Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati dan Membawa Manfaat bagi Dunia
“Saya selalu berkata kepada Master, ‘Master, jika tidak menjalankan Tzu Chi, berinteraksi dengan orang sangatlah mudah. Berhubung menjalankan Tzu Chi, itu menjadi sangat sulit karena harus menaati berbagai tata krama Tzu Chi.’ Master lalu berkata pada saya, ‘Mungkin mudah untuk berinteraksi dengan orang jika tidak menjalankan Tzu Chi. Namun, dengan menjalankan Tzu Chi, kita bisa menjadi orang yang baik’,” kata Ji Jing Yang, relawan Tzu Chi.
“Aksara Mandarin ‘orang’ terdiri atas dua guratan. Jika kedua guratan ini tidak bersentuhan, kehidupan kita akan menjadi kacau balau. Di Tzu Chi, kita belajar untuk menjadi orang yang baik. Jadi, kehidupan kita sangat bermakna. Mari berikan tepuk tangan untuk diri sendiri,” pungkas Ji Jing Yang.
“Saya tidak ingat pasti itu berapa tahun yang lalu. Saat itu, seorang relawan Tzu Chi memberi tahu saya bahwa di Hualien ada seorang Master yang ingin membangun rumah sakit. Sejak saat itulah saya bergabung dan hingga kini, tekad saya tidak pernah mundur. Saya sangat bersyukur kepada Master yang memberi saya jalinan jodoh dan kesempatan ini. Saya akan lebih bekerja keras dan bersungguh hati,” kata Lu Wen-ying, relawan Tzu Chi.
“Master, saya Jing Rang. Nomor komite saya 366. Kini, saya masih mengumpulkan donasi. Putri sayalah yang membantu saya,” kata Guo Mei-e, relawan Tzu Chi.
Luar biasa, putrimu sangat berbakti. Teruskanlah estafet ini.
“Dengan hati penuh rasa hormat, saya berikrar untuk mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan. Semoga di kehidupan berikutnya, saya bisa lebih awal bertemu dengan Master dan tidak perlu menunggu hingga usia 32 tahun,” kata Chu Fang-lan, relawan Tzu Chi.

Setiap hari, saya berkata pada diri sendiri bahwa dengan melewati satu hari, berarti kehidupan saya bertambah satu hari, bukan berkurang satu hari. Ini karena setiap hari, saya mendengar sekelompok Bodhisatwa mengenang masa lalu. Setiap orang menginventarisasi kehidupan masing-masing. Saya bisa merasakan ketulusan orang-orang. Ini mengingatkan saya akan niat awal saya untuk menyucikan hati manusia.
Kini, kalian terus menyebarkan tetes demi tetes air Dharma. Tahukah kalian bahwa semua yang kalian ucapkan ialah Dharma? Kalian bukan bergunjing, melainkan menyebarkan Dharma. Ucapan kalian bagaikan tetes demi tetes air Dharma yang masuk ke dalam hati saya. Sungguh, saya telah menyaksikan setiap murid saya mendengar Dharma, bertindak sesuai Dharma, dan menapaki jalan kebenaran untuk menyebarkan Dharma.
Karena itu, melihat kalian di sini, saya ingin memberi tahu kalian untuk tidak menyerah pada usia. Jika menyerah pada usia, berarti kita sudah kalah pada permulaan. Jangan menyerah pada usia. Namun, kita juga tidak boleh angkuh. Kita harus mengecilkan ego dan menyucikan hati sendiri.
“Saya sangat bersyukur kepada Master yang membuat kehidupan saya menjadi cemerlang. Jika tidak bergabung dengan Tzu Chi, saya tidak akan sebahagia ini. Pada usia 80-an tahun ini, saya mungkin berada di rumah dan berkeluh kesah tentang kesulitan hidup saya dahulu dan kondisi kehidupan saya sekarang,” kata Pan Liao Ye, relawan Tzu Chi.
“Berhubung bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa bahwa penderitaan yang saya alami tidak sia-sia. Ini membuat saya mengerti bahwa kehidupan penuh penderitaan dan saya harus berubah. Karena itulah, saya sungguh-sungguh bersumbangsih. Jadi, saya sangat bersyukur dapat bertemu dengan Master di kehidupan sekarang,” lanjut Pan Liao Ye.
“Tidak mudah untuk membalas budi luhur Master. Seumur hidup ini, saya akan tekun menjalankan ajaran Master karena sulit bagi saya untuk membalas budi Master. Saya merasa bahwa Master telah memberi saya kehidupan baru. Karena itu, saya terus mengingat kebaikan Master. Saya sangat bersyukur kepada Master. Saya pasti akan sungguh-sungguh menjalankan Tzu Chi hingga napas terakhir. Terima kasih, Master,” pungkas Pan Liao Ye.
“Saya sungguh bersyukur kepada Master. Tanpa Master, saya tidak akan bisa menghirup keharuman Dharma setiap pagi, belajar untuk menjadi orang yang baik, dan mengembangkan kebijaksanaan. Master, saya punya satu permintaan. Mohon Master terus mendampingi kami menapaki jalan menuju kebuddhaan. Inilah harapan terbesar saya,” kata Qiu Shi Xia-zi, relawan Tzu Chi.

Jalan Tzu Chi ialah arah kita. Saat kalian teringat akan saya, saya selalu bersama kalian. Kalian juga selalu bersama saya. Jalan ini harus kita tapaki hingga selamanya dari kehidupan ke kehidupan. Jika tidak, saat saya kembali di kehidupan mendatang, saya akan sangat kesepian. Saya tetap membutuhkan kelompok Bodhisatwa dan memiliki ikrar yang tak berujung. Kalian juga hendaknya memiliki ikrar yang tak berujung dan melakukan hal yang benar.
Saya pernah memberi tahu kalian bahwa Buddha selalu ada dalam hati saya karena hati dan pikiran saya selalu sangat jernih. Inilah yang disebut menjernihkan hati dan melihat hakikat sejati. Dengan hati yang jernih tanpa kegelapan batin, kapan pun noda dan kegelapan batin terbangkitkan, kita dapat menerima, memahami, menjernihkan, dan mengubahnya menjadi kekuatan.
Dunia ini memang penuh kekeruhan. Buddha datang ke dunia ini demi menyucikan dunia. Buddha terjun ke tengah masyarakat demi mengajarkan praktik Bodhisatwa. Saya selalu berkata pada diri sendiri, "Bukankah saya ingin meneladan Buddha? Bagaimana bisa saya tidak datang ke dunia ini? Bagaimana bisa saya tidak terjun ke tengah masyarakat untuk menyucikan hati manusia?"
Lalu, saya pun teringat akan kewajiban saya. Kita harus memiliki semangat misi, yaitu misi demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Inilah semangat misi. "Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk", inilah pesan dari guru saya. Saya sangat merindukan guru saya. Setiap hari, saya merindukan guru saya dan mengingat pesan dari beliau, yaitu "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk".
Seumur hidup ini, saya terus berjuang. Untuk berjuang demi ajaran Buddha, saya harus menyucikan hati diri sendiri. Saya menyucikan hati sendiri dengan ajaran Buddha. Setelah menyucikan hati sendiri, saya juga harus berjuang demi semua makhluk karena guru saya berpesan pada saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Saya menyucikan hati diri sendiri dan menjadikan diri sendiri sebagai teladan.

Beberapa hari lalu, sekelompok anggota Sangha datang ke sini. Saya sungguh bersyukur pada mereka. Dalam upacara pemandian rupang Buddha, kita melihat sekelompok anggota Sangha yang sangat agung berjalan keluar dari Balai Peringatan Chiang Kai-shek ke tengah orang banyak. Semua orang berbaris membentuk formasi yang rapi dan menampilkan berbagai aksara. Inilah yang disebut puluhan ribu orang bersatu hati.
Puluhan ribu orang bergerak dengan kompak dan membentuk formasi yang menampilkan aksara. Setiap orang berdiri di posisi masing-masing dan bergerak sesuai instruksi. Lewat layar, saya melihat bagaimana formasi mereka berubah dengan rapi. Buddha di Puncak Burung Nasar memandang semua makhluk dengan penuh cinta kasih. Ada banyak makhluk yang telah dibimbing ke alam manusia.
Kini, kita berada di alam manusia. Di alam manusia ini, kita menerima ajaran Buddha sehingga hati kita tersucikan. Setelah hati semua makhluk tersucikan, dunia ini akan menjadi dunia Bodhisatwa dan semua orang akan memiliki kesatuan hati.
Menginventarisasi kehidupan serta tekun dan bersemangat melatih diri
Menyerap air Dharma ke dalam hati dan bertindak sesuai Dharma
Menyucikan hati dan melihat hakikat sejati
Memiliki kesatuan tekad di dunia Bodhisatwa
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 27 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 29 Juni 2025