Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Silsilah Dharma dan Menyucikan Hati Manusia


Setiap hari, insan Tzu Chi di negara yang berbeda-beda dengan beragam suku dan bahasa menjalankan misi Tzu Chi di dunia. Setiap orang bersumbangsih tanpa pamrih. Tzu Chi berawal dari segelintir orang yang menyisihkan 50 sen setiap hari. Hal-hal yang kita lakukan dengan himpunan 50 sen dari orang-orang ini sangatlah berharga. Pada awal berdirinya Tzu Chi, demikianlah orang-orang berdonasi untuk menolong sesama.

Sungguh, mengenang masa lalu, setiap donasi bagaikan setetes air yang memancarkan kecemerlangan. Tetesan air dapat memenuhi guci, bahkan membentuk sungai yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang. Aliran sungai yang panjang dapat memenuhi kebutuhan orang dalam jangka panjang hingga tempat yang jauh. Daerah yang dilanda kekeringan pun dapat memanfaatkan air dari sungai yang terbentuk dari himpunan tetes demi tetes air. Karena itu, saya selalu sangat bersyukur.

Kini, para ilmuwan pun telah tahu tentang Tzu Chi. Saya sangat bersyukur tahun ini, simposium yang diadakan di Universitas Harvard juga mendapat pengakuan dari para ilmuwan. Kita bisa memperoleh pengakuan seperti ini berkat akumulasi cinta kasih yang tulus para insan Tzu Chi dari waktu ke waktu. Saya juga bersyukur para praktisi dari Griya Jing Si dapat pergi ke sana untuk berbagi tentang apa yang telah mereka lakukan.


Setiap orang dapat berbagi pengalaman masing-masing. Berhubung telah melakukan sesuatu secara langsung, mereka dapat membagikan pengalaman mereka. Ini bisa menyentuh hati orang-orang. Mereka bukan menyajikan artikel, melainkan berbagi pengalaman nyata dengan tulus. Inilah kekuatan cinta kasih. Kita bersumbangsih dengan kesungguhan hati. Yang lebih mengagumkan ialah kita tidak memandang perbedaan agama.

Dahulu, juga ada banyak orang yang mendukung saya tanpa memandang perbedaan agama dan membantu mengukuhkan fondasi Tzu Chi. Saya sangat bersyukur. Kini, saat menoleh, kita akan mendapati bahwa kita telah berjalan sangat jauh. Saat memandang ke depan, lihatlah berapa jauh lagi jalan yang harus ditempuh. Perjalanan ini masih sangat panjang dan harus ada orang yang meneruskan perjalanan ini.

Profesor Chen Can-hui berkata kepada Master Sheng Yen bahwa beliau mengkhawatirkan kesehatan saya dan berapa lama saya dapat menjalankan Tzu Chi. Master Sheng Yen berkata padanya bahwa asalkan ada 50 orang yang meneruskan semangat dan filosofi saya, maka akan ada harapan. Benar. Kini, Tzu Chi telah menjangkau dunia internasional. Misi Tzu Chi tidak dapat diemban oleh 50 orang saja. Di seluruh dunia, di mana pun insan Tzu Chi berada, di sana harus ada kekuatan dari semangat dan filosofi saya. Terlebih lagi, Tzu Chi berawal dari Taiwan dan akar kita ada di sini.


Setiap hari, saya berjalan ke luar dan berdiri di bawah pohon untuk melihat akarnya. Akar pohon yang bertumbuh ke dalam tanah harus dalam dan luas, barulah pohonnya bisa besar dan kuat. Setiap tahun, daun pohon besar akan gugur, lalu tunas baru pun muncul. Tzu Chi hendaknya bagaikan pohon besar. Bertumbuh menjadi pohon besar butuh waktu, membina insan berbakat pun butuh waktu. Karena itu, kita harus meneruskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi.

Untuk hidup seribu tahun, pohon harus terus memperdalam akarnya. Sebagai manusia, kita harus melakukan pewarisan dari generasi ke generasi. Jadi, saya tidak merasa khawatir asalkan setiap orang dapat berpegang pada filosofi Tzu Chi. Selain memiliki tekad yang teguh, kita juga harus mewariskan semangat Tzu Chi lewat tindakan nyata. Intinya, tubuh dan pikiran kita harus selaras.

Saya berharap dengan teknologi sekarang, orang-orang dapat mendengar dan menyaksikan ceramah saya secara langsung untuk mempelajari semangat Tzu Chi. Meski kita terpisah oleh jarak yang jauh, tetapi hati dan pikiran kita dapat menyatu. Kita harus menyatukan pikiran semua orang. Ini demi menyucikan hati manusia Arah tujuan saya ialah menyucikan hati manusia.


Menyucikan hati manusia berarti membantu orang-orang kembali pada hakikat kebuddhaan. Dengan demikian, bukankah semua orang akan memiliki kesatuan hati dan tekad? Bagaikan sepotong kain yang kotor, tanpa air, ia tidak bisa dicuci hingga bersih. Jadi, untuk menyucikan hati manusia, kita harus membasahinya terlebih dahulu. Setelah kain yang kotor dibasahi, barulah kita bisa mencucinya dengan sabun. Kita pun hendaknya membasahi batin kita dengan air Dharma setiap hari.

Bodhisatwa sekalian, dalam menjalankan praktik Bodhisatwa, janganlah kita membangkitkan noda batin. Membangkitkan noda batin berarti menyia-nyiakan waktu. Tanpa noda batin, batin kita akan murni dan tenang. Dalam segala hal terkandung prinsip kebenaran. Dengan prinsip kebenaran, kita dapat menyentuh hati orang-orang dan setiap ucapan kita akan berguna. Jadi, kita harus mengucapkan kata-kata yang berguna.

Membentuk sungai dengan tetes demi tetes air dan meneruskan kebajikan
Berbagi pengalaman dan menyebarkan mazhab Tzu Chi
Meneruskan silsilah Dharma dan meneladan tekad guru
Menyucikan hati manusia dengan praktik Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Oktober 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 04 Oktober 2023
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -