Ceramah Master Cheng Yen: Mewariskan Tekad Guru dari Generasi ke Generasi

“Saya sangat bersyukur di komunitas kami, ada relawan yang setiap hari datang menjemput kami untuk menghirup keharuman Dharma di posko pendidikan daur ulang. Dengan menghirup keharuman Dharma, saya semakin memperhatikan setiap pikiran yang timbul. Karena menghirup keharuman Dharma, saya bisa membedakan yang benar dan salah. Saat timbul pikiran buruk, saya tahu bagaimana mengubahnya,” kata Lin Li-ting, relawan Tzu Chi.

“Sejak menghirup keharuman Dharma hingga kini, saya telah mengubah pandangan, melepas kemelekatan, dan memulai hidup baru. Dalam menghadapi setiap orang, hal, dan materi, saya bisa mengubah pola pikir. Dengan mengubah pola pikir, saya bisa mengembangkan kebijaksanaan untuk mengatasi semua masalah,” kata Zhung Su-zhen, relawan Tzu Chi

“Saya bertugas menjemput relawan untuk menghirup keharuman Dharma. Selama bertahun-tahun, saya menjalin banyak jodoh baik. Dengan mendengar Dharma, saya memahami bahwa makhluk awam mengkhawatirkan buah karma. Makhluk awam menjadi lebih menderita karena banyak hal yang tidak berjalan lancar. Bodhisatwa mengkhawatirkan benih karma. Karena itu, kita harus menggenggam kesempatan untuk menjalin jodoh baik,” terang Wu Yong-shou, relawan Tzu Chi lainnya.

 

Insan Tzu Chi Singapura sangat tekun dan bersemangat. Mereka mendengarkan Dharma setiap hari. Ini sungguh tidak mudah. Mereka tidak pernah absen sehari pun. Selain itu, setelah mendengar Dharma, mereka menyerapnya ke dalam hati dan menerapkannya dalam tindakan nyata. Dibandingkan dengan populasi Singapura, jumlah insan Tzu Chi di sana sungguh sangat banyak. Selain itu, mereka juga sepenuh hati dan bersungguh-sungguh menjalankan Tzu Chi. Baik tua maupun muda, semua relawan Tzu Chi mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi serta memberi pendampingan dengan baik.

Sungguh, saya bisa berkata pada kalian bahwa insan Tzu Chi Singapura hendaklah kita jadikan teladan. Mereka bekerja sama dengan harmonis. Meski Singapura tidak luas, tetapi banyak orang yang bertekad untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Ada relawan yang menerapkan semangat Kereta Lembu Putih. Demi menghirup keharuman Dharma, ada relawan yang berangkat pagi-pagi dan menjemput relawan lain sepanjang jalan. Ada pula yang membeli mobil agar ia dan relawan lainnya dapat berangkat bersama untuk mendengar Dharma. Mereka bekerja sama dengan harmonis. Semua tindakan dan interaksi mereka selaras dengan Dharma. Mereka telah menyerap Dharma ke dalam hati.

Bagi insan Tzu Chi Hong Kong, mendengar Dharma tidaklah mudah. Hong Kong tidaklah luas, tetapi penduduknya sangat padat. Saya pernah mendengar relawan kita bercerita bahwa di Hong Kong, kehidupan sebagian orang sangat sulit. Dengan harga tanah yang tinggi, tidak mudah untuk menjalankan Tzu Chi di sana. Meski menghadapi berbagai kesulitan, relawan kita tetap sepenuh hati dan tekun melatih diri. Inilah insan Tzu Chi Hong Kong. Saya juga mendengar tentang relawan yang bersungguh hati melakukan daur ulang. Saat menciptakan berkah, kita bagai menciptakan lapisan pelindung. Dengan lapisan pelindung, kandungan air makanan akan terjaga dan makanan tetap segar. Jika dibiarkan tanpa lapisan pelindung, makanan akan cepat mengering dan layu. Kedua hal ini dilandasi prinsip yang sama. Berbuat baik bagai membasahi bumi. Kita harus melindungi bumi agar tidak mengering dan layu.

Sudah hampir 30 tahun Tzu Chi menggalakkan konsep daur ulang. Hampir 30 tahun yang lalu, berawal dari sebersit niat, beberapa relawan memulai kegiatan daur ulang dan terus berkembang hingga kini dilakukan secara berkelompok. Konsep daur ulang perlahan-lahan terus meluas dari kehidupan sehari-hari hingga kini terdapat posko daur ulang, titik daur ulang, dan posko pendidikan pelestarian lingkungan. Saya berharap kalian yang hadir di sini sekarang dapat terus menyebarkan konsep daur ulang.

 

Saya tahu bahwa insan Tzu Chi mengasihi saya. Namun, segala sesuatu yang berwujud akan terus mengalami perubahan. Sesuai hukum alam, setiap orang akan meninggal dunia. Jadi, kita harus terus-menerus mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi dari generasi ke generasi. Dalam Sutra Bunga Teratai, Buddha berkata bahwa alangkah baiknya jika satu orang dapat mewariskan Dharma kepada 50 orang. Saya berharap kita dapat mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi dari generasi ke generasi hingga 50 generasi. Kita harus terus mewariskannya.

Jangan lupa memperhatikan setiap niat yang timbul setiap detik. Kita harus bersungguh-sungguh memperhatikan setiap niat yang timbul setiap detik dengan seksama. Dengan membangkitkan niat baik, kita akan melakukan hal yang pantas untuk dibagikan. Sebagai insan Tzu Chi, saat berkumpul bersama, kita sangat suka mendengar pengalaman relawan lain. Kita juga bisa menjadi teladan bagi orang-orang.

Dengan saling menyucikan hati dan saling menginspirasi, berarti kita menapaki Jalan Bodhisatwa. Tanpa mempraktikkannya, mendengar Dharma sebanyak apa pun akan sia-sia. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan menggenggam waktu untuk mempraktikkannya. Kita memikul tanggung jawab besar atas segala sesuatu di dunia ini. Kita harus bersungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa dan memasuki pintu kebajikan. Kita harus membuka pintu hati untuk melakukan kebajikan, membangkitkan niat baik, dan membentangkan Jalan Bodhisatwa agar kehidupan kita tidak sia-sia.

 

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Saya ingin berpesan pada kalian bahwa meski kalian mengasihi saya, tetapi yang terpenting ialah mengasihi jiwa kebijaksanaan saya. Hidup saya akan berakhir suatu hari nanti, tetapi jiwa kebijaksanaan saya akan selamanya bersama dengan kalian. Jadi, saya berharap kalian dapat terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan, seperti kalian mengikuti langkah saya. Kalian berkata bahwa kalian akan mengikuti langkah saya. Sungguh, kalian harus selamanya berpegang pada niat ini. Apakah kalian paham? “Paham,” jawab para relawan.

Harapan saya ialah di negara mana pun kalian berada, kalian dapat menabur benih kebajikan agar berakar dan tumbuh lebat. Satu benih bertumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga bertumbuh dari satu. Ini dimulai dari sebersit niat dan sebutir benih kebajikan. Setiap orang memiliki sebutir benih. Kita harus memperdalam akarnya, menabur lebih banyak benih, serta mewariskan semangat dan filosofi Tzu Chi.

Tekun dan bersemangat menabur benih kebajikan
Mengingat tekad dan mengikuti langkah Master dengan erat
Membangkitkan niat baik dan saling menyucikan hati
Mewariskan jiwa kebijaksanaan dari generasi ke generasi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Juni 2019

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -