Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keterampilan dalam Mengajar


“Banjir telah menghanyutkan rumah mereka. Bagaimana kita bisa membantu mereka?”
tanya salah seorang guru kepada siswa.

“Semoga ada orang yang merapikan rumah mereka,” kata Li Cheng-yu, Siswa TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan.

“Semoga mereka bisa kembali menjalani kehidupan yang normal,” kata Huang Shi-ping Siswa TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan.

“Kami ingin anak-anak tahu bahwa di sisi lain dari Taiwan, ada orang-orang yang sedang mengalami bencana,” kata Chen Qi-xia, Guru TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan.

Kami juga membimbing anak-anak karena mereka masih terlalu kecil sehingga tidak bisa terjun langsung ke lokasi bencana. Namun, kita bisa mencari cara agar mereka tetap bisa membantu,” kata Wang Rou-ya, Guru TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan.

“Saya ingin membantu warga Hualien,” kata Huang Shi-ping, Siswa TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan.

“Rumah-rumah di Guangfu, Hualien sudah rusak karena terendam banjir. Saya ingin mendonasikan uang kepada mereka,” kata Hong Xu-le, Siswa TK Cinta Kasih Tzu Chi Tainan.

Semuanya membuat saya sangat tersentuh. Saya merasa sangat bersyukur. Sangat sulit untuk tidak mengucapkan terima kasih. Sepanjang hidup ini, saya benar-benar dipenuhi rasa syukur. Sejak kecil, saya memiliki orang tua yang melahirkan saya, juga memiliki orang tua yang membesarkan saya. Jadi, saya sangat berterima kasih kepada kedua pasang orang tua saya.

Belakangan ini, kedua pasang orang tua saya ini entah sudah muncul berapa kali dalam benak saya. Saya berpikir, bukankah hidup memang seperti itu? Sepanjang hidup saya, orang-orang sering berkata, "Terima kasih, Master. Master telah membimbing saya melakukan sesuatu dan mengajari saya untuk bersumbangsih." Orang-orang terus mengatakan hal seperti ini. Bukankah itu sama seperti saya yang terus-menerus berterima kasih kepada orang tua saya? Mereka telah melahirkan dan membesarkan saya. Mengapa semua orang terus memikirkan saya? Itu karena jiwa kebijaksanaan yang mereka miliki.


Saya berterima kasih kepada guru saya, Master Yin Shun, yang telah memberikan kalimat ini kepada saya, "Demi ajaran Buddha, demi semua makhluk." Inilah yang mendasari lahirnya Tzu Chi. Seperti yang saya katakan tadi, hendaknya kita bersyukur atas jalinan jodoh ini. Tanpa kedua pasang orang tua saya dan guru pembimbing yang mendukung pertumbuhan jiwa kebijaksanaan saya, tidak akan ada Tzu Chi hari ini.

Saya mungkin tetap akan memilih untuk meninggalkan keduniawian, tetapi tanpa jalinan jodoh dengan guru saya, saya tidak akan mendirikan Tzu Chi. Itu semua karena perkataan guru saya, "Kelak, berjuanglah demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk." Kalimat ini bukanlah sesuatu yang bisa diucapkan oleh setiap orang. Guru saya juga mungkin tidak berkata demikian kepada semua orang. Mungkin kalimat ini hanya diucapkan ke saya saat saya menerima penahbisan.

Saat itu, Beliau dengan sederhana berkata, "Kita memiliki jalinan jodoh sebagai guru dan murid. Ingatlah bahwa kelak, kamu harus berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk." Saat itu, hati saya sangat murni. Dengan penuh kesungguhan, saya menjawab, "Saya akan mempraktikkan ajaran sepanjang hidup." Saya akan mendedikasikan kehidupan saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Inilah ikrar saya. Apa yang menjadi harapan guru saya terhadap saya, akan saya praktikkan sepanjang hidup.


Saya juga sering mendengar orang-orang yang memiliki jalinan jodoh dengan saya, seperti para guru di sini, menyatakan kesediaan untuk mempraktikkan ajaran sepanjang hidup. Belakangan ini, saya sering mendengar kalimat ini, "Saya bersedia mempraktikkan ajaran sepanjang hidup." Saya percaya pada mereka. Selama di dunia ini ada orang baik yang melakukan kebajikan dan terus mewariskannya kepada yang lain, kebaikan ini akan terus berlanjut dan menciptakan berkah bagi dunia.

Kita semua memiliki satu tekad yang sama dalam misi pendidikan. Bekerja dalam bidang pendidikan, kalian dipanggil orang-orang dengan sebutan "guru". Bukankah seorang guru bertugas untuk mendidik? Begitu pula dengan saya. Semua orang memanggil saya dengan sebutan "Master". Bukankah saya juga harus mengemban tanggung jawab untuk mendidik semua makhluk dan membuka jalan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka? Saya merasa bahwa inilah misi saya.

Sesungguhnya, melatih diri itu penuh tantangan. Namun, saya ingin membimbing banyak orang agar tidak melalui jalan yang penuh rintangan itu. Saya ingin membimbing mereka menapaki jalan yang rata dengan sukacita dengan membagikan Dharma kepada mereka. Ini disebut dengan sukacita Dharma.


Guru sekalian, saya percaya bahwa setelah bergabung di Asosiasi Guru Tzu Chi, kalian pasti telah berkenalan dengan banyak guru. Kalian bisa berkumpul dan saling berbagi metode pengajaran. Setiap orang memiliki metode yang baik dalam mengajari murid-murid. Setiap guru memiliki cara dalam membimbing muridnya dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, hingga perguruan tinggi.

Guru telah membuka jalan bagi murid-muridnya sehingga mereka dapat menerima arah yang ditunjukkan oleh guru. Seorang guru yang baik adalah orang tua seumur hidup bagi muridnya. Hendaknya para murid menghormati guru seperti orang tua sendiri, bahkan menghormati guru seperti menghormati Buddha. Yang diwariskan guru kepada murid ialah kebijaksanaan.

Kita harus menghormati guru seperti menghormati Buddha karena Buddha pun mewariskan kebijaksanaan kepada semua makhluk. Guru juga harus dihormati seperti orang tua. Mereka pun pernah mengalami didikan seorang guru dan kasih sayang dari orang tua. Kini, mereka sendiri berperan sebagai guru dan orang tua. Berhubung pernah mengalaminya sendiri, mereka dapat memahami perasaan murid-murid.

Guru sekalian, meski ada yang sudah pensiun, metode pengajaran di masa lalu tetaplah berharga. Melalui Asosiasi Guru Tzu Chi, kalian dapat saling bertukar pengalaman tentang bagaimana metode pengajaran di masa lalu dan bagaimana menghadapi murid dengan berbagai watak. Semua ini termasuk Dharma. Ini disebut membagikan Dharma. Menggunakan metode untuk mengajar disebut juga dengan membagikan Dharma. Membagikan pengetahuan kepada murid disebut juga dengan membagikan Dharma.

Orang tua dan guru mewariskan jiwa kebijaksanaan
Membina tunas baru dari generasi ke generasi
Menjadikan membina insan berbakat sebagai tanggung jawab diri sendiri
Mewariskan keterampilan dalam mengajar

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 September 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 30 September 2025
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -