteru. Janganlah kita bertikai. Jagalah keharmonisan. Antarsesama, hendaknya saling memuji dan saling mendukung.

Mengerti? (Mengerti)

Baik. Terima kasih.

Antarsaudara se-Dharma harus saling memperhatikan. Bimbinglah lebih banyak anak muda. Menjaga para lansia juga sangat baik. Kita harus saling mendukung. Terima kasih, semuanya. Semoga kalian terus mengembangkan berkah dan kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa sehingga keduanya tumbuh bersamaan. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Pelestarian lingkungan termasuk dalam misi budaya humanis Tzu Chi
Kantor Tzu Chi di Miaoli tetap tenang di tengah keramaian
Mengembangkan ikrar di Jalan Bodhisatwa
Saling membimbing demi menumbuhkan berkah dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Juli 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 21 Juli 2019

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -