Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati Manusia dan Membimbing Menuju Kebajikan
“Kami menghadapi banyak tantangan. Berhubung sumber air itu tidak tertutup, banyak hewan yang meminum air di sana,” kata salah seorang warga setempat.
“Kami mencoba untuk memasang sistem penyediaan air tenaga surya, tetapi tidak berhasil. Kami merasa putus asa melihat ibu-ibu hamil menderita setiap hari tanpa solusi,” kata Victor Maphosa, perawat komunitas.
“Relawan Tzu Chi membantu kami memasang pompa air. Kami dapat meminum air yang bersih sekarang,” ucap warga setempat.
“Saya merasa lega sekarang. Klinik ini menopang kehidupan banyak perempuan. Kini, kami dapat menjaga keselamatan mereka. Ini berkat para relawan Tzu Chi. Welas asih mereka telah menciptakan keajaiban di sini,” pungkas Victor Maphosa.
Saya sering berkata bahwa kita hendaknya tidak memandang perbedaan agama dan berpegang pada cinta kasih yang sama, yaitu cinta kasih agung yang dapat merangkul semua orang di seluruh dunia. Saya sangat bersyukur kepada Tino Chu di Zimbabwe yang telah mendukung penyediaan makanan di 54 posko bagi lebih dari 17 ribu orang setiap harinya. Di sana, penyediaan makanan dilakukan satu kali sehari. Saya sungguh sangat kagum padanya. Beliau juga membantu penggalian sumur karena ada berbagai wilayah yang kekeringan.
“Berhubung tidak turun hujan, banyak orang yang tidak bisa memperoleh hasil panen, seperti jagung. Jagung adalah makanan pokok setempat. Kini, satu-satunya pilihan mereka ialah Tzu Chi. Di Mhondoro, kita menghadapi satu tantangan lagi, yaitu pernikahan dini. Berkat Tzu Chi, kini mereka dapat memperoleh makanan dan lebih berfokus pada pendidikan. Kehidupan mereka pun menjadi bernilai,” kata Isaac Chipuriro Nyarukokora, relawan Tzu Chi.

Saya sungguh sangat bersyukur, tetapi juga tidak tega melihat dirinya mengemban tanggung jawab yang berat. Ini berkat jalinan jodoh baik yang dimilikinya. Satu orang tidak akan bisa menyediakan makanan untuk begitu banyak orang. Beliau terus menyebarkan cinta kasih dan membangkitkan cinta kasih orang-orang. Cinta kasih bukan hanya dimiliki oleh orang kaya. Orang yang kurang mampu juga bisa membagikan sayuran atau kacang yang mereka tanam sendiri. Benih-benih cinta kasih telah ditabur di sana. Beliau juga membagikan bahan pangan agar warga setempat bisa tetap sehat dan bertahan hidup. Ini sungguh tidak mudah.
Saya juga bersyukur kepada istrinya. Saya berkata padanya, "Tanpa istrimu yang mendukungmu dari belakang, bagaimana bisa Anda mengemban tanggung jawab sebesar ini?" Beliau berkata, "Benar, saya sangat bersyukur padanya." Istrinya sungguh memiliki nilai luhur dan telah menjaga keluarga dan bisnis mereka dengan baik. Istrinya selalu berkata, "Fokuslah pada misi Tzu Chi. Tidak perlu mengkhawatirkan bisnis keluarga kita." Jadi, istrinya sungguh memberikan dukungan penuh.
Di Tzu Chi, yang paling menyentuh hati saya ialah suami istri melatih diri dan mengerahkan kekuatan bersama. Di Malaysia juga ada banyak pasangan suami istri yang melatih diri bersama. Saat kalian berbagi kisah dan pengalaman, saya selalu mengingatkan kalian untuk bersyukur kepada pasangan kalian. Tanpa dukungan mereka, kalian tidak akan bisa bersumbangsih dengan tenang. Meski berniat untuk bersumbangsih, kalian tidak akan memiliki kekuatan. Berkat dukungan pasangan kalian, barulah kalian bisa berfokus pada misi Tzu Chi. Jadi, jika pasangan suami istri bisa bersumbangsih bersama, berkah dan kebijaksanaan akan makin berkembang.

Membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha ialah harapan saya. Kini, ada sekelompok relawan kita yang menjalankannya dengan penuh tekad dan ikrar. Ada banyak pasangan suami istri yang bersumbangsih dengan dukungan keluarga mereka. Di sana, mereka mengerahkan segenap hati dan tenaga tanpa kerisauan. Semua orang berusaha untuk mewujudkan ikrar saya. Untuk itu, saya sangat bersyukur.
Saya berharap setiap insan Tzu Chi dapat berikrar dengan tulus untuk menginspirasi keluarga masing-masing. Jika apa yang kita lakukan tidak mendapat pengakuan dari keluarga, malah membuat mereka tidak senang, itu akan menjadi kekurangan. Kita harus bisa mendapatkan dukungan penuh dari keluarga hingga semua orang di komunitas berkata, "Keluarga ini sangat harmonis. Suami istri berbuat baik bersama dan seluruh keluarga mendukung mereka." Inilah teladan keluarga Tzu Chi. Intinya, kita semua hendaknya bertekad dan berikrar untuk menjadi teladan.
Saya bersyukur atas kekuatan cinta kasih kalian. Bagaimana hendaknya kita menapaki Jalan Bodhisatwa? Jalan Bodhisatwa telah terbentang lapang dan rata. Siapakah yang membentangkannya? Kita. Sebagai generasi pertama, kita membentangkan Jalan Bodhisatwa agar orang-orang yang menapaki jalan ini di belakang kita dapat menuju arah yang benar dan memperpanjang jalan ini. Dengan menyucikan hati manusia, kita dapat menyucikan Bumi ini dan mengubahnya menjadi dunia Tzu Chi.

Menyucikan hati semua orang bukanlah hal yang mustahil jika kita dapat memperindah dunia ini dengan kekuatan cinta kasih. Puluhan ribu kuntum teratai hati membangun dunia Tzu Chi. Di dalam hati setiap orang, terdapat sekuntum bunga teratai yang murni. Meski tumbuh di kolam berlumpur, bunga teratai tidak ternoda. Selain itu, bunga teratai juga memperindah kolam tersebut. Meski kolam tersebut penuh dengan lumpur, bunga teratai tetap dapat memperindah permukaan kolam. Tanpa lumpur, bunga teratai tidak bisa mekar.
Begitu pula dengan kita yang hidup di dunia yang penuh dengan lima kekeruhan. Ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan harus kita lenyapkan. Berhubung dunia ini penuh dengan kekeruhan, kita harus membangkitkan tekad Bodhisatwa. Jika tidak ada penderitaan, orang baik tidak akan dibutuhkan untuk memberikan pertolongan. Jika hati manusia tidak ternoda, kita tidak perlu menyucikannya dengan cinta kasih.
Saya sering berkata bahwa kita harus bersyukur karena kondisi yang sulit adalah ladang pelatihan terbaik bagi Bodhisatwa. Kondisi yang sulit adalah ladang pelatihan terbaik bagi Bodhisatwa. Bodhisatwa sekalian, mari kita menyatukan hati dan ikrar serta memotivasi satu sama lain. Kita hendaknya berusaha untuk melenyapkan kekeruhan di dunia ini dengan menggalang lebih banyak Bodhisatwa.
Buddha datang ke dunia demi menyucikan hati manusia. Di dunia ini, kita juga berusaha untuk membimbing semua makhluk dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Dengan berbagi kebaikan Tzu Chi dengan orang-orang, kalian telah membimbing sesama sebagai Bodhisatwa. Di era sekarang, membimbing sesama sangatlah mudah. Tidak peduli kaya ataupun miskin, kita dapat berbagi Dharma dengan orang-orang, menunjukkan jalan kebajikan, dan menggandeng mereka menapakinya bersama. Inilah yang disebut menyucikan hati manusia.
Melindungi Bumi dengan cinta kasih agung
Menjaga keharmonisan dan memperoleh dukungan keluarga
Melatih diri dalam kondisi sulit dan menyucikan hati manusia
Membimbing masyarakat mempraktikkan kebajikan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 16 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 18 Agustus 2025