Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati demi Berbuat Baik dan Membawa Keberuntungan


“Kemarin, para pekerja sosial sudah terlebih dahulu mengunjungi kantor kecamatan dan distrik untuk memahami situasi di lapangan. Dari hasil peninjauan, terlihat bahwa jumlah keluarga yang terdampak sangat banyak. Untuk melakukan kunjungan kasih dan pembagian bantuan, kami perlu melakukan evaluasi dan mempertimbangkan dari mana harus memulainya,”
kata Liu Qiu-ling, Ketua tim pencegahan bencana Yayasan Tzu Chi.

“Para relawan survei kasus pun sejak pagi sudah bergerak untuk mengunjungi para penerima bantuan kita dan para lansia yang hidup sebatang kara demi memastikan keamanan tempat tinggal dan ketersediaan bahan pangan mereka. Saat melakukan survei, para relawan pun sudah mencurahkan perhatian kepada sekitar 200 keluarga di wilayah Tainan,” pungkas Liu Qiu-ling.

“Terkait wilayah Tainan dan Chiayi, keduanya terkena dampak Topan Danas. Yang terkena dampak paling besar ialah beberapa kota pesisir di sekitar Budai, tempat topan mendarat. Di kawasan tersebut, sebagian besar rumah warga adalah bangunan tua yang terbuat dari bata dengan atap dari genting yang sudah usang. Banyak atap rumah yang rusak diterjang angin. Jumlah keluarga yang terdampak pun cukup banyak dan hingga kini masih dalam proses pendataan,” kata Zhang Ji Duo. Wakil ketua badan misi amal Tzu Chi.

Kekuatan alam sangat dahsyat. Oleh karena itu, kita harus mengimbau semua orang untuk mawas diri dan berhati tulus. Terhadap bencana seperti ini, kita bisa melakukan upaya pencegahan dengan merapikan semua barang. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan. Namun, sering kali bencana datang tanpa sempat dicegah.

Oleh karena itu, kita harus sungguh-sungguh memberi tahu semua orang bahwa kekuatan karma semua makhluk telah mendatangkan bencana yang tidak bisa dicegah. Yang terpenting ialah menyucikan hati manusia setiap saat. Hanya dengan begitu, barulah kita bisa memiliki arah dan perilaku yang baik. Dengan memiliki arah dan perilaku yang baik, suasana masyarakat akan menjadi harmonis. Inilah yang harus kita yakini. Jika kehidupan kita tidak sesuai aturan, energi yang ada pun akan kacau. Kekacauan inilah yang membuat cuaca tidak bersahabat dan menimbulkan berbagai bencana besar.


Bencana kali ini berupa banjir besar dan angin topan. Di Amerika Serikat pun terjadi terjangan tornado, kebakaran, dan banjir. Baru-baru ini, Taiwan juga diguncang gempa bumi. Ini semua disebut dengan ketidakselarasan empat unsur alam. Saat hal-hal ini terjadi, kita akan merasa tidak berdaya. Dalam ketidakberdayaan ini, rasa prihatin saja tidak ada gunanya. Kita harus segera bergerak. Di mana pun ada yang membutuhkan bantuan, kita harus cepat tanggap. Bila kekurangan tenaga atau materi, kita harus bertindak dengan cepat.

Sekarang, sudah ada banyak organisasi amal yang terbentuk. Jadi, inilah saatnya bagi kita untuk berlomba-lomba dalam berbuat bajik. Kita selalu berkata, "Di mana pun ada bencana, insan Tzu Chi akan segera hadir untuk membantu." Sejak awal berdirinya Tzu Chi, kita selalu menyerukan semangat ini dan sampai hari ini pun tetap sama. Meski kini sudah banyak orang yang tergerak, kita tetap harus lebih inisiatif dalam bertindak. Inilah yang benar-benar harus kita lakukan. Saya sangat berterima kasih kepada relawan Kaohsiung dan wilayah selatan lainnya.

Kali ini, saya juga melakukan perjalanan dari wilayah selatan. Selama beberapa hari di sana, saya mendengarkan berbagai laporan dari relawan. Saat kondisi aman dan tenteram, mendengar bagaimana para insan Tzu Chi berinteraksi dan peduli satu sama lain, saya sangat terhibur. Namun, setelah meninggalkan wilayah selatan dan menuju utara, saya mendapat kabar bahwa di sana terjadi bencana. Para relawan pun segera melakukan evaluasi sebagaimana mestinya.


Sebelum berangkat, saya sempat berpesan kepada Relawan Fang dan para relawan lainnya bahwa saat topan melanda, kebutuhan utama ialah makanan hangat. Makanan yang dihidangkan sebaiknya adalah makanan hangat seperti nasi atau mi. Ini akan membawa kehangatan bagi para korban. Saya pun secara khusus meminta mereka untuk melaksanakan hal ini dan mereka benar-benar telah menjalankannya. Semuanya telah bersumbangsih dengan ketulusan hati.

Kita semua telah berusaha membawa manfaat bagi masyarakat. Hendaknya kita membagikan pengalaman kita, termasuk waktu, ruang, dan orang yang terlibat. Kita akan menyadari betapa beruntungnya di momen itu dan tempat itu, kita dapat melakukan sesuatu bersama orang-orang itu. Kita harus membagikan sejarah itu dan mencatatnya. Begitulah kehidupan.

Kita harus menghadapi alam dengan penuh kewaspadaan. Orang-orang dahulu berkata bahwa prinsip kebenaran sangat jelas. Mereka mengajarkan tentang berkah dan bencana melalui fenomena alam untuk membangun keyakinan orang-orang. Oleh karena itu, kali ini pun kita tidak boleh meragukannya. Dapat melewati topan kali ini dengan aman tanpa terkena dampak yang serius, kita patut bersyukur.


Tzu Chi adalah sebuah organisasi keagamaan. Saya berharap ketika menulis artikel, kalian dapat menulis tentang keyakinan ini. Berhubung artikel ini akan diwariskan kepada generasi mendatang, isinya pun harus bermakna. Saya selalu berkata bahwa kita harus memiliki keyakinan yang bijaksana dan tidak percaya pada takhayul.

Saat peristiwa telah terjadi, kita harus bisa melihat ke belakang dan bersyukur atas ketenteraman yang masih bisa kita rasakan. Jika tidak mengucapkan kata "beruntung", apa kata yang bisa mewakili perasaan itu? "Beruntung" dan "tidak terbayangkan" adalah ungkapan kita yang telah melewati bencana dengan aman dan tenteram.

Waspada mengantisipasi bencana karena ketidakkekalan tidak bisa diprediksi
Menyucikan hati dengan ketulusan demi membawa keberuntungan
Segera berbuat bajik dan merenungkannya secara mendalam
Menaati hukum alam dan menghargai kedamaian

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 09 Juli 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 11 Juli 2025
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -