Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Sejarah dan Menjadi Teladan
“Kami merencanakan 2 pameran, yaitu ‘Pameran Kisah Kota Tua Yilan’ dan ‘Pameran Kisah Cinta Kasih Agung’. Saat ini, saya akan memperkenalkan Pameran Kisah Kota Tua Yilan. Saat awal memperkenalkan pameran ini, kami menyampaikan bahwa Kota Yilan memiliki 4 gerbang kota, yaitu Gerbang Kanxing, Zhenping, Lishun, dan Dui'an yang mengarah ke timur, barat, selatan, dan utara,” kata Qiu Xiu-lan, relawan Tzu Chi.
Di balik nama-nama gerbang ini, tersembunyi sebuah makna, yaitu damai, tenang, lancar, dan sejahtera. Kami berharap bahwa tempat ini senantiasa dilimpahi kedamaian, ketenangan, kelancaran, dan kesejahteraan. Empat aksara Tionghoa ini juga sangat bagus untuk dijadikan suvenir karena memiliki makna local,” lanjut Qiu Xiu-lan, relawan Tzu Chi.
“Sekarang, mari lihat kompleks kita yang berada di luar Gerbang Selatan. Nama kompleks kami dahulu ialah ‘Kota Batu’. Kota Tua Yilan memiliki area yang besar. Lokasi kami lebih kecil. Orang-orang Jepang membangun rumah dinas, kantor pemerintahan, dan penjara di sini, serta mengelilinginya dengan batu-batu besar. Oleh karena itu, tempat ini disebut ‘Kota Batu’. Kota Tua Yilan memiliki parit pelindung. Dalam foto-foto lama, terlihat jelas keberadaan parit ini, yang kemudian sepenuhnya ditutup sekitar tahun 1980-an,” kata Qiu Xiu-lan.
Qiu Xiu-lan melanjutkan “Kuil paling penting di Kota Yilan ialah Kuil Chaoying yang merupakan pusat kepercayaan masyarakat. Dahulu, area depan vihara ini dipenuhi pedagang makanan dan sangat ramai. Kota Batu masih ada hingga kini, bahkan telah didaftarkan sebagai bangunan bersejarah oleh pemerintah.”
“Selain itu, kita juga harus tahu kegiatan amal yang dilakukan di Yilan dahulu. Saya pun mencaritahunya. Saya menelusuri Koran Harian Taiwan dan menemukan catatan tahun 1917, pada masa pendudukan Jepang, Kuil Bixia juga melakukan kegiatan amal. Mereka memberikan bantuan musim dingin, memberikan peti mati, dan menyediakan pengobatan bagi warga yang kesulitan. Jadi, sesungguhnya, kuil ini melakukan banyak kegiatan amal di kota ini,” kata Qiu Xiu-lan.
“Terakhir, saya akan memperkenalkan area selatan. Kota Tua Yilan memiliki banyak perajin. Saya telah melakukan survei dan menemukan ada 28 orang perajin. Banyak dari mereka juga terlibat dalam pembangunan kuil. Oleh karena itu, pameran kami dibagi menjadi 5 bagian yang berdasarkan pada ajaran Master, yaitu belajar lewat praktik, sadar lewat pembelajaran, tercerahkan lewat penyadaran, dan bertindak dalam pencerahan,” kata Qiu Xiu-lan.

Ini benar-benar membuka pandangan saya terhadap dunia. Kita perlu benar-benar menyimpan cerita yang nyata. Tidak hanya cerita, melainkan juga benda dan tempat yang memiliki nilai budaya. Kota tua di masa lalu memiliki banyak kisah dan kita harus menggalinya kembali. Hendaknya kita saling menginspirasi. Jika kalian dapat melakukannya dengan baik di Yilan, begitu pula dengan relawan di Taipei, Taichung, Tainan, dan Kaohsiung. Hendaknya semuanya saling menyemangati.
“Saya berharap bahwa kita bisa membuat sebuah maket Kota Tua Yilan yang menggambarkan bagaimana Kota Tua Yilan dahulu memiliki empat gerbang kota dan parit pelindung. Tata letak di dalam kota pun bisa dibuat. Dengan begitu, barulah kita bisa menceritakan banyak kisah tentang Kota Tua Yilan,” pungkas Qiu Xiu-lan.
Yilan bisa menjadi sebuah tempat bersejarah bagi Taiwan dan menjadi contoh yang patut menjadi teladan. Saya sangat bahagia mendengarnya. Namun, asal mula Tzu Chi juga harus diperhatikan karena kalian adalah generasi pertama Tzu Chi. Kita harus bisa menghitung berapa banyak relawan yang kita miliki sekarang dan berapa banyak insan Tzu Chi yang ada.
Oleh karena itu, waktu, ruang, dan hubungan antarmanusia sangatlah penting. Inilah waktu bagi kita untuk bertindak dan kita telah melakukannya. Kita perlu ruang dan tahu bagaimana membagi orang-orang yang ada. Jadi, kita harus mendata jumlah orang. Selanjutnya, kita perlu memikirkan bagaimana memanfaatkan ruang yang tersedia.
Saat ini, usia kita makin bertambah. Apakah kalian sudah memiliki rencana bagaimana membina generasi penerus, bahkan generasi berikutnya setelah itu? Apakah ada orang yang bisa meneruskan ini semua?
“Master, jumlah relawan muda kita saat ini ada sekitar 10 hingga 20 puluh orang. Kami terus perlahan-lahan menggalang anak-anak muda untuk bergabung. Saat ini, inilah tujuan pertama kami. Kami akan berusaha dengan sungguh-sungguh,” kata Wu Hong-tai, relawan Tzu Chi.

Kita juga harus lebih bersungguh hati. Bukan hanya anak muda, tetapi semua insan Tzu Chi juga harus demikian. Saya sering memberi tahu semuanya untuk menggalang Bodhisatwa karena semangat ini benar-benar harus diwariskan. Saya berharap bahwa semuanya dapat mengajak orang lain untuk datang, mendengar, dan turut terlibat dalam kegiatan Tzu Chi. Kita harus mengajak mereka untuk turut peduli terhadap orang lain dan membuat mereka merasa bahwa tempat ini adalah rumah. Inilah rumah bagi insan Tzu Chi di Yilan.
Ketika pulang ke rumah masing-masing, itu adalah keluarga kecil. Ketika berkumpul di sini, kita membentuk satu keluarga besar. Dengan mengadakan kegiatan seperti ini, artinya kita juga ikut bertanggung jawab menjaga budaya dan nilai-nilai kemanusiaan di wilayah ini. Kita mengambil bagian dalam melestarikannya. Dalam Tzu Chi, ini disebut dengan sejarah nyata.
Saya sangat berharap di setiap tempat ada upaya untuk mencatat sejarah nyata. Jika bisa melakukan hal tersebut, ini akan menjadi ladang pahala bagi kita. Hendaknya kita meninggalkan catatan sejarah bagi anak cucu kita. Kebetulan, kita memiliki jalinan jodoh dan semuanya sangat sepenuh hati serta tulus dalam mencatat sejarah suatu tempat.
Saya berharap jika insan Tzu Chi di Yilan mampu melakukannya dan menjadi teladan, saya akan meminta relawan dari Taipei untuk datang dan melihat apakah kita juga bisa mencatat sejarah untuk wilayah Taipei. Begitu pula dengan wilayah Taichung dan lainnya. Tetap harus ada orang yang menjadi teladan lebih dulu.
Berbicara tentang ini, kondisi paling memungkinkan saat ini ialah di Yilan. Berhubung kalian sudah ada di Yilan, mulailah ciptakan catatan sejarah nyata. Jika memungkinkan, buatlah sebuah maket kira-kira sebesar meja ini. Buatlah wujud kota lengkap dengan empat gerbang, yaitu timur, barat, selatan, dan utara, termasuk juga parit pelindung kota.
Sekarang memang paritnya sudah tertutup. Terakhir kali saya ke sana, mobil bisa lewat di atasnya. Ada orang yang berkata kepada saya, "Dahulu, ini adalah sebuah parit dan sekarang sudah menjadi jalan raya." Sangat disayangkan. Dalam sejarah nyata yang akan dibuat, hendaknya kita mengabadikan semuanya. Ini juga bukan kisah dari zaman yang sangat kuno. Kalian pun pernah menyaksikannya. Selagi kalian semua masih ada, tampilkanlah kembali rupa masa lalu yang pernah kalian lihat.

Kalian adalah generasi yang tahu sejarah ini. Hendaknya kita meninggalkan sejarah nyata bagi generasi mendatang. Tempat ini sangat layak untuk digarap dengan sungguh-sungguh. Ini juga merupakan nilai dari insan Tzu Chi generasi kalian. Saya sering berkata bahwa nilai kehidupan terletak pada bagaimana kita melestarikan sejarah. Belakangan ini, saya sering mengingatkan soal ini. Kalian kebetulan memiliki jalinan jodoh untuk melestarikan sejarah bagi Tzu Chi.
Hendaknya semua saling menginspirasi dan teruslah menginventarisasi nilai kehidupan. Jika kita bisa ikut ambil bagian dan bekerja sama dengan kesatuan dan keharmonisan, sejarah itu bisa menjadi abadi. Inilai nilai kehidupan, yaitu kehidupan yang turut mencatat sejarah.
Ingatlah bahwa kita harus bersatu hati dan harmonis. Kalian semua adalah insan yang bersatu hati. Inilah saatnya bagi kita untuk bersama-sama mewujudkan ladang pelatihan yang baik bagi Bodhisatwa Tzu Chi. Dengan hati yang tulus, hendaknya kita menciptakan tempat yang baik di Taiwan, yaitu ladang pelatihan dengan ajaran dan nilai-nilai Tzu Chi.
“Dengan tekad yang teguh, kami berikrar menjaga Yilan, tempat yang kaya akan budaya dan nilai luhur. Berkat hadirnya ladang pelatihan Jing Si, kami berikrar melayani demi ajaran Buddha. Kami akan membangun budaya penuh kebajikan, mewariskan keharuman Dharma, bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan mewariskan semangat dari generasi ke generasi. Semoga welas asih dan kebijaksanaan dapat mengalir selamanya.”
Saya mendoakan Yilan dengan tulus. Terima kasih atas kesatuan hati dan keharmonisan kalian. Terima kasih, semuanya.
Melestarikan peninggalan sejarah dan menjadi teladan
Insan Tzu Chi terus mewariskan budaya penuh makna
Mencatat sejarah dengan kesatuan hati dan keharmonisan
Ladang pelatihan Bodhisatwa menampilkan keagungan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 03 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 05 Mei 2025