Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Cinta Kasih yang Membawa Kehangatan bagi Dunia

Saya sungguh sangat bersyukur pemerintah Serbia memberi waktu selama 10 hari kepada Tzu Chi untuk menyediakan makanan hangat bagi pengungsi. Pada tanggal 12 Maret, kita menyediakan hampir 900 porsi makanan hangat. Para pengungsi sangat gembira. Di wajah setiap orang terlihat senyuman.

Sebelum makanan hangat disediakan, para pengungsi masih merasa ragu apakah kita benar-benar dapat menyediakan makanan hangat bagi mereka. Mereka semua sangat berharap dapat mengonsumsi makanan hangat. Saat makanan hangat disediakan, semua orang tersenyum dan makan dengan gembira.

Yang agak disayangkan adalah kita tidak dapat memasaknya sendiri, hanya bisa membeli makanan jadi dan memanaskannya kembali. Jadi, kita tidak dapat memasaknya sendiri. Jika tidak, Relawan Yang yang merupakan seorang koki dapat menunjukkan keahlian memasaknya. Meski demikian, dia tetap membantu menyediakan makanan hangat.

Sumbangsih kita telah menyentuh dan menginspirasi badan amal setempat. Setiap hari, sikap insan Tzu Chi yang begitu bersahabat serta penuh rasa hormat dan kekuatan cinta kasih telah menyentuh hati mereka. Mereka yang tersentuh melihat sumbangsih kita menyatakan bahwa mereka ingin bekerja sama dengan insan Tzu Chi. Mereka mengizinkan kita menggunakan dapur mereka untuk menyediakan makanan bagi para pengungsi. Ini sungguh hal yang menggembirakan.

Di sana, insan Tzu Chi berusaha bersumbangsih selama mungkin sesuai jalinan jodoh. Namun, insan Tzu Chi sudah berhari-hari berada di sana. Tanpa menghitung waktu yang mereka habiskan untuk melakukan survei dan perencanaan, mereka sudah berada di Serbia selama belasan hari. Ada yang terserang flu, ada pula yang kelelahan. Meski banyak orang yang menderita, tetapi kita juga bisa melihat banyak orang yang penuh cinta kasih. Asalkan masih memiliki jalinan jodoh, kita akan bersumbangsih selama mungkin dan memberikan pendampingan jangka panjang.

Kita semua menghormati dan mengasihi kehidupan semua makhluk. Saya sungguh sangat tersentuh. Selain menghormati semua makhluk, relawan kita juga mengemban misi Tzu Chi dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Mereka tidak menyia-nyiakan hidup mereka. Hidup mereka sangat berharga dan penuh makna.

Kita juga melihat upacara untuk mengenang para Silent Mentor yang digelar dua hari yang lalu. Sebagian besar dari mereka merupakan murid saya yang baik. Setiap orang mengemban misi Tzu Chi dengan sepenuh hati dan penuh cinta kasih. Contohnya Yang Yu-ying yang sangat ahli memasak. Suaminya juga bergabung ke dalam barisan Tzu Cheng. Pascagempa 21 September 1999, Yang Yu-ying membantu dalam tim konsumsi, sedangkan suaminya membantu dalam proyek pembangunan. Dari awal hingga akhir, sepasang suami istri ini terus bersumbangsih.
Banyak relawan yang menamakan rumah mereka “Restoran Kehangatan”. Berhubung dapat merasakan kehangatan saat makan di rumah mereka, para relawan pun menamakannya “Restoran Kehangatan”. Mereka terus menyediakan makanan bagi para relawan. Mereka bekerja sangat keras agar semua relawan dapat makan kenyang. Pasangan suami istri ini melatih diri dan bersumbangsih bersama di Tzu Chi. Ini semua merupakan kekuatan cinta kasih. Usia Yang Yu-ying belum mencapai 60 tahun. Namun, inilah ketidakkekalan dan hukum karma.

Selain itu, juga ada Huang Xiu-ju yang kembali dari Argentina. Dia terus mengemban misi Tzu Chi dari Argentina hingga kembali ke Hualien. Dia berharap putranya dapat kembali ke Hualien untuk memberikan pelayanan. Karena itu, putranya pun kembali dan bersumbangsih bersamanya di Hualien. Kini, Huang Xiu-ju telah menjadi Silent Mentor. Sang ibu menjadi Silent Mentor, sedangkan putranya menjadi dokter. Inilah warisan cinta kasih. Saya yakin putra dan cucunya, semuanya merasa bangga padanya.

Ada pula seorang Silent Mentor yang telah menjangkau 13 negara untuk menyalurkan bantuan internasional yang bernama Lin Huei-ju. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, dia mendedikasikan diri untuk Tzu Chi. Di mana pun bencana terjadi, dia selalu pergi ke sana untuk memberi bantuan.

Saya masih ingat pada tahun 2001, pascaserangan 11 September di Amerika Serikat, tidak semua orang yang ingin menyalurkan bantuan diizinkan masuk ke lokasi. Pengawasan di sana sangat ketat. Namun, dia sangat berani. Dia menunjukkan kepada instansi yang bertugas menyalurkan bantuan bahwa dia merupakan seorang dokter dan relawan dari sebuah organisasi yang bernama Tzu Chi. Berkat perjuangannya, insan Tzu Chi dapat menyalurkan bantuan serta menyediakan minuman dingin dan barang kebutuhan lainnya bagi para korban di sana.

Dalam penyaluran bantuan pascaserangan 11 September di Amerika Serikat, jasanya sungguh sangat besar. Hingga akhir hidupnya, meski tahu bahwa dirinya terkena kanker payudara, tetapi setiap kali menemui saya, dia selalu tersenyum cemerlang dan berkata, “Master Cheng Yen tenang saja. Saya tidak ingin membuat Master Cheng Yen khawatir. Tenanglah, tekad pelatihan saya sangat teguh. Hidup manusia memang seperti ini.”

Dia yang merupakan pasien malah memperhatikan dan menghibur saya. Setiap kali bertemu, dia selalu menghibur saya. Dia berharap dapat kembali ke Universitas Tzu Chi sebagai seorang Silent Mentor. Kepergian seorang murid yang begitu perhatian dan murni sungguh membuat saya merasa kehilangan. Dia bersikeras untuk kembali ke Taiwan. Enam hari setelah kembali ke Taiwan, dia meninggal dunia dengan damai. Upacara untuk mengenangnya digelar 2 hari lalu. Kehidupannya selalu penuh dengan kekuatan cinta kasih.

Dua hari yang lalu, suami, putra, dan putrinya kembali ke Taiwan. Seluruh anggota keluarganya memiliki tekad yang teguh. Dia meninggal dunia pada usia 58 tahun. Dia telah menjangkau 13 negara untuk menjalankan bantuan dan baksos. Dia sungguh merupakan murid saya yang baik. Kehidupannya sungguh kaya makna. Saya mendoakannya dan seluruh anggota keluarganya. Saya berharap semangat seperti ini dapat terus diwariskan.

Makanan hangat yang disediakan insan Tzu Chi membuat para pengungsi tersenyum

Melatih diri untuk selamanya dengan kelembutan

Mewariskan misi dengan cinta kasih tanpa pamrih

Membina cinta kasih berkesadaran dari kehidupan ke kehidupan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Maret 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Maret 2016

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -