Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Ajaran Buddha dan Melindungi Dunia
Rasa syukur ini sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Selama lebih dari 2 ribu tahun, nilai cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin adalah ajaran Buddha yang datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk. Sesungguhnya, berapa banyak yang terinspirasi dan mampu melaksanakannya? Kita tidak tahu.
Seiring berjalannya waktu, lahirlah Tzu Chi. Tzu Chi dimulai dengan praktik menyisihkan 50 sen dan semangat ini berlangsung hingga saat ini. Insan Tzu Chi di seluruh dunia kini, meski berada di tempat yang berbeda-beda, tetap bergerak serentak dengan langkah yang sama untuk menjalankan berbagai misi. Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga.
Para Bodhisatwa telah mewujudkan niat saya untuk membawa manfaat bagi kampung halaman Buddha. Kini, kita bisa lebih memahami kondisi di sana. Akibat kemiskinan, orang-orang di sana kekurangan banyak hal, seperti cinta kasih, perhatian, uang, maupun kebutuhan pokok. Meski tidak memiliki hubungan apa pun, insan Tzu Chi membangun tekad dan ikrar untuk membantu hanya karena satu kalimat saya, "Hendaknya kalian berkontribusi kembali bagi kampung halaman Buddha."

Sebagai umat Buddha, kita senantiasa berusaha menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dari manakah sumber jiwa kebijaksanaan berasal? Sumber jiwa kebijaksanaan berasal dari kedatangan Buddha di dunia lebih dari 2 ribu tahun yang lalu. Buddha datang karena melihat banyak makhluk tersesat, kehilangan cinta kasih yang tulus, dan tidak memiliki cinta kasih berkesadaran.
Oleh karena itu, Beliau datang demi mengajarkan bahwa cinta kasih berkesadaran adalah jalinan kasih sayang yang abadi dan setiap orang pada dasarnya memiliki cinta kasih. Hendaknya kita membangkitkan cinta kasih dalam diri semua orang. Bagaimana membangkitkan cinta kasih setiap orang hingga menjadi tak terbatas? Jika tidak dimulai dari setiap orang, tidak mungkin ada cinta kasih yang nyata.
Sama halnya dengan kasih sayang, jika tidak ada yang menggerakkan rasa itu, tidak akan ada langkah kasih sayang yang lahir dari satu momen kecil. Jadi, segala sesuatu selalu berawal dari satu titik, dari detik demi detik, dan menit demi menit. Satu detik dini hari menjadi awal, enam puluh menit membentuk satu jam. Dengan adanya satu jam, dimulailah rangkaian 24 jam dari 1 hari.

Di dunia ini, kita harus pandai menghitung waktu dan memanfaatkannya untuk berbuat sebanyak mungkin. Setiap hari selalu ada insan baru yang bergabung dengan Tzu Chi. Untuk membimbing mereka di jalan ini, kita harus giat mendalami sejarah perjalanan Tzu Chi. Sejarah perjalanan Tzu Chi harus sering kita bahas. Jika tidak diulang, orang-orang akan cepat lupa dan niat awal bisa hilang.
Saya berharap insan Tzu Chi dapat terus membagikan semangat dan nilai-nilai Tzu Chi. Jangan pernah lupakan tahun, orang, detik, dan menit sejak saat niat kalian muncul hingga mulai berjalan di Tzu Chi. Ini disebut dengan data besar. Dahulu, saya selalu merasa ini hal yang merepotkan. Mengapa harus terus menoleh ke belakang? Kini, saya menyadari bahwa hal itu sangat penting. Tanpa momen kelahiran Buddha, bagaimana mungkin ada ajaran Buddha?
Saat ini, Tzu Chi memiliki empat hal utama yang harus diperhatikan, yaitu waktu, ruang, hubungan antarmanusia, dan bagaimana misi kita dimulai. Setiap detik dalam kehidupan manusia adalah ruang bagi insan Tzu Chi untuk terjun dan memberikan pendidikan. Bersumbangsih harus dilakukan tanpa pamrih. Jika bersumbangsih karena mengharapkan balasan, langkah kita akan berhenti di sana.

Kita perlu menabur benih tanpa henti. Jika kita terus melangkah maju dan menabur benih, satu benih dapat tumbuh menjadi hutan yang luas dan tak terhingga. Hendaknya kita terus berbuat, belajar, dan sadar. Kita harus terus tekun dan bersemangat tanpa pernah berhenti. Waktu tidak pernah berhenti. Hendaknya kita belajar dari waktu dan terus mengejarnya. Waktu akan mengejar orang yang tersadarkan.
Untuk mencapai pencerahan, kita harus mengejar waktu dengan tekun dan bersemangat. Untuk mengejar waktu, kita harus menyadari pentingnya memanfaatkan waktu. Dengan menggenggam waktu, kita dapat meraih segala pencapaian. Jadi, kita harus menjaga diri dengan baik agar tidak melekat pada hal-hal yang buruk.
Lakukanlah hal yang benar. Melakukan hal yang benar berarti menabur benih pencerahan. Benih pencerahan harus ditabur dengan menggenggam jalinan jodoh dan harus dilakukan dengan cara yang benar. Langkah yang benar akan mematangkan berbagai jalinan jodoh yang membawa kita pada berbagai pencapaian. Namun, kita harus terlebih dahulu membina sebab dan kondisi yang baik, barulah benih yang kita taburkan ini dapat membuahkan hasil yang diharapkan.
Mewariskan ajaran Buddha dan membangkitkan jiwa kebijaksanaan
Mengasihi dan melindungi orang yang menderita dengan cinta kasih berkesadaran
Menghargai waktu untuk menabur kebajikan dengan tekun dan bersemangat
Meneruskan jalinan jodoh hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 12 September 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 14 September 2025