Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Dharma dan Menjalankan Ikrar

Saya sungguh bersyukur, bersyukur atas 51 tahun yang telah kita lalui. Mulai hari ini, Tzu Chi menginjak hari pertama tahun ke-52. Kita kembali memasuki langkah awal yang baru. Saya bersyukur atas yang telah terjadi tepat di tanggal kemarin 51 tahun yang lalu. Saat itu untuk pertama kalinya kita mengadakan kebaktian Bhaisajyaguru. Saat itu batin saya penuh pergumulan. Namun, saya juga berpikir bahwa dengan melantunkannya, kita dapat memahami berbagai bentuk penderitaan di dunia yang digambarkan dalam Sutra ini sehingga memperteguh tekad kita untuk bersumbangsih bagi dunia.

Kini 51 tahun telah berlalu. Seumur hidup ini, saya tak memiliki kelebihan lain, hanya punya keteguhan untuk berbuat kebajikan. Saya selalu bersiteguh atas hal-hal yang baik. Yang ingin saya lakukan pasti saya lakukan. Saya begitu keras dalam hal ini. Namun, setiap saat saya juga dipenuhi rasa syukur. Dari foto-foto dan rekaman video lama, terlihat bagaimana kita mengunjungi pasien tanpa peduli medan yang sulit. Semuanya pernah kita lakukan.

Kita juga belajar menjadi relawan dokumentasi. Lihatlah foto bus itu. Saya tidak ada di dalam foto itu karena sayalah yang memotret. Ini juga merupakan foto bersejarah. Setelah 10 tahun Tzu Chi berjalan, saya merasa dokumentasi amat diperlukan, maka kita membeli kamera video 8 mm. Siapa yang mengambil gambar dengan kamera itu? Guru De Ci. Beliau juga bisa merekam video. Lama-kelamaan, relawan melanjutkan tugas ini. Ini adalah sejarah.

doc tzu chi

Kita terus mendokumentasikan sejarah Tzu Chi. Meski saat itu kita menggunakan cara amatir, tetapi semua dokumentasi itu sangat berharga. Semuanya adalah sejarah yang pernah kita lalui. Kekuatan cinta kasih sungguh tak pernah pudar. Mengenang masa-masa awal Tzu Chi, saat kita mengadakan retret tujuh hari, kita hanya memiliki ruang kecil yang terbatas.

Para bhiksuni yang ikut saya sungguh menderita. Ruangan Griya Jing Si saat itu, pada siang hari digunakan untuk tempat bekerja, malam hari digunakan untuk tempat tidur. Setiap hari kita harus memindahkan meja agar para peserta retret memiliki tempat untuk tidur. Para bhiksuni sendiri bahkan harus tidur di dapur dengan beralaskan kardus. Masa-masa seperti ini pernah kita lalui. Namun, murid-murid saya ini selalu berpegang pada filosofi ajaran Jing Si untuk mengatasi kesulitan hingga sekarang. Jika dikenang kembali, perjalanan ini sungguh tidak mudah.

Kemarin adalah ulang tahun Tzu Chi ke-51. Ada hampir 5 ribu orang memenuhi Griya Jing Si. Kita melihat setiap sudut dan tempat di Griya Jing Si dipenuhi orang yang melantunkan Sutra Bhaisajyaguru. Ketulusan mereka membuat saya terharu. Mengenang hari kemarin 51 tahun yang lalu, jumlah orang yang ada bisa dihitung dengan jari, tetapi kini ada hampir lima ribu orang yang memenuhi setiap sudut.

Melihat Griya Jing Si kita kini dapat menampung begitu banyak orang, saya sangat bersyukur. Dalam ladang pelatihan ini, prinsip saya tetap sama. Kita hanya menerima donasi untuk Tzu Chi, sedangkan Griya Jing Si harus mandiri. Demi membangun Griya ini, para bhiksuni bekerja keras untuk mengikat rangka baja dimulai dari lantai bawah hingga bagian atap tanpa peduli betapa panasnya matahari dan cuaca. Ladang pelatihan ini kita bangun dengan kekuatan sendiri.

doc tzu chi

Para relawan pun kembali untuk membantu dalam membangun rumah kita sendiri. Jadi, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada para relawan kita yang telah membantu dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih. Semuanya dilakukan demi ladang pelatihan dan rumah kita sendiri. Semua ini sungguh tak habis diceritakan. Semua sumbangsih ini begitu penuh ketulusan. Mereka tidak menyumbangkan uang. Saya tidak mau itu. Yang saya mau adalah ketulusan dan keterampilan. Dari tidak bisa, mereka belajar hingga bisa. Inilah ketulusan di antara guru dan murid.

Kemarin saya juga mendengar para relawan berbagi tentang jalinan jodoh mereka dengan saya. Jalinan jodoh ini telah terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Mereka bertekad untuk menjaga jalinan jodoh ini dari kehidupan ke kehidupan. Benar, dahulu seperti itu, begitu pula dengan masa kini dan masa depan. Seorang relawan dari Singapura berkata bahwa ada orang yang bertanya kepadanya, "Guru kalian tidak pernah keluar dari Taiwan, tetapi mengapa relawan Tzu Chi di seluruh dunia dapat memiliki semangat dan filosofi yang sama?"

Dia menjawab dengan perumpamaan tentang pohon. Dia berkata, "Asalkan benihnya berasal dari pohon yang sama, maka ditanam di mana pun, pohon yang tumbuh juga tetap sama." "Pohon ini akan tumbuh ke segala arah, tak membedakan utara, barat, timur, atau selatan." "Cabang dan ranting pohon ini akan tumbuh ke segala arah." Inilah perumpamaan yang dia gunakan.

doc tzu chi

Saya merasa para murid saya telah menyerap Dharma  ke dalam hati dan mengembangkan kebijaksanaan. Terlebih lagi, kita melihat sekelompok relawan cilik penyebar Dharma. Mereka berkata, "Kami berikrar untuk memikul bakul beras bagi dunia." Mulai dari anak kecil hingga relawan lansia, semuanya menyatakan ikrar. Anak-anak di Malaysia juga diajak ke Aula Jing Si Penang untuk memahami pola hidup rajin, hemat, dan tahan cobaan.

“Mereka kami ajak untuk merasakan bagaimana kehidupan Master dan para bhiksuni dahulu serta memahami bahwa setiap sudut di Aula Jing Si mengandung arti yang khusus,” kutipan wawancara Ng Xi Li, Guru TK Tzu Chi Butterworth.

“Kehidupan Shitai (Master Cheng Yen) begitu sulit. Jika tidak bekerja, maka tidak boleh makan. Beliau hanya makan nasi ditambah sepotong tahu asin. Ini adalah pendidikan yang baik,” kutipan wawancara Tham Jun Zhe, Siswa TK Tzu Chi Johor Bahru.

Pewarisan Dharma ini  membuat benih-benih muda berakar dan bertumbuh, sungguh mengagumkan. Para relawan kita di setiap negara semuanya sama. Mereka berlatih dengan tekun dan bersemangat. Mereka semua berkumpul memperingati 51 tahun Tzu Chi, tetapi mereka juga tetap bersungguh hati untuk melangkah memasuki hari pertama di tahun ke-52 Tzu Chi. Kita harus terus tekun dan bersemangat. Saya rasa seharusnya semua orang dapat melihat apa yang telah kita lakukan selama ini. Selama hal itu benar, maka lakukan saja. Ini tidak mungkin salah. Inilah kebijaksanaan.

Hati tetap teguh dalam melakukan kebajikan
Mengenang sejarah masa-masa awal Tzu Chi
Tetap bersemangat dan tidak gentar akan sulitnya kondisi
Mewariskan Dharma dan menjalankan ikrar dengan penuh keyakinan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 April 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 April 2017
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -