Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Cinta Kasih dari Waktu ke Waktu

“Saat pesawat China Airlines jatuh, saya ingat bahwa insan Tzu Chi Taoyuan sedang melakukan kebaktian. Jadi, mereka dengan cepat pergi ke lokasi,” kata Luo Mei-zhu, relawan Tzu Chi.

“Saat para relawan di Taoyuan membeli bahan makanan, saya segera menyiapkan enam panci besar. Kakak Luo Mei-zhu meminta kami untuk memasak teh jahe dan mi. Kami membeli banyak bahan makanan. Hampir semua anggota tim penyelamat dan semua orang di bandara memakan makanan yang kita siapkan,” kata Luo Qing-yuan, relawan Tzu Chi lainnya.

“Di lokasi, insan Tzu Chi menenangkan dan membimbing keluarga korban. Sebagian keluarga korban sangat sedih dan menangis dengan bersandar di bahu kita. Kita membiarkan mereka menangis dan menepuk punggung mereka. Setelah itu, mereka dengan tegar kembali mengidentifikasi korban. Master Cheng Yen mengajari kita bahwa tidak ada yang tidak saya kasihi di dunia ini. Master juga mengajari kita untuk memperlakukan orang lain bagaikan orang tua, saudara, atau anak sendiri. Jadi, kita memperlakukan orang lain bagai keluarga sendiri,” kata Luo Mei-zhu, relawan Tzu Chi.

 

“Saat menyalurkan bantuan bencana, kita sungguh harus sangat bersyukur karena lewat kehidupan orang lain, kita menyaksikan bahwa hidup manusia tidak kekal. Kita sangat tersentuh. Setiap kali menyalurkan bantuan bencana, kita merasa bahwa sumber kekuatan terbesar kita ialah kepercayaan para donatur dan ajaran Master Cheng Yen. Saat menyalurkan bantuan bencana, kita berusaha menyalurkan cinta kasih dan welas asih Master terhadap korban bencana agar mereka dapat merasakannya,” tutup Luo Mei-zhu, relawan Tzu Chi.

Tujuan perjalanan saya kali ini ialah mengingatkan setiap orang untuk menjadi saksi sejarah zaman sekarang serta mengukir sejarah bagi umat manusia dan Tzu Chi. Karena itulah, kita perlu mengenang dan berbagi pengalaman satu sama lain. Dengan berbagi pengalaman masing-masing, kita sekaligus mengenangnya.

Saya mendengar insan Tzu Chi Taipei berbagi tentang insiden jatuhnya pesawat China Airlines pada tahun 1998. Insiden yang terjadi di Dayuan, Taoyuan itu sangat mengerikan dan tragis. Begitu menerima kabar, insan Tzu Chi segera bergerak untuk membantu pada tengah malam. Para keluarga korban yang semula pergi ke bandara untuk menjemput para penumpang juga menerima kabar tentang insiden itu. Saat melihat insan Tzu Chi tiba, para keluarga korban meminta relawan kita untuk membantu mengidentifikasi anggota keluarga mereka.

 

Mendengar kisah ini, saya sungguh merasa sangat sedih. Insiden ini terjadi pada tahun 1998. Relawan kita berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan bantuan, seperti menyiapkan makanan dan mendampingi keluarga korban. Mendengar tangisan keluarga korban, relawan kita juga membentangkan tangan untuk menghibur mereka satu per satu. Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan berani dan berbagi pengalaman dengan orang lain.

Selama lebih dari setengah abad Tzu Chi berdiri di Taiwan, pasti ada sejarah pada tahun tertentu yang bisa kita bagikan dengan orang lain.

“Pada tanggal 24 April 2003, SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome),merebak di Rumah Sakit Heping. Pada tanggal 26 April malam, kita mendirikan posko pelayanan untuk memperhatikan keluarga pasien. Pada pagi hari yang sama, kita melayangkan dua balon yang terdapat tulisan: Jutaan curahan perhatian dan doa; insan Tzu Chi selalu mendampingimu. Sehari sebelum itu, kita telah mengundang relawan dan warga komunitas untuk menulis kartu ucapan di Kantor Perwakilan Tzu Chi Xichang. Lalu, kita membuat poster berbentuk hati dengan kartu-kartu ucapan itu dan mengantarkannya ke RS Heping untuk digantung di tembok. “Kepala perawat memberi tahu kita bahwa kartu-kartu ucapan itu sangat bermanfaat karena setiap hari, para pasien akan membacanya sambil meneteskan air mata. Karena itu, kita menyerahkan kartu-kartu ucapan lainnya kepada kepala perawat itu agar bisa ditukar setelah beberapa waktu,” kata Yang Ru-yun, relawan Tzu Chi.

 

“SARS bisa membuat nyawa kita terancam. Ada sebuah lagu Tzu Chi yang berjudul Rangkulan Kasih Sayang Bagi Semua Makhluk. Tanpa kemurahan hati, kebijaksanaan, dan keberanian agung, bagaimana bisa merangkul semua makhluk? Jadi, saat itu kita sungguh berada di bawah tekanan besar. Dalam surat untuk anak saya, saya berkata,  ‘Jika ibu terjangkit SARS sehingga kalian harus dikarantina, tolong jangan menyalahkan Tzu Chi karena ibu telah banyak belajar dari Master Cheng Yen. Selain itu, ibu paling suka menjalankan Tzu Chi. Kalian harus bangga pada Ibu’,” kata Luo Mei-zhu, relawan Tzu Chi.

“Dengan cinta kasih dan welas asih, kita akan berani untuk memikul tanggung jawab atas dunia ini. Begitulah kesan saya terhadap Tzu Chi saat itu. Saat itu sungguh masa sulit bagi saya. Beruntung, ada insan Tzu Chi yang mendampingi saya. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya sangat bersyukur kepada Master Cheng Yen. Tzu Chi memberi saya dua pemutar audio. Awalnya saya punya satu, tetapi sudah rusak. Saya tidak bisa tidur meski minum tiga butir obat tidur setiap hari. Kalian tahu bahwa sangat mudah bagi dokter untuk mendapatkan obat tidur. Saya bisa minum 3 atau 4 butir obat tidur, tetapi tetap tidak bisa tidur. Namun, keesokan harinya, saya harus berpura-pura tegar dan membuat orang-orang merasa bahwa SARS tidak menakutkan. Jadi, saya hanya bisa menangis di malam hari,” kata dr. Luo Qing-hui, mantan kepala Penanggulangan SARS Rumah Sakit Umum Songshan.

“Belakangan, saya terus mendengar lagu Tiga Tiada dan Doa hingga akhirnya tertidur. Saya juga mendengar ceramah Master Cheng Yen, tetapi saat itu, saya tidak sepenuhnya paham apa yang Master katakan. Meski demikian, suara Master membuat saya tenang. Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi yang mendampingi saya sehingga saya bisa bertahan. Pada masa-masa sulit itu, tanpa insan Tzu Chi, saya mungkin tidak bisa bertahan,” tambah dr. Luo Qing-hui.


Perebakan SARS sangat mengkhawatirkan. Saat itu, kita menjadikan kantor lama kita di Kaohsiung sebagai pabrik pakaian sementara. Pakaian isolasi untuk rumah sakit dijahit di kantor lama kita di Kaohsiung. Semua pakaian isolasi yang dibutuhkan RS dijahit di sana. Insan Tzu Chi di seluruh Taiwan bergerak untuk membantu saat itu.

Saya sungguh sangat bersyukur. Selama lebih dari setengah abad ini, banyak sejarah yang bisa kita kenang. Saya berharap setiap orang dapat terus mengenang sejarah kita dan menuangkannya ke dalam tulisan. Demikianlah kita menulis sejarah Tzu Chi, menjadi saksi bagi zaman sekarang, dan mengukir sejarah bagi umat manusia. Akumulasi detik demi detik dapat membentuk waktu yang panjang.

Tzu Chi telah berdiri selama 54 tahun. Saya berharap setiap orang dapat mengingat sejarah Tzu Chi, orang-orang yang bersumbangsih, dan tekad yang kita bangkitkan. Kita harus mengenang sejarah kita agar daya ingat kita tidak menurun.

Melihat para Bodhisatwa kita kali ini, saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Mereka bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih dari kehidupan ke kehidupan. Saya merasa bahwa mereka pasti telah menjalin jodoh baik dengan saya dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Terima kasih.

Tzu Chi telah berdiri lebih dari setengah abad di Taiwan
Mengenang insiden jatuhnya pesawat dan penyebaran SARS di Taiwan
Bodhisattva menjadi sandaran dengan cinta kasih berkesadaran
Mengukir sejarah bagi dunia dan mewariskan cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Juli 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 19 Juli 2019

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -