Ceramah Master Cheng Yen: Merajut Jalinan Jodoh Baik untuk Membimbing Semua Makhluk


“Saya adalah alumni Tzu Ching dan telah bergabung di Tzu Chi selama 20 tahun lebih. Dua tahun lalu, ketidakkekalan terjadi pada keluarga saya. Ayah tiba-tiba terjatuh dan mengalami pendarahan otak sehingga menjadi pasien vegetatif persisten. Di waktu yang bersamaan, Ibu juga dirawat di rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan. Saya sangat bersyukur telah bergabung di Tzu Chi. Saya menggunakan Dharma yang diajarkan Master untuk menenangkan hati saya sehingga saya dapat menghadapi situasi sulit kala itu,”
kata Xie Jia-wang relawan Tzu Chi.

“Saya juga sangat berterima kasih atas pendampingan para saudara se-Dharma saat itu. Saya sangat bersyukur dapat bersumbangsih di Klang selama 20 tahun lebih. Bibi dan paman relawan di sana sudah lanjut usia. Jadi, dibutuhkan lebih banyak orang untuk bersama-sama mengemban tanggung jawab di sana. Saya ingin menggunakan tubuh ini untuk membalas budi orang tua saya,” pungkas Xie Jia-wang.

Bodhisatwa sekalian, saya sering berbicara tentang cinta kasih berkesadaran. Kita semua benar-benar harus menyadari ketidakkekalan hidup. Tak ada seorang pun yang tahu seberapa lama kita akan hidup. Karena itu, kita harus mempelajari ajaran Buddha dan menyadari kebenaran tentang ketidakkekalan hidup. Inilah kebenaran paling besar yang harus disadari.

“Pada tahun 2020, ketidakkekalan datang mengetuk pintu keluarga kami. Ketika kami menyambut kelahiran anak kami, kami tidak pernah menyangka bahwa anak kami menderita suatu penyakit genetik yang langka. Meski saya dan istri saya harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat anak kami, bukan berarti ini menjadi alasan bagi kami untuk tidak menapaki Jalan Bodhisatwa. Sebaliknya, saya justru berharap dengan lebih tekun dan bersemangat dalam mengemban tanggung jawab dan bersumbangsih, saya dapat mengumpulkan energi berkah untuk anak saya dan mengembangkan jiwa kebijaksanaan dengan lebih baik,” kata Chen Wei-han relawan Tzu Chi.


Kita mempelajari ajaran Buddha untuk memahami prinsip kebenaran yang ada di dalamnya. Artinya, kita harus membuka pintu hati kita. Apa yang kita tanam di masa lalu akan berbuah di masa sekarang. Kita benar-benar harus memahami bahwa apa benih sebab yang kita tanam pada masa lalu, itulah yang akan kita tuai buahnya pada saat ini. Apa yang kita perbuat pada saat ini akan berbuah pada masa depan. Demikianlah hukum karma.

Kita semua juga telah menciptakan berkah di kehidupan lampau. Berkat itulah, kita memiliki jalinan jodoh berkah di kehidupan sekarang. Kita semua berjodoh di sini. Hati kalian dipenuhi sukacita ketika melihat saya. Kalian menyerap perkataan saya ke dalam hati. Ketika terjadi sesuatu, kalian akan langsung teringat pada saya. Kalian menganggap kata-kata saya sebagai Dharma yang harus dipraktikkan dan mengingatnya di dalam hati kalian. Inilah jalinan jodoh. Kalian menganggap kata-kata saya sebagai Dharma. Inilah buahnya.

Setelah bertemu dengan saya, saat kalian memiliki kekhawatiran, kalian akan teringat perkataan saya dan menerimanya. Ketika kalian bertemu kesulitan atau mengalami pergumulan batin, kalian akan teringat perkataan saya dan pintu hati kalian pun dapat terbuka. Demikian pula, saat kalian mengalami perselisihan dengan orang lain, kalian teringat perkataan saya dan melepaskannya demi mendapatkan kedamaian. Dengan demikian, satu masalah dapat terlewati.

Jadi, dengan adanya jalinan jodoh, kalian dapat bertemu dengan saya dan mendengarkan ceramah saya. Kalian menyerap apa yang saya ajarkan ke dalam hati dan ketika dihadapkan pada situasi yang sulit, kalian mengingatnya kembali untuk menyelesaikan masalah yang ada. Ini semua berkat adanya jalinan jodoh.


Saya berharap insan Tzu Chi dapat memahami bahwa apa yang kita lakukan di masa lalu menjadi penyebab kondisi kita sekarang. Memahami kebenaran ini, kita harus menaklukkan diri sendiri. "Master berkata begitu, benar, saya harus melepas." Ini berarti Dharma telah meresap ke dalam hati. Kalian menggunakan Dharma untuk menghadapi masalah. Inilah yang disebut membimbing dengan Dharma. Kita senantiasa membimbing diri sendiri. Ketika noda batin muncul di dalam hati kita, ingatlah perkataan saya dan bimbinglah diri sendiri.

Ketika melihat orang lain mengalami hal yang sama, kalian juga bisa membagikan ajaran yang berguna ini kepada mereka. "Saya pernah tidak dapat berpikiran terbuka dan tidak mampu melenyapkan noda batin. Master berkata begini sehingga hati saya terbuka dan noda batin saya lenyap. Setiap hari, saya dipenuhi sukacita dalam Dharma." Kalian bisa berbagi kisah seperti ini. Inilah yang disebut mendengarkan, membabarkan, dan mewariskan Dharma. Kalian mendengarkan Dharma yang saya ajarkan dan kemudian membagikannya kepada orang lain.

Berhubung sudah merasakan manfaatnya, kalian dapat segera membimbing orang lain dengan Dharma. Inilah pahala dari mendengarkan Dharma. Sebaliknya, jika tidak mempraktikkan Dharma, kalian sendiri tidak akan merasakan manfaatnya dan saat bertemu dengan orang lain, kalian tidak bisa membagikannya kepada mereka dan tidak bisa melenyapkan noda batin di hati mereka. Noda batin ini akan terus berlanjut. Ini berarti kita melewatkan jalinan jodoh.

Ketika ada orang yang menceritakan tentang penderitaan yang mereka alami, tetapi kita tidak berusaha membuka pintu hatinya dan membimbingnya, berarti kita telah menyia-nyiakan jalinan jodoh dengannya. Batin manusia sangatlah kompleks. Karena itu, kita harus senantiasa mengingat hukum karma. Buddha selalu mengajarkan tentang hukum sebab akibat. Inilah yang disebut kebenaran sejati. Ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan merupakan kebenaran sejati. Ketidakkekalan, penderitaan, kekosongan, dan hukum sebab akibat adalah kebenaran.


Saya sering mengatakan bahwa kita memupuk jodoh baik bukan hanya untuk kehidupan ini, melainkan untuk kehidupan berikutnya. Namun, kita juga harus menyelesaikan pertikaian dan mengubah jalinan jodoh buruk menjadi baik sehingga kita dapat terbebas dari belenggu di kehidupan ini. Alangkah baiknya jika kita semua bisa melakukannya.

Lebih baik lagi jika kita dapat menjalin jodoh baik demi masa depan. Apakah kalian paham? (Paham.) Jadi, kita seharusnya menerima dengan sukarela buah dari karma kita di masa lalu. Yang paling penting ialah menyelesaikan jalinan jodoh buruk dan menggenggam waktu untuk menjalin jodoh baik agar kehidupan berikutnya menjadi lebih baik. Inilah yang Buddha ajarkan, yaitu perbanyak jalinan jodoh baik.

Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian sekarang sedang menapaki Jalan Bodhisatwa. Dalam menapaki jalan ini, kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki hubungan tidak baik dengan kita di masa lalu. Sekarang, kita harus memperlakukan mereka dengan baik dan menginspirasi mereka untuk turut bersumbangsih. Ada banyak kesempatan seperti ini. Jika kita telah memperlakukan mereka dengan baik, tetapi mereka malah berkelakuan sebaliknya, kita harus lebih berlapang dada.

Bagaimanapun sikap mereka, kita tetap harus bersikap baik agar jalinan jodoh buruk tidak berlanjut ke masa depan. Jadi, melatih diri sendiri berarti menempa dan membimbing diri sendiri. Tentu saja, ketika ada orang yang berjodoh dengan kalian dan seluruh keluarganya berhasil kalian bimbing, saya turut bersukacita. Kita tidak hanya membimbing diri sendiri, melainkan juga membimbing makhluk hidup yang tak terhingga.   

Menyerap inti sari Dharma ke dalam hati untuk melenyapkan noda batin
Menyadari ketidakkekalan dan membangkitkan cinta kasih berkesadaran
Membimbing diri sendiri dan berbagi Dharma untuk membimbing orang lain
Menyelesaikan konflik, memutus belenggu, serta menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 Maret 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 30 Maret 2024 
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -