Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Cinta Kasih dalam Sejarah Tzu Chi


“Dahulu, sesungguhnya warga Taiwan hanya ada beberapa pilihan untuk berinvestasi. Membeli emas untuk disimpan merupakan kebiasaan banyak orang. Saat Tzu Chi berencana untuk membangun rumah sakit di wilayah timur Taiwan, banyak insan penuh kasih yang terinspirasi meski mereka tidak kaya,”
kata Hong Jing Yuan, Kepala Divisi Penyuntingan Sejarah Tzu Chi.

Setiap minggu, saya menanti momen ini untuk mendengar tim kita membagikan kisah. Ini merupakan kenikmatan besar bagi saya. Kisah-kisah yang dibagikan sungguh tak ternilai. Kisah-kisah yang tak ternilai ini terus terakumulasi seiring waktu. Saya sungguh sangat bersyukur.

Terlebih lagi, Jing Yuan sangat bersungguh hati mengumpulkan sepotong demi sepotong informasi dari sejarah Tzu Chi, lalu membagikannya sedikit demi sedikit sehingga saya dapat mengenang banyak orang, peristiwa, dan materi masa lalu. Akumulasi dari orang, peristiwa, dan materi ini telah menjadi sejarah yang sangat bernilai.

Saat ini, kita harus segera melakukan inventarisasi dan mencatat sejarah. Kita harus membagikan pengalaman kita pada masa itu agar orang-orang bisa menjadi saksi.

“Paman Hou Fu-ren hidup hemat. Agar anaknya bisa hidup nyaman, beliau terus menabung hingga membeli 25 emas batangan. Di manakah beliau menyimpannya? Adakalanya, beliau menyimpannya di bawah ambang pintu. Beliau membuat sebuah lubang dan menyimpan emas batangannya di sana. Adakalanya, beliau menyimpannya di bawah tangga, di bawah bak mandi, dan berbagai tempat lainnya,” lanjut Hong Jing Yuan.

Hong Jing Yuan melanjutkan “Setelah tahu bahwa Master tengah mendirikan rumah sakit, beliau berkata pada istrinya, ‘Anak kita telah memiliki keluarga dan karier sendiri. Emas-emas itu sudah tidak ada gunanya. Jika disimpan di bawah ambang pintu, pikiran saya juga terikat di sana.’ Saya merasa bahwa beliau sangat bijaksana. Inilah kemelekatan dan noda batin. Daripada menyimpan emas-emas itu dan selalu khawatir dicuri orang, beliau memutuskan untuk menyumbangkannya kepada Master.

“Saat mengantarkan emas-emas itu, beliau berkata, ‘Master, maaf. Saya ingin memberikan kerisauan saya kepada Master.’ Beliau menyumbangkan 25 emas batangannya kepada Master. Beliau berkata, ‘Master tengah mendirikan RS di Taichung. Saya berharap dapat turut berkontribusi dalam pembelian besi beton, batu bata, pasir, dan semen dalam pembangunan rumah sakit ini’," pungkas Hong Jing Yuan.


Kita mendengar kisah tentang Bapak Hou. Janganlah kita melupakannya. Bagi saya, kisah ini sungguh tak ternilai. Ini bukan tentang nilai emas yang disumbangkannya, melainkan nilai kehidupannya.

Seumur hidupnya, beliau bekerja keras dan hidup hemat untuk menabung sedikit demi sedikit. Beliau juga membangkitkan tekad agung. Dengan tekad agungnya, beliau menyumbangkan semua emasnya untuk mendukung saya membangun rumah sakit.

Kisah tentang orang-orang yang mendukung pembangunan rumah sakit sungguh sangat banyak. Mereka menabung sedikit demi sedikit, tetapi memberikan dukungan besar untuk membangun rumah sakit.

Pasir yang diaduk dengan semen digunakan untuk menyatukan batu bata, sepotong demi sepotong, selapis demi selapis. Besi beton, semen, dan batu bata membentuk bangunan yang kokoh. Berapa banyak orang yang telah diselamatkan rumah sakit kita? Sulit untuk menghitungnya.


Saya juga mendengar tentang Topan Haiyan. Saya selalu mengingat perahu di atas lautan luas yang mengangkut uang 100 juta peso itu. Kita masuk dari pintu depan bank, lalu mobil pengangkut uang mengirimkan uang dari pintu belakang dan memindahkannya ke perahu tersebut untuk dibagikan.

Kini, masih ada banyak orang yang bisa menjadi saksi dari sejarah yang legendaris ini. Ada yang bisa membuktikan bahwa itu kejadian nyata, bukan sekadar cerita. Ini merupakan sejarah masa kini yang sangat legendaris.

Di dunia ini, segala sesuatu mengalami empat fase perubahan. Materi yang terbentuk akhirnya akan hancur. Setelah terbentuk, planet mengalami fase berlangsung yang sangat panjang. Karena itulah, ada satuan kalpa untuk waktu.

Fase berlangsung planet mencapai berkalpa-kalpa yang tak terhitung. Di alam semesta ini, semua materi terus mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Manusia juga mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati.

Kita telah menjalin jodoh sejak berbagai kehidupan lampau. Tanpa jalinan jodoh, kita tidak akan bisa berhimpun. Tzu Chi berpegang pada filosofi dan ikrar Buddha dari 2.000 tahun lebih yang lalu. Dengan akses transportasi yang memadai sekarang, kita bisa berhimpun untuk berbagi kisah penuh kehangatan.


Hari ini, kita berfokus pada penyaluran bantuan Topan Haiyan di Filipina. Dalam sekejap, banyak keluarga yang tercerai-berai. Kita telah mendengar dan melihat Bodhisatwa di dunia. Para Bodhisatwa berhimpun untuk menjangkau daerah bencana. Demi menyelamatkan daerah yang hampir ditinggalkan, para relawan kita terus menyalurkan bantuan di sana.

Agar warga setempat dapat turut mengerahkan tenaga, kita menjalankan program bantuan lewat pemberian upah. Untuk memulihkan sendi kehidupan setempat, kita mengajak warga setempat untuk turut berpartisipasi dan memberikan upah pada mereka. Inilah program bantuan lewat pemberian upah.

Saya sangat bersyukur rekaman saat itu masih ada. Saya berharap rekaman ini juga dimasukkan ke dalam sejarah Tzu Chi. Sejarah Tzu Chi menunjukkan bagaimana kita bersumbangsih di tengah masyarakat. Banyak orang yang bisa menjadi saksi nyata. Artikel, video, dan foto yang berkaitan juga harus disimpan dengan baik.

Kita hendaknya sering membagikan kisah-kisah kita. Dengan adanya saksi nyata dan foto sebagai bukti serta tanggal, bulan, dan tahun yang jelas, semua ini akan menjadi sejarah yang berharga.

Menjadi saksi dari kejadian nyata dan menulis sejarah
Menghimpun jalinan jodoh berkah sedikit demi sedikit
Empat fase perubahan dari tiga fenomena terus terjadi
Mewariskan cinta kasih dalam sejarah Tzu Chi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 November 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 10 November 2025
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -