Ceramah Master Cheng Yen: Merajut Jalinan Kasih dengan Kesatuan Hati dan Tekad

Mengenang masa lalu, kita bisa melihat bagaimana relawan senior kita merajut jalinan kasih selama puluhan tahun ini.

“Jarum dan benang akan bersama selamanya. Artinya, jalinan jodoh kami dan Master selamanya tidak akan terputus. Sesungguhnya, kita semua bagaikan mutiara. Namun, kita tidak saling mengenal dan terpencar di berbagai tempat. Beruntung, Master mengumpulkan kita dan menggunakan Dharma untuk mengelap kita hingga sangat bersih. Master bagaikan seutas benang welas asih yang menyatukan kita semua sehingga kita bisa bersinar cemerlang dalam hidup kita,” kata Ji Jing-yang, relawan Tzu Chi.

Para relawan senior ini bersumbangsih dengan sepenuh hati dan tekad selama puluhan tahun ini. Selain itu, mereka juga bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka tidak pernah mengharapkan imbalan. Mereka bersumbangsih dengan gembira. Cinta kasih agung tanpa penyesalan, welas asih agung tanpa keluh kesah, sukacita agung tanpa kerisauan, dan keseimbangan batin agung tanpa pamrih, demikianlah semangat para relawan senior dalam bersumbangsih. Saya sangat bersyukur.


Mengapa mereka bisa membangkitkan niat untuk bersumbangsih? Karena mereka telah melihat penderitaan. Jadi, mereka terinspirasi untuk menjadi Bodhisatwa. Mereka bersumbangsih bersama dengan kesatuan hati dan tekad. Mereka mengumpamakan saya sebagai seutas benang dan diri mereka sebagai mutiara. Namun, mutiara tidak akan bisa disatukan jika tidak memiliki lubang. Bagai lubang pada mutiara, kita harus memahami bahwa pada hakikatnya, segala sesuatu adalah kosong. Pemahaman ini sangatlah penting.

Kekosongan tiga aspek dana merupakan pencapaian terpenting dalam pelatihan diri. Insan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih. Dengan adanya lubang, butir demi butir mutiara baru bisa disatukan dengan benang. Tzu Chi telah berdiri setengah abad lebih. Setiap relawan kita merupakan mutiara yang cemerlang. Mereka terus bersumbangsih dalam jangka panjang.

Untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa, kita harus memahami kekosongan sejati dan eksistensi ajaib. Kita harus percaya bahwa kebenaran ada dalam segala sesuatu di dunia ini. Namun, dalam menghadapi semua orangdan hal, jangan ada kemelekatan. Dengan begitu, kita akan rela bersumbangsih dengan penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.


Dalam perjalanan saya kali ini, saya melihat para relawan senior yang membuat saya sangat terkesan. Saat saya melakukan perjalanan, mereka berharap dapat bertemu dengan saya. Karena mengasihi saya, mereka berusaha bertemu dengan saya. Ada yang bersusah payah datang sendiri, ada yang didampingi oleh anak mereka, ada pula yang datang dengan bantuan tenaga kerja asing. Demikianlah kehidupan. Dahulu, mereka rela mengunjungi rumah demi rumah untuk menolong orang-orang. Namun, kini melangkah saja sangat sulit bagi mereka.

Coba beri tahu Master bagaimana Anda mengumpulkan donasi.

“Sekarang saya menjadikan kursi roda sebagai tongkat. Kalau tidak bisa berjalan, saya akan menggunakan kursi roda,” jawab Wu Qiu Su-ci, relawan Tzu Chi.

Kamu masih keluar untuk mengumpulkan donasi setiap bulan, berarti pikiranmu masih sangat tajam. Kamu harus terus melakukannya.

“Dengan mengemban misi Tzu Chi, pikiran saya tetap tajam. Saya akan terus bersumbangsih selama masih mampu. Terima kasih, Master,” tambah Wu Qiu Su-ci.

“Saya tidak leluasa berjalan. Semua barang yang saya butuhkan, seperti alat bantu jalan dan sebagainya, disiapkan secara lengkap oleh saudara se-Dharma kita. Melihat semua itu, saya meneteskan air mata. Dokter berkata bahwa saya mengalami patah tulang atipikal dan seharusnya baru bisa menggunakan alat bantu jalan setelah setahun. Dokter merasa heran mengapa baru 10 bulan, saya sudah bisa berjalan ke mana-mana dengan alat bantu jalan. Saya berkata, “Karena saya memiliki banyak saudara se-Dharma. Setiap hari, mereka mendoakan saya dan berbagi berkah dengan saya.” Saya sangat bersyukur kepada Master. Saya juga mendorong kursi roda sendiri untuk keluar mengumpulkan donasi,” ujar Chen Yu-xin, relawan Tzu Chi.


Dalam keluarga besar Tzu Chi, ada banyak relawan yang sudah lansia, tetapi juga ada banyak relawan yang mendampingi mereka. Para relawan lansia ini masih memiliki tekad yang teguh dan pikiran yang tajam. Mereka terus mewariskan semangat Tzu Chi. Melihat relawan kita mewariskan semangat Tzu Chi dan saling mendampingi, saya sangat gembira dan tenang. Saya terus berpesan pada kalian agar tidak membiarkan jalinan jodoh ini terputus.

“Saya berusia 92 tahun,” kata Guo Chen Shan, relawan Tzu Chi berusia 92 tahun.

“Sembilan puluh dua tahun?”

“Anda baru berusia 42 tahun.”

“Jadi, kamu baru berusia 42 tahun.”

“Ya, saya baru berusia 42 tahun karena menabung 50 tahun di bank usia,” jawab Guo Chen Shan.

Kalian harus ingat bahwa kalian juga harus menabung 50 tahun kedua di bank usia.

“Master, saya sungguh menunaikan semua kewajiban saya. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya mengambil bagian dalam berbagai tugas di tim kami, seperti relawan ladang berkah dan daur ulang. Saya keluar bersama truk daur ulang sehingga kaki saya sangat kuat,” kata Zhang Ming-zhu, relawan Tzu Chi berusia 77 tahun.

“Tahun ini, saya berusia 35 tahun. Saya telah bergabung dengan Tzu Chi selama hampir 40 tahun. Sebelum Tzu Chi menggalakkan kegiatan daur ulang pada tahun 1990, saya sudah melakukan daur ulang. Saya terus melakukannya hingga sekarang. Saya juga menjadi relawan di rumah sakit kita,” Zeng Yi-bing, relawan Tzu Chi berusia 85 tahun.

“Saya telah mengikuti langkah Master selama hampir 40 tahun. Saya sepenuh hati mendedikasikan diri dan tidak pernah berubah. Saat ini, saya juga menjadi relawan konsultasi,” tutur Lai Yang Su-mei, relawan Tzu Chi berusia 87 tahun.

“Sekarang, saya dan istri saya datang ke kantor untuk bertugas setiap hari Rabu. Dalam menangani berbagai hal, para relawan yang lebih muda akan meminta saran dari kami. Saya sangat bersyukur kepada Master yang memberi kami kesempatan untuk bersumbangsih. Terima kasih,” ungkap Yu Jin-shan, relawan Tzu Chi berusia 94 tahun.

Mutiara-mutiara ini tetap menyatu dengan benang ini. Para relawan ini telah mendedikasikan diri sejak 20 hingga 30 tahun yang lalu. Dari masih muda, mereka bersumbangsih hingga kini telah berusia 90-an tahun. Mereka sungguh mengagumkan. Contohnya A-jiao. Di kantor cabang lama kita di Taichung, dia memimpin 500 relawan ladang berkah. Di tempat yang luas itu, 500 relawan secara bergilir melakukan pembersihan. Setiap kali saya pergi ke sana, dia selalu mengajak 500 relawan ladang berkah yang bertugas membersihkan kantor cabang lama kita untuk menemui saya. Setiap orang berbagi pengalaman.

Jangan mengira bahwa mereka hanya melakukan pembersihan. Insan Tzu Chi mempraktikkan Dharma dan menggunakan berbagai metode untuk membimbing sesama. Karena itu, mereka bisa menginspirasi relawan yang tak terhingga. Dengan kesatuan hati dan tekad, insan Tzu Chi bersama-sama membuka dan membentangkan jalan yang lapang. Insan Tzu Chi membuka Jalan Bodhisatwa dan terus membentangkan jalan ini.

Empat Misi Tzu Chi, yakni kesehatan, pendidikan, budaya humanis, dan amal, tidak akan bisa dijalankan tanpa dedikasi para relawan Tzu Chi. Kini kalian yang berada di hadapan saya bagaikan butir demi butir mutiara yang disatukan dengan benang. Saya berharap ini bisa bertahan selamanya. Jika benang terputus, mutiara-mutiara akan terpisah. Jika jalinan jodoh kita terputus, maka kita juga akan terpisah. Kita harus menjaga jalinan kasih sayang di antara kita.

Bertekad mengatasi kesulitan demi menolong orang kurang mampu

Memahami kekosongan tiga aspek dana agar bisa bersumbangsih tanpa pamrih

Membuka dan membentangkan Jalan Bodhisatwa

Merajut jalinan kasih dengan kesatuan hati dan tekad

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Juli 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 26 Juli 2018
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -