Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Jalan Bodhisatwa dari Generasi ke Generasi


“Murid Jing Si di Hualien sangat penuh berkah. Setiap bulannya sejak tahun lalu, para anggota Sangha dari Griya Jing Si telah diatur untuk mengunjungi saudara se-Dharma ke rumah-rumah ataupun rumah sakit. Beberapa di antara para relawan ini ada yang sudah lansia, menderita penyakit, ataupun sedang mengalami sedikit beban pikiran,”
kata Deng Shu-qing, relawan Tzu Chi.

“Namun, begitu mendengar para anggota Sangha datang, beberapa dari mereka turun dari lantai tiga ke lantai satu dengan berpenampilan rapi dan cemerlang untuk menyambut para anggota Sangha. Saya sangat tersentuh melihat ini. Relawan senior dari Yuli diantar jemput ke Aula Jing Si, relawan muda pun menyajikan teh untuk mereka. Relawan dari berbagai usia berkumpul menjadi satu,” lanjut Deng Shu-qing.

“Suasana kebersamaan mereka terasa spesial. Sembari melihat satu sama lain, mereka membahas tentang Tzu Chi. Kami sangat bersyukur melihat para anggota Sangha datang ke sini. Yang penting ialah para anggota Sangha menyampaikan pesan mendalam dari Master bagi para muridnya,” pungkas Deng Shu-qing.

Saya sungguh rindu dan berharap bisa terus melihat semuanya. Namun, mendengar kondisi mereka dan cerita hari ini, sepertinya sudah tidak mudah bagi para relawan senior untuk datang melihat saya. Untungnya, ada kalian yang mewakili saya. Jika mereka tidak tinggal jauh dari kalian, kunjungilah mereka lebih sering.

Kalian bisa sering menanyakan kepada mereka tentang bagaimana dahulu bisa menjalin jodoh dengan saya, apa perkataan saya pada mereka, dan mengapa mereka begitu tekun menjalankan Tzu Chi. Ketika hendak menjawab, mereka pasti akan berpikir. Dengan begitu, sel-sel otak mereka tidak dibiarkan tertidur. Percakapan seperti ini membuat otak mereka senantiasa bekerja dan bermanfaat bagi mereka.


Untuk kalian semua di sini, kalian bisa belajar bagaimana mereka menapaki Jalan Bodhisatwa. Saat Tzu Chi baru dimulai, tekad apa yang dibangun oleh sekelompok relawan ini? Kita bisa membandingkan mereka dengan diri kita. Mereka berfungsi sebagai cermin yang bisa digunakan untuk melakukan refleksi diri. Kita dapat membandingkan tekad mereka dan tekad kita. Zaman mereka sangat sulit.

Pada zaman sekarang, transportasi sudah lebih memadai. Dahulu, bagaimana mereka menapaki Jalan Bodhisatwa dan menjalankan Tzu Chi? Kita bisa mendiskusikan hal-hal ini meskipun sekarang transportasi sudah lebih memadai dan memungkinkan kita untuk langsung bergerak setelah pengaturan dibuat serta segala sesuatu bisa dilakukan dengan lebih cepat. Sekarang, kita juga bisa mendengar Dharma dengan nyaman melalui ponsel.

Setiap pagi, kalian bisa mengetahui apa yang saya bicarakan. Dengan adanya ponsel, saya seperti sedang mengunjungi rumah para relawan. Ini sangat bagus. Pada intinya, saat ada yang memang harus dilakukan, selama kita memiliki hati dan tekad, semuanya menjadi mungkin. Jadi, saya berharap para relawan melayani dengan hati dan cinta kasih.

Pada zaman sekarang, anak dan cucu cenderung akan merantau dan meninggalkan rumah. Sekarang, kita hendaknya saling menyapa dan menjaga saudara-saudara se-Dharma. Dengan begitu, kita tidak sendirian dan relawan lansia pun memiliki kekuatan untuk bepergian. Jadi, kita harus menghargai ini. Saya sendiri begitu beruntung karena walaupun hanya duduk di sini, banyak relawan yang datang mengunjungi saya. Jika tidak, saya juga akan sangat kesepian. Jika tidak bisa keluar, saya pun akan sangat kesepian.

Namun, para relawan terus datang ke sini untuk menemani saya. Selain itu, saya masih membawa manfaat bagi mereka. Mereka berkata, "Kami kembali ke Griya Jing Si untuk melihat Master. Master berkata seperti ini kepada kita. Kita harus lebih berusaha untuk menjalankan tugas baru." Ini yang disebut membabarkan dan menyebarkan Dharma.


Selama beberapa dekade, tekad kalian dalam melatih diri masih begitu teguh. Kesanggupan untuk berpegang teguh pada tekad ini sangat menyentuh hati. Sama halnya dengan anggota Tzu Cheng kita. Lihatlah cinta kasih yang mereka berikan. Mereka memegang peran terpenting dalam keluarga.

Awalnya, mereka mendukung istri mereka untuk menjadi relawan. Para istri kemudian mengajak suami mereka untuk ikut menjadi relawan. Mereka kemudian menginspirasi anak mereka untuk ikut berpartisipasi. Mereka pun menjadi keluarga Tzu Chi dan mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi. Inilah kesaksian terbaik sebagai keluarga Bodhisatwa dunia.

Saat suami bercerita, sang istri melengkapinya. Anak mereka juga bersaksi tentang cinta kasih dan keteladanan dari orang tua mereka yang membuat mereka bersedia melanjutkan misi Tzu Chi. Buddha mendorong kita untuk menyebarkan Dharma kepada semua orang dan dari generasi ke generasi.

“Teks Sutra untuk pementasan tahun ini lebih panjang sehingga menjadi tantangan besar bagi anak-anak. Saya mengundang sekelompok relawan Tzu Chi generasi kedua untuk menemani dan bertumbuh bersama para relawan cilik ini. Dengan menggunakan bahasa yang dimengerti anak-anak, kami menjelaskan makna Sutra serta mengapa gerakannya seperti itu. Di tengah proses latihan, mereka juga harus mengerjakan tugas sekolah. Dengan situasi ini, bagaimana kita memadukan keduanya?” kata Zhan Yi-qiao, relawan Tzu Chi.

“Saya menyadari bahwa cara paling sederhana ialah sama seperti para relawan senior, yakni dengan menghirup keharuman Dharma setiap hari. Mereka mungkin hanya mendengar Dharma sekitar 10 menit, tetapi itu membuat mereka tetap terkoneksi dengan Sutra setiap harinya. Saya sangat tersentuh melihat mereka terus menggenggam jalinan jodoh ini. Saya berharap dalam pementasan Sutra ini, mereka tidak melupakan tekad awal mereka saat menemui kesulitan,” pungkas Zhan Yi-qiao.


Buddha berkata bahwa setelah mendengarkan Dharma, kita hendaknya menyebarkannya kepada 50 orang. Saya sering menggunakan gerakan tangan ini. Buddha berkata bahwa Dharma perlu disebarkan kepada 50 orang, sedangkan gerakan saya berarti menyebarkannya kepada 50 generasi.

Kalian adalah generasi pertama. Jika anak atau menantu kalian turut menjadi relawan, berarti mereka adalah generasi kedua. Jika cucu kalian pun menjadi relawan, berarti mereka adalah generasi ketiga. Saya berharap kalian mewariskan Dharma dari generasi ke generasi seperti ini, tidak hanya kepada orang-orang yang segenerasi.

Saat kalian menyebarkan Dharma kepada orang-orang segenerasi, kalian juga dapat meminta mereka untuk mewariskan Dharma kepada 50 generasi dalam keluarga masing-masing. Dengan demikian, Bodhisatwa akan terus ada di dunia dari generasi ke generasi. Dunia Saha ini pun menjadi ladang pelatihan bagi para Bodhisatwa.

Kini, Bodhisatwa Maitreya berada di Surga Tusita. Surga Tusita adalah ladang pelatihan bagi para Bodhisatwa. Saya sangat berharap ladang pelatihan Bodhisatwa dapat lebih membumi dan berada di alam manusia kita ini.

Kita hendaknya berikrar untuk membuat anak cucu kita menjadi generasi keluarga Tzu Chi pertama, kedua, dan ketiga. Kita juga bisa melihat mereka mewariskan semangat Tzu Chi kepada generasi kelima atau keenam, bahkan hingga ke generasi-generasi selanjutnya. Saya sangat berharap kita bisa melakukannya. Dengan tekad dan ikrar, kita pasti bisa mewujudkannya.   

Mengenang masa lalu dalam membentangkan jalan cinta kasih
Saudara se-Dharma saling menemani dan mencurahkan perhatian
Menggenggam jalinan jodoh dan mempertahankan tekad melatih diri
Mewariskan semangat Bodhisatwa dalam keluarga dari generasi ke generasi

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 08 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 10 Juni 2025
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -