Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Hati Manusia dengan Cinta Kasih Berkesadaran

Bodhisatwa sekalian, saya sangat tersentuh, juga sangat sedih. Yang membuat saya tersentuh ialah para relawan berkumpul di sini hari ini. Saya mendengar banyak orang yang membangun tekad dan ikrar saat hidup aman dan tenteram. Lihatlah di seluruh dunia, ada banyak orang yang menderita. Di dunia ini, tidak ada seorang pun yang hidup tanpa penderitaan. Tidak ada.

Setelah mencapai pencerahan, Buddha terlebih dahulu membabarkan Empat Kebenaran Mulia. Pertama, kita harus menyadari bahwa dunia ini sungguh penuh penderitaan. Penderitaan berasal dari akumulasi pikiran manusia yang terbelenggu oleh kegelapan batin. Inilah sebab penderitaan.

“Saudara sekalian, saya telah tinggal di Turki selama 6 tahun. Saya, istri saya, dan anak-anak saya melarikan diri dari Suriah. Pada tahun 2013, di kota tempat tinggal kami, warga dibantai. Istri dan putri-putri saya sangat panik dan takut. Mereka mengalami trauma yang mendalam. Kami mulai melarikan diri dan akhirnya tiba di Turki. Namun, kami bagai terperangkap di dalam lumpur. Saya memiliki enam putri. Tiga di antaranya telah dewasa dan tiga lainnya bersekolah di Turki. Kini mereka bertiga telah masuk perguruan tinggi. Mereka masing-masing mengambil jurusan teknik, sains dan teknologi, dan kedokteran gigi. Saya harus berkata bahwa saya bisa mengalami hal-hal yang baik berkat bantuan kalian. Saya ingin berterima kasih pada kalian. Saya akan menggunakan ketulusan saya untuk membalas kebaikan kalian. Ini tulus dari lubuk hati saya. Semoga kalian bisa menerimanya. Terima kasih, semuanya. Terima kasih, Tzu Chi. Saya mengasihi Tzu Chi,” Ahmed Aliyan, Wakil kepala Sekolah Menahel.


Kita bisa mendengar pengungsi Suriah berbagi pengalaman. Mereka sungguh menderita. Mendengar kata-katanya, saya bisa turut merasakan kepedihan dan penderitaannya. Mendengar penderitaan yang dialaminya, hati saya sungguh terasa sakit. Saat berbagi pengalamannya, Ahmed masih sangat emosional. Saya sungguh berharap dengan cinta kasih banyak orang, penderitaannya dapat teringankan dan dia dapat melepas masa lalu.

Tadi saya juga berkata padanya, “Masa lalu bagaikan mimpi buruk. Namun, ada waktunya kita akan terbangun dari mimpi buruk.” Kini dia sudah terbangun. Ditambah lagi, dia memiliki keluarga. Dengan menjaga masa kini dengan baik, dia akan memiliki masa depan yang baik. Dia bisa mewariskan kebahagiaan kepada generasi penerus dan membimbing mereka ke arah yang bahagia serta melapangkan hati untuk menghapus rasa benci.

Di Turki, kini kita bisa menyediakan pendidikan bagi anak-anak dan memberikan ijazah secara resmi. Dengan ijazah ini, jika ada jalinan jodoh, mereka juga bisa melanjutkan pendidikan di negara lain kelak. Wakil ketua sebuah lembaga akreditasi internasional pernah mengunjungi sekolah kita di Turki dan berkata pada saya bahwa beliau sangat tersentuh. Melihat anak-anak pengungsi Suriah di Turki dapat menerima pendidikan yang begitu berkualitas, beliau sangat tersentuh.


Saya juga berkata pada beliau bahwa dengan adanya ijazah, anak-anak yang lulus dari SMA dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Meski hidup kekurangan dan menderita, pendidikan anak-anak tidak boleh diabaikan karena ini berkaitan dengan masa depan mereka. Jadi, saya sangat bersyukur.

Melihat Profesor Cuma kembali untuk dilantik kali ini, saya dipenuhi sukacita. Profesor Cuma yang berasal dari Suriah telah tinggal di Turki selama bertahun-tahun dan mengenal Tzu Chi. Beliau memberikan pendidikan di Turki. Demi pendidikan anak-anak, beliau sangat bekerja keras. Saya berharap kelak, kita dapat menitikberatkan misi pendidikan di Turki.

Saya juga sangat bersyukur kepada Relawan Hu di Turki. Dia dan istrinya mengasihi dan melindungi para pengungsi Suriah di Turki. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Kini, mendengar dan melihat para relawan dari Turki, saya merasa penuh harapan karena terdapat cinta kasih di sana. Pendidikan dengan cinta kasih dan kesungguhan hati pasti akan mendatangkan harapan. Saya sangat tersentuh.


Hidup manusia memang penuh penderitaan dan tidak kekal. Inilah ajaran pertama yang dibabarkan Buddha. Buddha mengingatkan orang-orang tentang Empat Kebenaran Mulia. Kita tahu bahwa dunia ini mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Kini di seluruh dunia terjadi perubahan iklim yang ekstrem. Kita harus membangkitkan ketulusan. Apa pun keyakinan kita, kita harus berdoa demi seluruh dunia dengan hati yang tulus.

Kita harus bersatu hati untuk menyucikan hati manusia agar terbebas dari ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Tanpa kebencian, ketamakan, dan kegelapan batin, dunia akan damai. Para relawan di setiap negara memiliki cinta kasih dan menapaki jalan cinta kasih berkesadaran yang lapang. Apa pun keyakinan kita, kita harus tersadarkan dan mengembangkan cinta kasih berkesadaran yang tidak berujung.

Orang yang memiliki cinta kasih berkesadaran yang tidak berujung disebut Bodhisatwa. Baik malaikat maupun Bodhisatwa, keduanya sama-sama bersumbangsih dengan cinta kasih bagi dunia. Apakah kalian paham? (Paham) Baik. Janganlah kalian melupakan tekad dan ikrar kalian hari ini. Segala sesuatu di dunia ini merupakan satu kesatuan. Jika ingin hidup tenteram di dunia ini, menghirup udara yang segar, dan tinggal di tempat yang bebas, maka di dunia yang penuh cinta kasih ini, kita harus bersumbangsih.

Saya bersyukur pada kalian semua. Saya bersyukur kepada kalian yang kembali ke Taiwan dan bisa menyesuaikan diri dalam pelatihan ini. Ini sungguh tidak mudah. Semoga kalian bisa membina berkah sekaligus kebijaksanaan. Terima kasih.

Mengasihi dan melindungi sesama tanpa membeda-bedakan agama
Memberikan bantuan pendidikan dan membawa harapan baru bagi pengungsi
Berdoa dengan tulus demi menghalau bencana
Menyucikan hati manusia dengan cinta kasih berkesadaran
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 November 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 November 2019

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -