Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Ajaran Kebenaran dan Melindungi Niat Baik

Sungguh, di seluruh dunia, terdapat bahasa yang berbeda-beda. Untuk membabarkan Dharma, kita membutuhkan berbagai bahasa. Saat dikunjungi tamu dari luar negeri, kita harus menyambut mereka dan menjelaskan tentang Tzu Chi kepada mereka agar mereka dapat memahami Tzu Chi. Selain itu, kita juga harus menyentuh hati mereka. Untuk itu, kita membutuhkan berbagai bahasa.

Bodhisatwa sekalian, saya berharap kita dapat merekrut lebih banyak relawan yang menguasai bahasa asing agar ajaran Buddha dapat semakin meluas sehingga semakin banyak orang yang memahami kebenaran dalam ajaran Buddha. Kini, terjadi banyak bencana akibat meningkatnya emisi karbon dan polusi. Ini berkaitan dengan kelestarian lingkungan. Saya berharap para relawan yang menguasai bahasa asing ini dapat lebih memahami semangat pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Kita harus mencari cara untuk membuat orang-orang memahami bahwa untuk menghargai sumber daya alam dan mengasihi Bumi, kita cukup mengurangi konsumsi sesuai kebutuhan kita saja. Jika tidak, perubahan iklim akan semakin ekstrem. Contohnya, musim dingin tahun ini yang begitu dingin dengan topan, salju, dan hujan yang kerap menghampiri.

Kehidupan Para Pengungsi

Kita bisa melihat penderitaan para pengungsi. Kehidupan mereka sungguh penuh penderitaan. Yang membuat orang semakin tidak tega adalah melihat ditutupnya perbatasan di beberapa negara sehingga para pengungsi tertahan di luar. Banyak lansia, perempuan, dan anak yang tertahan di negara yang berbeda-beda dan tidak memiliki rumah. Mengapa keluarga yang semula harmonis bisa terpecah belah seperti ini? Karena pikiran manusia. Kondisi luar membuat ketamakan manusia terbangkitkan sehingga antar manusia saling bertikai dan menimbulkan bencana besar seperti ini. Benar, inilah karma buruk kolektif.

Buddha mengajarkan karma buruk kolektif kepada kita. Kondisi seperti ini hanya bisa dijelaskan dengan karma buruk kolektif. Penderitaan manusia seperti ini sudah kita ketahui lewat ajaran Buddha. Ada banyak hal yang berada di luar kendali kita. Dharma dapat membantu kita sepenuhnya tersadarkan. Selain itu, kita juga bisa mengendalikan hati dan pikiran kita terhadap hal-hal yang terjadi di dunia ini. Jadi, kita bisa sepenuh hati melakukan hal yang seharusnya dilakukan dan menahan diri dari godaan untuk melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan. Setelah melakukan hal yang seharusnya dilakukan, kita akan merasa gembira dan penuh sukacita. Inilah yang disebut menolong sesama dengan Dharma.

Saat hal yang kita lakukan berhasil membawa manfaat bagi orang lain, kita akan merasa penuh sukacita dan tenang. Hati kita akan dipenuhi kedamaian dan sukacita Dharma. Saat melihat insan Tzu Chi bersusah payah untuk bersumbangsih, saya selalu berkata, “Kalian sudah bersusah payah.” Namun, mereka selalu berkata, “Master, kami sangat bahagia.” Benar, saat kita melakukan hal yang benar-benar bermanfaat bagi sesama, kita akan merasa lebih bahagia. Contohnya, insan Tzu Chi yang pergi ke Serbia. Saat seorang relawan kita membantu pengungsi mengenakan pakaian dan berinteraksi dengannya, kita bisa melihat dia merasakan sukacita dari lubuk hatinya karena pencapaian itu sungguh tidak mudah. Perbatasan setiap negara tidak mudah untuk dilewati. Saat perbatasan dibuka bagi relawan kita sehingga mereka dapat menjangkau dan bersumbangsih bagi para pengungsi, mereka sangat gembira dan penuh sukacita. Inilah yang disebut dengan sukacita Dharma.

Relawan kita membagikan pakaian musim dingin sesuai ukuran setiap pengungsi. Jadi, setiap pengungsi memperoleh pakaian yang sesuai dengan kebutuhan dan ukuran masing-masing. Dengan begitu, para pengungsi merasa gembira, kita juga merasakan sukacita dalam Dharma. Singkat kata, penderitaan pengungsi sungguh tak terkira. Insan Tzu Chi merasa tidak tega melihatnya. Kita juga melihat para pengungsi mengonsumsi makanan yang dingin dan keras serta makanan kalengan. Setiap kali makan, tercipta banyak sampah dari kemasan makanan. Insan Tzu Chi tidak tega melihat mereka mengonsumsi makanan yang dingin. Kemudian, Komisi Penanganan Pengungsi Serbia mengizinkan Tzu Chi untuk membeli makanan jadi dan memanaskannya kembali untuk para pengungsi.

Namun, setelah makanan dikonsumsi, tercipta banyak sampah. Berhubung merasa berat hati melihat kondisi ini, saya menyarankan relawan kita untuk mengirimkan nasi Jing Si ke Serbia jika pemerintah setempat mengizinkannya. Kita segera menghubungi pemerintah setempat dan memperoleh izin dari mereka. Kita bahkan membawa panci tahan panas ke sana. Begitu tiba di Serbia, Qingxiushi kita, Chor-siong, segera berkomunikasi dengan Ketua Komisi Penanganan Pengungsi dengan harapan pengungsi dari tiga negara dapat mencicipi nasi Jing Si kita. Chor-siong berbagi dengan mereka bahwa Tzu Chi berasal dari Taiwan. Dia memulainya dari kisah celengan bambu hingga bagaimana kita memberikan bantuan bencana internasional. Ini berkat bahasa Inggris yang dikuasainya.

Di Serbia, dia menggunakan bahasa Inggris. Namun, sebagian pengungsi tidak mengerti bahasa Inggris. Beruntung, ada seorang anggota Komisi Penanganan Pengungsi yang secara sukarela membantu menerjemah perkataannya dari bahasa Inggris ke bahasa yang dapat dimengerti oleh pengungsi. Di setiap tempat, terdapat penyelamat dan orang yang penuh cinta kasih. Inilah yang kita lihat di Serbia. Sesungguhnya, kisah yang menyentuh hati sangatlah banyak. Sebagai relawan yang menguasai bahasa asing, kalian harus tahu lebih banyak tentang kegiatan Tzu Chi. Selain itu, kalian juga harus segera memahami apa yang tengah kita lakukan di dunia internasional. Dengan begitu, kalian dapat menerjemahkannya agar semakin banyak orang yang mengetahuinya.

Bodhisatwa sekalian, menyelamatkan Bumi tidak bisa ditunda. Setiap relawan yang bisa berbahasa asing harus dapat menjalankan berbagai fungsi. Kita juga harus mengimbau orang-orang untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan bervegetaris. Setiap orang hendaknya bervegetaris. Jika setiap orang dapat bervegetaris maka akan mendatangkan manfaat besar dalam upaya pelestarian lingkungan.

Membabarkan ajaran kebenaran dengan kemampuan berbahasa asing

Mengimbau orang-orang untuk mengendalikan nafsu keinginan dan menghargai berkah

Bersusah payah untuk melewati perbatasan dan bersumbangsih dengan penuh sukacita

Bertekad untuk bervegetaris demi menjaga kelestarian lingkungan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Maret 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 29 Maret 2016
Mendedikasikan jiwa, waktu, tenaga, dan kebijaksanaan semuanya disebut berdana.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -