Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Misi Tzu Chi dengan Kesatuan Hati dan Tekad

Mengenang kembali selama setengah abad ini, banyak insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih selama 40 hingga 50 tahun. Mereka berkesepakatan dan kesepahaman serta tanpa kemelekatan. Tak peduli orang berada atau bukan, yang penting mereka bertekad berbuat bajik. Sekelompok anggota komite senior ini bersama-sama bersumbangsih karena  memiliki cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin, mereka bersumbangsih tanpa penyesalan, keluh kesah, kerisauan, dan pamrih.

Mereka sudah membangkitkan cinta kasih mereka, selamanya tidak akan menyesal. Mereka membangun ikrar untuk menolong orang-orang yang menderita. Mereka mendedikasikan diri dengan sukarela. Seperti itulah Bodhisatwa senior  bersumbangsih selama puluhan tahun ini. Tzu Chi dimulai dari tiada hingga ada. Jika dipikir kembali, saat itu kita mengadakan kegiatan di apartemen kecil milik Jing Ming. Setiap kali saya tiba di Sanchong, Jing Ming akan terus mengundang orang datang. Ini dimulai dari 3 perempuan  yang bergabung dengan kita. mereka dijuluki "Tiga Saudara Perempuan".

Di Sanchong, mereka mengumpulkan beberapa teman baik mereka. Pada saat itu, saya bertekad ingin membangun rumah sakit. Jadi, selangkah demi selangkah, kita memulai di rumah Jing Ming hingga ke apartemen Bapak Zheng. Tempat itu sedikit lebih besar dibanding rumah Jing Ming. Bapak Zheng menawarkan apartemennya untuk dijadikan sebagai kantor perwakilan Tzu Chi di Taipei. Setiap kali mengadakan rapat mengenai pembangunan RS Tzu Chi Hualien, Kepala RS Zeng, Kepala RS Du, Arsitek Gao Er-pan, dan wakil kepala dari RS Cathay  akan selalu hadir di sana.


Setiap kali saya pergi ke Taipei, setelah mereka pulang kerja, Arsitek dan yang lainnya akan berkumpul di apartemen di Jalan Jinan untuk mendiskusikan cetak biru RS Tzu Chi Hualien. Rapat dimulai dari pukul 5 atau 6 sore. Pada tengah malam baru mereka pulang. Mengenang kembali setengah abad yang lalu, dengan adanya apartemen di Jalan Jinan, barulah kita bisa mengenal Bapak Li. Bapak Li menawarkan sebuah tempat untuk membabarkan Sutra di Jalan Jilin, Taipei. Begitulah saya mulai membabarkan Sutra di sana. Tempatnya itu bisa menampung beberapa ratus orang. Namun, sebagian orang bahkan harus duduk di tangga dan mendengar ceramah saya lewat pengeras suara.

Segala sesuatu terjadi bukan tidak ada sebabnya. Karena ada sebab, maka ada jalinan jodoh ini, bagaikan ada jarum dan benang yang telah menghubungkan mereka satu per satu. Pada saat itu, relawan kita bersungguh-sungguh untuk membimbing dan menginspirasi semua makhluk. Pada bazar pertama dalam rangka penggalangan dana pembangunan RS, saya menerima emas seberat 37,5 gram. Kisah itu juga sangat menyentuh orang. Perempuan yang menyumbang emas itu adalah asisten rumah tangga di rumah Mei-yu. Dalam sehari dia harus bekerja di 8 hingga 9 rumah untuk menghidupi keluarga.


Saat dia membersihkan rumah majikannya, dia mendengar pembicaraan antara majikannya, Chen Mei-yu, dengan anggota komite kita, Ibu Fang. Terkadang, setelah pulang dari survei kasus, mereka akan membahas kasus itu di rumah. Sambil bekerja, dia mendengar mereka. Mendengar saya ingin membangun RS, dia sangat tersentuh. Setelah mengetahui bahwa kita berencana mengadakan bazar untuk menggalang dana pembangunan RS, dia pun pulang ke rumah untuk mengumpulkan semua perhiasannya dan emas pemberian orang saat genap sebulan kelahiran putrinya  beserta maskawin putrinya.

Kemudian, dia membawanya ke toko perhiasan untuk ditimbang. Setelah ditimbang totalnya tak sampai 37,5 g. Jadi, dia menambahkan uang dan meminta toko perhiasan untuk membuat emas batangan seberat 37,5 g. Karena emas batangan itu sangat berharga baginya, maka dia membungkusnya berlapis-lapis dan membawanya ke rumah majikannya, Chen Mei-yu. Dia berkata, "Saya sangat tersentuh. Meski tak bisa menyumbang banyak, tetapi saya sudah berusaha segenap hati untuk membantu Master membangun rumah sakit."

Saat itu kebetulan Jing En menyumbang selembar cek senilai 3 juta dolar NT dan dia berada di samping saya. Saya pun berkata, "Emas batangan ini lebih berharga dari cekmu yang senilai 3 juta dolar NT karena emas ini disumbangkan oleh perempuan yang bekerja dengan susah payah selama lebih dari 20 tahun. Tentu saja saya sangat berterima kasih padamu, tetapi saya lebih berterima kasih padanya. Jadi, emas batangan ini nilainya sama dengan cekmu."


Setelah mendengar saya berkata seperti, para relawan pun mengerti. Kita harus menyatukan kekuatan cinta kasih. Tzu Chi dimulai dari nol dan bisa menjadi hingga seperti sekarang berkat kesatuan hati para Bodhisatwa. Kita bisa membangun rumah sakit yang besar dan Aula Jing Si yang besar, itu semua berkat himpunan cinta kasih dari orang-orang. Setiap batu bata, semen, dan baja dihimpun dengan penuh kesungguhan hati. Sekelompok Bodhisatwa ini termasuk yang di hadapan saya sekarang, kalian semua menjalin jodoh yang dalam dengan saya sehingga  rela membangun ikrar untuk menjalankan misi Tzu Chi.

Insan Tzu Chi merupakan Bodhisatwa dunia yang memiliki cinta kasih serta kesatuan hati dan tekad untuk bersama-sama membangun sarana bagi Empat Misi Tzu Chi. Kita harus mewariskan Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma kepada generasi yang lebih muda serta mendampingi mereka karena kelak masih banyak orang yang menanti untuk menerima Dharma. Kita harus terus mendampingi mereka agar jalinan jodoh ini tidak terputus.

Kita harus berjalan dengan keyakinan teguh dan tak terpengaruh oleh orang lain. Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua yang telah bersumbangsih dengan penuh kesungguhan dan  cinta kasih. Rasa terima kasih atas cinta kasih selama setengah abad ini tidak habis saya ungkapkan. Semoga kita terus menginspirasi orang-orang dengan cinta kasih.

Menjalankan Misi Tzu Chi dengan kesepakatan dan kesepahaman

Bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin

Misi Tzu Chi dibangun dari nol hingga saat ini

Mewariskan Empat Misi Tzu Chi dan Delapan Jejak Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Juli 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Li Lie

Ditayangkan tanggal 28 Juli 2018
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -