Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Kekeruhan dan Menabur Benih Kebajikan

Saudara sekalian, untuk membuat kehidupan menjadi bermakna, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Relawan Tzu Chi dari berbagai negara berbagi banyak kisah yang menyentuh. Kita dapat melihat sebuah pementasan drama singkat. Meski berbeda bahasa, tetapi kita dapat melihat dengan mata sebuah pementasan kisah nyata.

Relawan Denise terus berada di samping untuk menjelaskan kepada saya  tentang dukun yang ada di Afrika. Orang yang percaya pada takhayul selalu pergi ke dukun. Kemudian, relawan Tzu Chi muncul untuk berbagi tentang ajaran saya dengan orang-orang di sana. Di akhir drama, mereka mengingatkan orang untuk bertutur kata baik, melakukan perbuatan bajik, dan berpikiran baik.

Kita harus menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran. Kita harus memiliki arah yang benar dan bersumbangsih dengan tekun dan bersemangat. Dalam bersumbangsih, kita tidak boleh pasif, melainkan harus antusias. Tujuan pelatihan diri kita bukan untuk pencapaian pribadi, melainkan untuk menginspirasi lebih banyak orang.

Mereka menempuh perjalanan jauh untuk pulang ke Taiwan. Tujuan mereka hanya satu, yakni demi bertemu dengan saya untuk dilantik. Mereka tidak memiliki uang. Mereka meminjam uang untuk membeli tiket pesawat. Setelah pulang, baru mereka akan membayarnya perlahan-lahan. Mereka memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan semangat.


Bodhisatwa sekalian, dengan kehidupan yang dimiliki sekarang, kita harus lebih menyadari berkah dan lebih banyak menciptakan berkah. Jika membandingkan diri kita dengan mereka, mereka sungguhlah mengagumkan. Yang lebih membuat saya tersentuh adalah mereka tidak mengerti bahasa saya. Mereka memerlukan terjemahan dari bahasa Mandarin ke bahasa Inggris, lalu penjelasan lebih lanjut dan terjemahan ke bahasa lokal.

Mungkin ajaran yang didapat tidak banyak, tetapi mereka sangat tekun. Mereka dapat menyerap dan memperoleh manfaat dari setiap ajaran. Saat mereka mengadakan kelas pelatihan, saya sering melihat mereka keluar dan masuk dengan tertib. Mereka memiliki Buddha di dalam hati dan memiliki tekad pelatihan.

Saya sering menerima laporan tentang mereka. Saat mereka kembali, saya melihat secara langsung betapa tertib dan rapinya mereka. Saat pembagian bantuan, penerima bantuan duduk di atas tanah dan para relawanlah yang membawa beras ke hadapan penerima bantuan. Mereka berjongkok bahkan berlutut untuk menyerahkan beras ke tangan penerima bantuan. Mereka melakukan ini bukan hanya saat kita berkunjung ke sana. Itulah yang selalu mereka lakukan.

Mereka mempraktikkan semangat rasa syukur, saling menghormati, dan saling mengasihi. Bayangkanlah, bagaimana saya tidak mengasihi mereka? Setiap orang dari mereka  bagai mutiara hitam yang bersinar terang. Mereka sangat menggemaskan. Kita juga melihat di Zimbabwe. Kehidupan di Zimbabwe juga sangat sulit, tetapi kita tetap harus membina lebih banyak relawan lokal agar mereka berkesempatan untuk melihat bagaimana cara kerja relawan Tzu Chi di seluruh dunia.

Kita harus menyemangati relawan lokal agar mereka dapat bersatu hati dan memiliki arah tujuan yang sama. Kita harus mempraktikkan Dharma secara nyata agar dapat merekrut Bodhisatwa dunia. Jika kita tidak melakukannya sekarang maka generasi penerus dan masyarakat di negara mana pun kelak akan menghadapi kesulitan.


Jika sekarang kita tidak menyucikan hati manusia maka hati masyarakat dan dunia kelak akan menjadi kacau. Kekeruhan di masyarakat juga akan kian bertambah. Jadi, kini kita sungguh harus menyucikan hati manusia dan merekrut Bodhisatwa dunia. Dengan bertambahnya Bodhisatwa dunia yang mencurahkan perhatian, barulah kita dapat terjun ke masyarakat untuk menghimpun berkah.

Hanya dengan menghimpun berkah dan menyelaraskan pikiran manusia, barulah empat iklim dapat selaras. Jadi, untuk mewujudkan dunia yang aman dan tenteram dan masyarakat yang harmonis, kita harus menyucikan hati manusia dan mengajak lebih banyak orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah cara untuk membawa harapan bagi dunia.

Janganlah kita terus menunda karena sudah tidak ada waktu lagi. Berapa pun yang bisa dilakukan, kita harus berusaha melakukannya. Tahun ini, Topan Haiyan sudah berlalu genap 5 tahun.

“Setelah pindah ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, relawan Tzu Chi mengadakan kelas pelatihan kejuruan. Saat itu saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kelas menjahit. Awalnya saya mengalami kesulitan dan tidak mendapatkan banyak uang. Namun, saya terus bertahan karena saya ingin belajar keterampilan untuk mencari penghasilan. Setelah menguasai teknik menjahit, saya mulai memiliki penghasilan yang stabil. Setelah itu, saya mulai mengikuti kelas pelatihan Tzu Chi. Saya ingin menjadi relawan Tzu Chi. Namun, awalnya saya merasa ragu karena saya menganut keyakinan yang berbeda. Di kelas pelatihan, saya belajar ajaran Master. Pada saat itulah, saya memutuskan untuk mengubah semua tabiat buruk saya. Sekarang saya sudah tidak berjudi, tidak merokok, dan tidak minum alkohol. Setelah melihat perubahan saya, suami saya pun ikut berubah,” kata Dahlia Cabidig, relawan Tzu Chi.

Kita dapat melihat Perumahan Cinta Kasih Palo. Meski hanya rumah tinggal sementara, tetapi telah menenangkan kehidupan warga selama 5 tahun. Warga menjalani hidup dengan tenang dan mulai mengubah kehidupan mereka. Relawan kita juga mengajarkan mereka cara membuat roti untuk mencari nafkah. Mereka juga mengajarkan cara membuat kerajinan tangan agar warga dapat menghidupi keluarga dan kualitas hidup di Palo dapat meningkat.


Lihatlah Perumahan Cinta Kasih di Kota Ormoc yang sangat besar. Saat bencana terjadi, relawan Tzu Chi Manila segera bergerak untuk mencurahkan perhatian. Kita harus menyebarkan benih cinta kasih di sana agar benih-benih itu dapat bertunas dan bertumbuh menjadi pohon besar. Satu benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu benih. Inilah alasan mengapa kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Dia, Anda, dan saya harus saling menyemangati untuk menyebarkan semangat Bodhisatwa. Dengan demikian, maka orang-orang yang menderita di dunia akan lebih berkesempatan untuk mengenal ajaran Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa.

 

Mengembangkan kebijaksanaan untuk melenyapkan takhayul 
Tekun dan bersemangat mendengar Dharma
Menyucikan kekeruhan dan menabur benih kebajikan
Merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 November 2018

Editor: Khusnul Kotimah

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -