Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Silsilah Dharma agar Kebajikan dan Cinta Kasih Berakar


Agama tidak berwujud. Agama menunjukkan jalan. Sesungguhnya, inti ajaran semua agama tak jauh berbeda. Semuanya mengajarkan untuk menghindari kejahatan dan melakukan kebaikan. Untuk itu, dibutuhkan jalan. Ini sering saya katakan belakangan ini. Sesungguhnya, apa pun agamanya, jalan kebenaran hanya ada satu. Buddha datang ke dunia untuk memberi tahu orang-orang bahwa semua orang memiliki hakikat kebuddhaan dan hendaknya hidup berdampingan dengan harmonis. Jadi, cinta kasih melampaui batasan negara.

Kita berusaha membangkitkan cinta kasih yang terbaik, lembut, tidak membeda-bedakan, dan bermanfaat bagi dunia. Inilah tujuan kita tanpa memandang perbedaan agama. Lihatlah, kita memiliki relawan di seluruh dunia dengan agama yang berbeda-beda. Mereka semua mengemban misi Tzu Chi. Semua orang berfokus untuk bersumbangsih meski menganut agama yang berbeda-beda. Semua orang memiliki sifat hakiki yang sama. Contohnya, air.

Dharma bagaikan air. Meski memiliki nama yang berbeda, tetapi air laut, air sungai, dan air sumur, semuanya adalah air. Air dapat membersihkan segala noda. Inilah sifat air. Bumi membutuhkan air, manusia pun membutuhkan air. Air selalu penuh cinta kasih dan membawa manfaat bagi bumi dan semua makhluk. Jadi, demi dunia ini, kita juga harus berusaha semaksimal mungkin.


Buddha mengajarkan bahwa semua orang setara. Selain itu, semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Beliau berkata, "Bukan hanya Aku yang bisa mencapai pencerahan. Saya adalah Buddha, Yang Tercerahkan. Semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Hanya saja, semua makhluk memiliki sebab, kondisi, buah, dan akibatnya masing-masing."

Kita sering membahas tentang "sebab". Penderitaan berasal dari akumulasi karma buruk. Kita semua mengalami kelahiran dan kematian terfragmen. Di kehidupan sekarang, kita terlahir sebagai manusia. Ini bergantung pada karma yang kita ciptakan di kehidupan lampau. Saya mungkin telah menciptakan banyak karma baik sehingga bisa terlahir sebagai manusia.

Saya juga mungkin telah menjalin jodoh baik secara luas sehingga bisa berada di sini sekarang, menapaki jalan menuju pencerahan yang ditapaki oleh Buddha dahulu. Saya sangat dipenuhi berkah dapat menapaki jalan ini dari kehidupan ke kehidupan. Ini pasti dari kehidupan ke kehidupan. Di kehidupan sekarang, kalian pun sangat berjodoh dengan saya sehingga kita dapat perlahan-lahan menghayati ajaran Buddha.


Setiap orang tercerahkan pada waktu yang berbeda. Buddha telah tercerahkan terlebih dahulu. Berhubung Buddha pernah datang ke dunia, saya pun perlahan-lahan memahami ajaran-Nya. Yang memahaminya bukan hanya saya. Ada yang telah memahaminya sebelum saya, seperti guru saya dan generasi-generasi sebelumnya hingga zaman Buddha hidup.

Ajaran Buddha diwariskan dari generasi ke generasi. Kita menapaki jalan yang dibentangkan dengan kebenaran. Kini, kita bisa menelusuri sejarah untuk mengetahui peristiwa di masa lalu. Insan Tzu Chi menjalankan Tzu Chi karena saya. Saya menjalankan Tzu Chi karena pesan dari guru saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk.

Beliau tidak pernah menyuruh saya untuk menjalankan Tzu Chi. Beliau hanya berkata, "Kita memiliki jalinan jodoh sebagai guru dan murid. Berikanlah penghormatan kepada Buddha dan bersujud di hadapan saya. Berhubung waktu sangat mendesak, saya hanya ingin berkata bahwa kelak kamu harus berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk." Ini berakhir dalam hitungan detik.

Dari saya melihat beliau hingga menyatakan berguru padanya, itu hanya beberapa menit. Setelah saya bangun dari bersujud, beliau berpesan pada saya untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Itu kurang dari dua detik. Inilah yang mendorong saya mendirikan Tzu Chi dan terus bersumbangsih hingga sekarang.


Belakangan ini, saya sering berkata bahwa dahulu saya selalu mengimbau orang-orang untuk tidak terpaku pada masa lalu dan tidak bersikap perhitungan setelah melakukan sesuatu. Namun, kini saya sering membahas kronik besar Tzu Chi. Kini, kita harus mengenang apa yang kita lakukan dahulu dan menelusuri awal mula berdirinya Tzu Chi. Peta di hadapan saya ini menunjukkan logo Tzu Chi di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa ada insan Tzu Chi di sana.

Jejak insan Tzu Chi telah tersebar di berbagai negara. Jadi, banyak orang yang telah mengenal Tzu Chi. Mereka bukan sekadar mengenal Tzu Chi, tetapi juga menapaki jalan Tzu Chi. Saya telah melihat kalian menjangkau Nepal. Ini adalah harapan saya. Kalian telah menginjakkan kaki di dunia warga setempat. Jejak langkah kalian adalah jejak langkah Bodhisatwa. Setiap jejak langkah kalian akan membawa berkah bagi warga setempat.

Jalinan jodoh Tzu Chi di Nepal telah matang. Bukankah kalian sudah mulai menabur benih kebajikan di sana sekarang? Karena itu, saya sangat bersyukur pada kalian. Kalian telah menggunakan praktik nyata untuk mewujudkan harapan saya. Bagaimana membawa harapan bagi warga setempat? Dengan pendidikan. Kita harus membantu pembangunan sekolah dan pembinaan insan berbakat.

Setelah sekolah dibangun, guru setempat harus lebih mengenal Tzu Chi agar silsilah Dharma Tzu Chi dapat berakar di sana. Jika hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tanpa semangat Tzu Chi, membangun sekolah sebanyak apa pun percuma. Jadi, kita harus mewariskan silsilah Dharma kita agar Tzu Chi bisa berakar di sana dan orang-orang dapat menumbuhkan kebajikan dan cinta kasih. 

Menghindari kejahatan dan melakukan kebaikan adalah kebenaran sejati
Cinta kasih melampaui batasan negara dan tidak membeda-bedakan
Dharma bagaikan air yang membawa manfaat bagi semua makhluk
Melakukan praktik nyata di jalan Tzu Chi yang lapang

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 14 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 16 Juni 2025
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -