Ceramah Master Cheng Yen: Menyucikan Pikiran untuk Menciptakan Pahala

Di dunia ini, dalam seluruh misi yang dijalankan, insan Tzu Chi selalu bersukacita dan bersyukur. Mereka juga melepas dan merelakan. Saat melakukan sesuatu, semua orang sangat bersungguh-sungguh. Contohnya kemarin, kita membahas bantuan lanjutan di Afrika Timur. Kita berusaha untuk merencanakan pembangunan tempat tinggal untuk mereka. Saya teringat perumahan yang kita bangun di Ormoc, Filipina. Rumah-rumah di sana sudah melewati beberapa kali badai dan banjir, tetapi masih tetap seperti baru.

Saya teringat bagaimana kita membuat rumah rakitan. Kemarin saya kembali melihat contoh bangunannya di luar. Para relawan merakit rumah itu untuk diperlihatkan kepada saya. Saya masuk ke dalamnya untuk melihat-lihat. Bangunannya sangat kukuh dan nyaman. Tentu sangat baik jika rumah seperti itu bisa kita bangun di Afrika Timur. Lalu, semua orang mulai mendiskusikannya.

Kita juga ingat pada tahun 1993, di Nepal pernah terjadi banjir besar. Saat itu kita menyerukan kepada semua orang untuk mengulurkan bantuan ke tempat kelahiran Buddha tersebut. Banyak orang memberikan tetes-tetes sumbangsih dengan antusias. Para relawan meninjau lokasi bencana. Kemudian, mereka melaporkan kondisinya. Saat itu bencana di sana sangat parah. Jadi, kita memutuskan untuk membantu. Kita memutuskan untuk membangun rumah bagi warga di empat desa di tiga kabupaten dengan jumlah 1.800 unit.

 

Ini adalah sejarah yang pernah kita lalui. Kita hendaknya tidak melupakannya. Pada tahun itu, para relawan berkali-kali pergi ke sana untuk menyalurkan bantuan dengan susah payah, dari saat masih asing dengan daerah itu, hingga akhirnya kita menyerahkan rumah kepada warga agar warga dapat hidup dengan tenang. Pada hari peresmian perumahan tersebut, para relawan Tzu Chi juga hadir. Semua ini masih segar dalam ingatan saya.

Tahun 2015, Nepal diguncang gempa besar. Tzu Chi kembali menyalurkan bantuan ke sana. Saat itu saya berpesan kepada para relawan untuk meninjau kondisi perumahan yang pernah kita bangun dahulu karena khawatir gempa besar tersebut memengaruhi bangunan rumah yang kita bangun lebih dari 20 tahun lalu. Jadi, saya meminta relawan meninjaunya.

Setelah lebih dari 20 tahun berlalu, ternyata ada warga yang masih ingat kepada insan Tzu Chi. Para warga bisa bercerita tentang kebahagiaan masing-masing saat pindah ke perumahan Tzu Chi itu. Pascagempa yang melanda Nepal, rumah-rumah itu masih berdiri dengan kukuh. Saya sangat terhibur mendengarnya. Semua ini harus kita ingat. Janganlah melupakan tahun itu.

 

Perjalanan ini pernah kita lalui dengan keyakinan, ikrar, dan praktik. Sejak dahulu hingga sekarang, saya selalu memberi insan Tzu Chi arahan untuk melangkah dengan keyakinan, ikrar, dan praktik nyata. Kita menapaki jalan ini dengan ketulusan dan keteguhan. kita harus memahami hal ini dengan jelas. Kita telah menjalankan isi Sutra. Isi Sutra telah kita jalankan di dalam kehidupan sehari-hari. Di atas jalan yang berlandaskan Sutra ini, kaki kita menapak dengan mantap. Kita mengembangkan keyakinan, ikrar, dan praktik.

Sejak awal kita sudah berjalan di dalam Sutra dengan keyakinan, ikrar, dan praktik. Kita terus menjaga ketulusan dan keteguhan. Kita senantiasa berjalan di dalam Sutra dan terus membuka jalan sesuai Sutra. Kita mungkin tidak menyadarinya. Kita hanya terus menjalaninya setiap hari dengan tekad dan kesungguhan yang teguh. Demikianlah Jalan Bodhisatwa.

Kini kita perlu untuk mengingat kembali jalan yang telah Tzu Chi lalui selama lebih dari 50 tahun. Sejarah lebih dari 20 tahun lalu di Nepal ini termasuk dalam 50-an tahun perjalanan Tzu Chi. Lebih dari 20 tahun yang lalu, misi-misi Tzu Chi juga baru mulai berkembang. Hingga kini, 50-an tahun sudah berlalu. Kita hendaknya mengingat perjalanan di Nepal lebih dari 20 tahun lalu ini.

 

Dalam perjalanan Tzu Chi selama ini, berapa banyak yang insan Tzu Chi lakukan di dunia? Berapa banyak orang yang telah terlibat? Banyak sekali orang yang terlibat. Begiitu banyak orang yang bersumbangsih. Hanya saja, dokumentasi sangat terbatas. Kitab sejarah Tzu Chi memiliki cakupan yang luas. Di satu sisi, Tzu Chi menolong orang-orang yang menderita. Di sisi lain, kita menyucikan hati manusia di tengah masyarakat dengan menghimpun hati dan cinta kasih setiap orang.

Semua orang mengembangkan cinta kasih dan mewujudkannya. Wujud cinta kasih ialah sumbangsih nyata. Setiap sumbangsih ini mengandung cinta kasih. Banyak orang bersatu hati untuk bersumbangsih dan menghimpun cinta kasih semua orang. Begitulah kita membentangkan jalan Tzu Chi dengan bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Inilah yang Tzu Chi jalankan hingga kini di seluruh dunia. Insan Tzu Chi sungguh luar biasa.


"Insan Tzu Chi" merujuk pada banyak orang. Jadi, dengan hati yang seluas alam semesta, pikiran kita menjadi murni dan mampu menyempurnakan 1.200 pahala. Semua ini didasari oleh pikiran. Tanpa pikiran dan niat, kita tidak akan berpartisipasi. Di negara mana pun bencana terjadi, kita bersedia untuk berpartisipasi dalam misi penyaluran bantuan, entah di depan atau di belakang layar. Kita menghimpun tetes demi tetes sumbangsih untuk misi tersebut.

Tetes-tetes sumbangsih ini dapat menjadi sepotong bata, sekantong semen, dan lainnya yang akhirnya mewujudkan rumah bagi warga. Semua ini terwujud berkat niat tulus insan Tzu Chi dalam menggalang hati para donatur sehingga cinta kasih semua orang dapat terhimpun menjadi kekuatan besar. Jadi, pikiran dapat mewujudkan 1.200 pahala. Untuk itu, kita harus bersungguh hati.

Mempratikkan Sutra dengan keyakinan dan ikrar
Mempertahankan ketulusan dan keteguhan
Senantiasa mengingat tekad awal
Menyucikan pikiran untuk menciptakan pahala

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Juni 2019

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -