Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Silsilah Dharma dengan Tekad yang Tak Tergoyahkan


“Berkat mengikuti kamp Tzu Ching, saya mulai memahami arti Tzu Chi sebenarnya. Saya berharap Master dapat mendoakan saya agar saya dapat bersumbangsih dengan segenap kemampuan dan merasakan kekuatan yang Master berikan dalam hati saya. Saya mengasihi Master. Terima kasih, Master,”
kata Rabina Anggota Tzu Ching Nepal.

Saya telah mendengar tekad dan ikrar yang dibangun oleh seorang anak muda dari tanah kelahiran Buddha. Saya berharap benih seperti ini terus dikembangkan.

Hendaknya kalian bertekad mendalami ajaran Buddha dan memahami semua yang Tzu Chi lakukan karena kampung halaman kalian adalah tanah kelahiran Buddha. Ketika kembali, hendaknya kalian meneruskan misi Buddha. Hendaknya anak-anak muda bertulus hati untuk meneruskan ikrar Buddha di dunia.

“Saya bersedia," ucap Rabina.

Baik. Saya mendoakanmu.


“Kakek Guru, setelah kembali dari kamp di tahun 2018, para alumni Tzu Ching berikrar untuk terus mengemban tanggung jawab mendampingi Tzu Ching di kampus. Selama 5 tahun, semuanya tetap ada di sini dan tidak meninggalkan Tzu Ching. Selanjutnya, saya akan mendedikasikan diri dalam misi amal untuk mengasihi orang-orang yang Master kasihi,”
kata Cai Shu-qin Alumnus Tzu Ching Singapura.

“Ketika kembali ke Singapura, saya akan menjaga hati saya dan menjadi teladan bagi adik-adik. Terlebih lagi, saya akan menjaga para anggota Tzu Ching. Master, haraplah tenang. Pagi ini, saat berada di Griya Jing Si, saya menerima kabar bahwa nenek saya meninggal,” pungkas Cai Shu-qin.

Kepergian nenekmu adalah hukum alam. Namun, dia telah pergi dengan tenang karena tahu bahwa kamu datang ke sini demi Dharma. Kamu harus pulang membawa Dharma dari Tzu Chi. Kalian telah menjadi saksi dan menunjukkan kepada saya bagaimana kalian selama puluhan tahun bersatu demi Tzu Ching dan tidak pernah menyerah. Saat itu, semua anggota Tzu Ching berkata, "Saya bersedia." Setelah melewati berbagai hal dalam beberapa tahun, kalian tetap berkata, "Saya bersedia." Begitulah kalian berjalan di Jalan Bodhi dengan langkah yang mantap.

Hendaknya kalian menerima ajaran Buddha dengan tekun dan bersemangat serta berterima kasih kepada orang tua yang telah memberikan tubuh ini kepada kalian sehingga kalian dapat menyerap Dharma lewat praktik nyata. Begitulah silsilah Dharma diwariskan. Oleh karena itu, kamu harus lebih tekun untuk membalas budi Nenek dengan mempelajari Dharma. Kita semua mendoakan nenekmu dengan tulus.

“Terima kasih, Master," ucap Cai Shu-qin.


“Di dalam kamp, saya telah melihat beberapa peserta dari negara lain yang pernah menerima bantuan dari Tzu Chi. Melihat bagaimana kehidupan mereka berubah, saya kembali terinspirasi. Saya berharap bahwa saya dapat membantu lebih banyak orang untuk mengubah kondisi kehidupan mereka. Di awal kamp, saya merasa sedikit tidak terbiasa karena ini pertama kalinya saya berpartisipasi dan kelasnya sangat padat. Namun, setelah kamp, saya mengerti mengapa jadwalnya diatur seperti itu. Ini semua karena waktunya tidak cukup,” kata Zhang Jia-ling Anggota Tzu Ching Singapura.

“Begitu banyak ajaran Master yang tidak akan cukup untuk dibagikan kepada kami satu per satu. Ketika mendengar bahwa Master tidak dapat hadir pada Pemberkahan Akhir Tahun dan melihat kursi Master yang kosong, kami merasa sangat sedih. Ketika melihat gambar tangan Master yang tengah menunjuk, saya terpikir bahwa Master suatu hari akan pergi dan saya merasa sangat sedih. Saya berkata pada diri sendiri bahwa saya harus lebih tekun mempelajari ajaran Master. Hanya dengan begitu, kami akan sampai pada arah yang Master inginkan,” pungkas Zhang Jia-ling.

Memang benar, kehidupan ini tidak kekal. Jadi, hendaknya kalian benar-benar menggenggam apa yang masih ada dan masih bisa kalian lihat sekarang. Hendaknya kalian mendengarkan dan menerima ajaran saya dengan baik. Nilai dari kehidupan terletak pada momen ketika kita masih bisa berinteraksi langsung satu sama lain. Jangan menunggu hingga kalian tidak dapat melihat dan menyentuh saya, baru kalian mencari saya. Kalian tidak akan menemukannya. Jadi, hendaknya kalian menghargai apa yang ada saat ini. Inilah nilai kehidupan.

“Master yang terkasih, anak-anakmu telah kembali. Tzu Ching luar negeri berikrar bahwa kami akan berjalan di arah yang benar tanpa menyimpang dan terjun ke tengah masyarakat untuk menggalang Bodhisatwa. Tzu Ching sedunia menghimpun energi untuk Master. Mohon Master terus memutar roda Dharma. Kami membutuhkan Master. Terima kasih, Master.”

Baik. Anak-anak saya telah kembali. Sesungguhnya, jangan hanya kembali setahun sekali, yang lebih dibutuhkan ialah setiap hari karena saya setiap hari ada dalam hati kalian. Saat kalian mengingat saya, saya akan ada dalam hati kalian; saat kalian tidak mengingat saya, saya akan jauh dari kalian. Selama kalian benar-benar tulus memikirkan saya, saya akan berada dekat dengan kalian. Hendaknya kalian mempraktikkan ajaran saya di negara masing-masing. Begitulah cara agar kalian dekat dengan saya.


Ketika tidak ada Dharma yang diterima atau ketika kalian menerima Dharma, tetapi tidak mempraktikkannya, itu berarti kalian jauh dari saya. Meski terpisah oleh gunung ataupun lautan, semuanya tidak dapat menghalangi ketulusan kalian. Tanpa adanya ketulusan, meski saya berada dalam jarak selangkah dari kalian, saya bagaikan berada di tempat yang sangat jauh yang terpisah oleh ribuan gunung dan laut.

Untuk benar-benar memahami hati saya dan memiliki ikrar yang sama dengan saya, pergilah bersumbangsih bagi mereka yang saya kasihi. Dengan demikian, kalian sungguh-sungguh telah memperoleh Dharma. Untuk benar-benar memperoleh Dharma, kalian harus menjalankan praktik nyata secara langsung.

Bagi mereka yang menderita, kalian hendaknya mengulurkan kedua tangan untuk menopang mereka. Bagi mereka yang tersesat, kalian hendaknya mendampingi mereka menuju jalan yang benar. Inilah Bodhisatwa Tzu Chi di dunia. Apakah kalian mengerti maksud saya? (Mengerti.) Baik. Kalau begitu, saya merasa sangat tenang.

Kursi itu kosong. Sutra teratai berkata tentang kekosongan sebagai singgasana. Artinya, saat membabarkan Dharma, kita harus selalu mengingat kebenaran akan kekosongan. Kursi kosong itu menunjukkan pada kita akan kebeneran sejati. Jadi, saya berharap meski kursi itu kosong, itu mewakili kebenaran sejati. Dengan membawa sikap mental ini, ketika kalian mengadakan kegiatan di negara kalian, letakkanlah satu kursi di sana sebagai tanda rasa hormat kalian dan tanda bahwa saya selalu hadir bersama kalian.

Membabarkan Dharma di atas kebenaran akan kekosongan adalah sumber dari Tzu Chi. Apakah kalian mengerti? (Mengerti.) Baik. Saya mendoakan kalian. Terima kasih karena kalian telah bergabung dengan Tzu Chi dan mewujudkan ikrar saya. Anak-anak saya telah kembali untuk mewariskan Dharma dan terjun ke tengah masyarakat. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. 

Bertekad mencari jalan Buddha dengan semangat misi
Meneruskan semangat pendahulu dan membuka jalan bagi penerus dengan tekun dan penuh semangat
Menggenggam setiap menit dan detik untuk bersumbangsih dengan cinta kasih
Senantiasa memiliki Dharma dan jiwa kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 06 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 08 Januari 2024
Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -