Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Keterampilan Medis dengan Tekad yang Teguh

Dalam setiap perjalanan keliling saya, kehangatan paling terasa di Dalin. RS Tzu Chi Dalin bagaikan sebuah keluarga yang utuh. Di area mes pada lantai ini, setiap pagi saya bisa bertemu dengan para dokter dan berbincang-bincang sambil duduk.

Saya dapat memahami kondisi berbagai departemen. Suasananya hangat sekali. Semua departemen di rumah sakit bagaikan kakak beradik yang bersatu membentuk sebuah keluarga besar, terlebih di Dalin, suasananya sangat hangat. Benih Tzu Chi bisa berakar dan tumbuh di Dalin, benar-benar mengharukan sekali.

Kita juga melihat RS Tzu Chi Dalin melindungi kehidupan, menjaga kesehatan, dan menjunjung cinta kasih. Dalam melayani pasien, tim medis kita menganggap pasien lansia bagaikan orang tua sendiri, Sementara pasien yang umurnya tidak beda jauh dianggap sebagai saudara sendiri. Hubungan antara RS dan masyarakat sangatlah dekat.


Ingat, kebun tebu ini kini sudah menjadi rumah sakit besar. Saya sangat bersyukur atas kesediaan Ketua badan misi kesehatan Tzu Chi saat ini untuk mengemban tanggung jawab di sini mulai dari saat pembangunan dimulai.

Sebelum rumah sakit diresmikan, semua orang bergerak membersihkannya. Satu dokter mengajak dokter lainnya. Saya berterima kasih kepada para dokter muda yang bersedia datang ke sini pada waktu itu. Saya masih ingat jelas akan satu cerita.

Ada seorang dokter muda yang datang ke RS. Beliau berjalan melewati kamar kecil. Ketika melihat seorang bapak tua, beliau bertanya, "Permisi, Pak, kantor kepala RS di sebelah mana?" Bapak tua itu bertanya, "Ada apa?" "Saya ingin bertemu Kepala Rumah Sakit untuk wawancara kerja." Bapak tersebut pun memberitahunya, "Kamu jalan ke sana, kantor kepala RS ada di sana."

Tak lama kemudian, Kepala RS keluar dari ruangannya. Rupanya, kepala RS-nya ialah bapak tua tadi. Beliau adalah Lin Jun-Long, ketua badan misi kesehatan Tzu Chi. Waktu itu RS masih dalam tahap penyelesaian. Pembersihan sudah dimulai menjelang peresmian. Menjelang peresmian, beliau bergabung bersama dengan beberapa dokter lainnya. Mereka sama-sama ikut dalam berbagai persiapan. Ini adalah kenangan pada tahun itu.


Ketika memasuki RS Tzu Chi Dalin, di lobi utama sudah terlihat lempengan logam yang terpasang di permukaan lantai. Saya secara langsung meletakkan lempengan logam berisi logo Tzu Chi pada permukaan lantai itu. Suasana waktu itu sungguh hangat. Inilah cinta kasih. Kekuatan cinta kasih ini mewujudkan yang tidak ada menjadi ada; dari kebun tebu menjadi lahan proyek, dari lahan proyek menjadi rumah sakit besar yang agung.

Waktu itu, ada Bapak Zou yang dijuluki sebagai Kakek Teh Herbal. Saat proyek pembangunan RS Tzu Chi Dalin berjalan, beliau bersama istrinya membuat teh herbal setiap hari. Saya sangat berterima kasih atas ketulusan mereka. Saya mendengar hingga kini mereka juga masih merebus teh herbal setiap hari.

Saya mendoakan kalian. Selamat Tahun Baru, semoga sehat selalu. Saya mendoakan kalian senantiasa sehat. Ketika keluar pagi-pagi, kalian harus mengenakan pakaian hangat, ya. (Ya)

“Mereka bangun sekitar pukul dua dini hari untuk bersiap merebus teh. Sekarang mereka sudah berumur 86 tahun,” kata relawan Tzu Chi.

“Terima kasih kepada Master atas kesempatan untuk merebus teh herbal,” kata Zou Qing-shan relawan Tzu Chi.

Baik. Sehat-sehatlah selalu agar bisa terus menjalin jodoh dengan orang lain lewat teh herbal. Benar.

Baik. Kalian harus mengenakan pakaian hangat di pagi hari. Ada, Master. Saya mengenakan pakaian berlapis-lapis.


Kita lihat pasangan suami istri ini, mereka juga sudah termasuk Bodhisatwa lansia yang bekerja hingga bungkuk. Nenek Zou badannya sudah membungkuk, umurnya sudah tua. Seperti yang dikatakan orang-orang, "Bekerja sampai bungkuk." Punggung mereka sudah membungkuk, tetapi mereka masih tetap berdedikasi. Inilah yang disebut ketulusan hati.

Mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Ketika bertemu dengan saya, mereka selalu mengucapkan terima kasih karena saya sudah membangun RS di sini. Sesungguhnya, siapa yang seharusnya berterima kasih? Tanpa mereka berdua, saya mungkin tak akan menemukan lahan sehingga tidak ada RS Tzu Chi Dalin sekarang.

Berkat adanya RS Tzu Chi Dalin ini, rumah-rumah di sekitar pun mulai dibangun. Berkat adanya rumah sakit di daerah ini, rumah-rumah di sekitar pun mulai dibangun. Kita bisa melihat di depan pintu rumah sakit sangat ramai. Sepanjang jalan sudah mulai berkembang. Terutama ketika kita melewati jembatan di sana, RS Tzu Chi Dalin akan terlihat begitu megah.

 

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Jarak antara waktu itu dengan sekarang sudah 21 tahun. Pagi tadi, para dokter duduk dan berbincang dengan saya. Salah satu dokter berkata, "Setelah lulus dari fakultas kedokteran Universitas Tzu Chi, saya langsung datang ke sini. Bahkan, sebelum lulus, saya sudah bermagang di sini." Sekarang mereka sudah menjadi dokter yang sangat unggul dalam spesialisasi masing-masing. Melihat dan mendengar kisah-kisah pagi tadi, saya sungguh merasakan kehangatan.

Mereka sebelumnya belajar di fakultas kedokteran Universitas Tzu Chi. Setelah lulus, mereka bermagang, lalu menjadi dokter residen, dan terus bertumbuh hingga sekarang. Inilah yang disebut pewarisan keterampilan dan semangat.

Dimulai dari fakultas kedokteran, angkatan demi angkatan telah menerima pelatihan di tempat ini. Mereka merasakan suasana yang hangat di sini, bahkan bersedia tinggal untuk berkarier, berkeluarga, hingga beranak cucu di sini.

Kita juga terus membimbing dan mendampingi para dokter yang lebih muda dari generasi ke generasi. Sungguh penuh kehangatan.

Walaupun waktu terus berlalu, tetapi janganlah kita melupakan tahun-tahun itu. Menoleh ke masa lalu, semua sungguh terasa tidak mudah.

Mengenang masa lalu yang penuh kesulitan
Berpegang teguh pada tekad awal
Menanam benih kebajikan dari tidak ada hingga menjadi ada
Mewariskan semangat dan keterampilan medis demi melindungi masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 Februari 2021         
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 05 Februari 2021
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -