Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Jiwa dan Raga di Jalan Menuju Pencerahan
“Akibat terjadinya bencana alam ini, banyak usaha yang berhenti beroperasi dan banyak bangunan yang mengalami kerusakan. Banyak orang yang membutuhkan bantuan,” kata Thae Oo Thinzar Moe, relawan.
“Melihat para korban bencana di Amarapura menerima beras dan minyak goreng, saya turut senang,” kata Shein Ko Ko, Dokter.
“Saat Myanmar diterjang Badai Nargis pada tahun 2008, insan Tzu Chi datang untuk menyalurkan bantuan. Saat itu, saya sangat tersentuh. Insan Tzu Chi memberikan bantuan dengan penuh hormat,” kata Chaw Su Hlaing, relawan.
“Berhubung tidak mampu menyumbangkan uang, saya sangat gembira dapat menyumbangkan tenaga,” kata Thae Su, relawan.
“Menyisihkan berapa banyak beras ke dalam celengan ini, kalian bebas menentukannya sendiri. Jika menyisihkan segenggam atau sesendok setiap hari terasa berat bagi kalian, kalian bisa menyisihkan 5 atau 10 butir beras saja. Benar tidak? (Benar.),” kata Guo Bao-yu, relawan Tzu Chi.
Kita semua mendalami ajaran Tzu Chi. Sebagai insan Tzu Chi, kita mengenal Dharma adiduniawi dan Dharma duniawi. Dengan terjun ke tengah masyarakat, kita dapat mempraktikkan berbagai ajaran Tzu Chi. Orang-orang sering berkata, "Menolong orang membuat saya dipenuhi rasa sukacita." Sungguh, menolong sesama adalah sumber kebahagiaan. Dengan sering menolong orang lain, kita juga akan merasa bahagia.
Jadi, orang yang menolong lebih sukacita daripada orang yang ditolong. Secara sederhana bisa dikatakan demikian. Kita tidak perlu bertanya pada insan Tzu Chi tentang kondisi ekonomi mereka. Saat kita bertanya apakah mereka bersumbangsih dengan sukacita dan mereka menjawab "ya", ini menunjukkan bahwa batin mereka sangat kaya. Setelah bersumbangsih, mereka dipenuhi rasa sukacita. Inilah kekayaan batin. Orang seperti ini adalah orang yang paling kaya.

Memiliki kekayaan materi sebanyak apa pun, orang-orang sering merasa tidak cukup. "Saya baru memiliki sembilan. Setelah memiliki sepuluh, saya baru akan bersumbangsih." Akan tetapi, setelah memiliki sepuluh, mereka akan menginginkan lebih banyak lagi. Mereka selamanya tidak akan merasa puas. Jadi, mari kita menggenggam waktu yang ada. Kita tidak perlu berpikir panjang untuk berbuat baik.
Sungguh, berbuat baik adalah naluri yang dimiliki setiap orang. Seperti yang Buddha katakan, hakikat kebuddhaan dimiliki oleh setiap orang. Untuk apa mencari ajaran Buddha ke tempat lain? Semua kebenaran ada dalam diri kita. Buddha telah mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita harus memahami kebenaran alam semesta.
Adakalanya, saya berjalan kaki di pagi hari. Mereka yang mendampingi saya bisa menyaksikan bagaimana saya berdiri di depan sebuah pot bunga dan mengamatinya dengan saksama. Apakah yang saya amati setiap kali berdiri di sana? Saya mengamati perubahan yang halus pada bunga. Perubahan yang halus ini adalah prinsip kebenaran.
Kapan bunga itu bisa dipetik? Jika hari ini saya melihat sebuah kuncup bunga, akan menjadi apakah ia keesokannya? Ia mungkin akan mekar sebagian dan mekar sepenuhnya tiga hari kemudian. Itu bergantung pada jenis bunga. Jika bunganya sudah mekar sepenuhnya, saat saya melihatnya kembali keesokannya, ia mungkin sudah layu. Inilah perubahan yang halus.

Tubuh kita juga terus mengalami perubahan tanpa kita sadari. Begitu pula dengan waktu. Tadi masih menit ke-30, sekarang sudah menit ke-36. Kita harus beraktivitas seiring berjalannya waktu. Saat mendengar bunyi ketukan papan, itu berarti jam makan telah tiba. Begitu jamnya tiba, kita secara alami akan pergi makan. Jadi, manusia bukan benar-benar bebas, melainkan terikat oleh waktu.
Sesungguhnya, kita hidup di tengah prinsip kebenaran, tetapi kita tidak menyadarinya. Jadi, apakah ini bagian dari Dharma? Ya. Waktu adalah bagian dari Dharma. Kehidupan sehari-hari kita terikat oleh waktu. Jadi, kita bukan benar-benar bebas. Jika dipikirkan dengan saksama, segala sesuatu di dunia ini mengandung Dharma. Jam ini mengandung Dharma. Kerajinan tangan berbentuk kaki ini juga mengandung Dharma.
Kita harus tahu untuk menghitung dan memanfaatkan waktu. Genggamlah waktu untuk memahami perubahan yang halus. Dalam hidup ini, kita juga harus terus maju selangkah demi selangkah. Saat satu kaki melangkah, kaki lain harus ikut melangkah. Demikianlah hendaknya kita menggenggam waktu. Jangan biarkan waktu berlalu sia-sia. Inilah perumpamaan yang sederhana. Buddha membabarkan Dharma dengan berbagai perumpamaan.
Dari manakah bencana alam berasal? Kita tahu bahwa ini karena ulah manusia. Manusia terus menebang pohon dan merusak ekosistem sehingga terjadilah bencana alam. Ketidakselarasan unsur tanah, air, api, dan angin yang menimbulkan kerusakan di Bumi merupakan akibat dari perbuatan manusia. Ajaran Buddha tak luput dari hukum kelahiran kembali. Buddha mengajarkan tentang hukum kelahiran kembali dan karma buruk kolektif semua makhluk. Dengan merusak alam, manusia telah menciptakan karma buruk.

Sesungguhnya, jika orang-orang dari berbagai bidang dan profesi bekerja keras, menghasilkan tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan tidaklah sulit. Mengapa orang-orang harus merusak Bumi? Karena ketamakan. Berhubung ingin memperoleh lebih banyak, orang-orang pun merusak Bumi dan menciptakan karma buruk. Karena itulah, Buddha berkata bahwa bencana terjadi karena akumulasi karma buruk kolektif semua makhluk. Adakalanya, saya berpikir, "Benar, ini karena akumulasi."
Buddha juga mengajarkan tentang hukum sebab akibat. Dharma selalu ada dalam kehidupan kita, di hadapan kita, bahkan di bawah kaki kita. Jika masih mencari Dharma ke tempat lain, berarti kita tersesat. Meski sudah menginjakkan kaki di jalan yang benar, banyak orang yang belum tahu harus mengarah ke mana. Mereka masih diliputi ketamakan dan menginginkan lebih.
Buddha mengajari kita untuk menyucikan hati. Kekeliruan kita di masa lampau mungkin telah berbuah sekarang dan harus kita terima. Janganlah kita berpikir, "Saya telah melakukan banyak kebaikan. Mengapa saya mengalami kondisi seperti ini?" Setiap orang memiliki benih masing-masing. Bagaimana hendaknya kita memanfaatkan waktu? Kita harus memahami semua kebenaran ini.
Seiring terbit dan terbenamnya matahari, waktu terus berlalu tanpa kita sadari. Mari kita menggenggam setiap menit dan detik. Inilah hal benar yang harus dilakukan.
Mempraktikkan Dharma sejati di tengah masyarakat
Menjadi orang yang kaya batin dengan bersukacita menolong sesama
Mengamati segala sesuatu dan memahami perubahan yang halus
Menyucikan jiwa dan raga di jalan menuju pencerahan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 19 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 21 April 2025