Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Hutan Bodhi demi Melindungi Dunia


“Melihat segala hal yang berhasil dilakukan oleh Tzu Chi dengan kerja keras tanpa kenal lelah dan semangat pantang menyerah, bahkan dalam situasi yang sangat sulit, membuat saya kembali memiliki harapan bahwa masih ada orang-orang yang memiliki rasa kemanusiaan yang begitu dibutuhkan dunia ini,”
kata Enrique, Dokter TIMA Meksiko.

“Semua itu membangkitkan kembali tekad yang dulu pernah saya miliki, tetapi sempat memudar. Hal itu menyalakan kembali semangat saya untuk berjuang demi para pasien. Untuk melayani pasien, dibutuhkan kerendahan hati, pelayanan tulus, dan komitmen tanpa pamrih,” pungkas Enrique.

“Awal tahun ini, Tzu Chi Filipina sedang bersiap untuk membuka sebuah klinik gratis. Atas dorongan dari bibi saya, saya menjadi salah satu relawan yang bergabung. Beberapa bulan lalu, beliau telah meninggal dunia. Namun, saya tetap melanjutkan pelayanan dan ikut dalam baksos kesehatan di daerah terpencil Zamboanga,” kata Joanna, Dokter TIMA Filipina.

“Pada saat itu, saya merasa seolah telah menyelesaikan satu siklus kehidupan. Bibi sayalah yang pertama kali memperkenalkan saya pada Tzu Chi dan ajaran Master yang penuh welas asih. Kini, setiap hari saya berusaha meneruskan cinta kasih agung ini kepada setiap orang yang saya temui,” pungkas Joanna.

Saya merasa sangat tersentuh dan bersyukur karena begitu banyak insan dari berbagai negara akan kembali ke sini setiap tahunnya. Semuanya kembali ke kampung halaman batin. Hendaknya semua orang menyatukan kekuatan cinta kasih dan semangat Tzu Chi dengan erat. Mengapa hubungan kita bisa begitu mendalam? Karena adanya benih yang telah ditanam sejak awal.


Saya sering berkata bahwa pohon besar bermula dari sebutir benih kecil. Benih itu mungkin tampak tidak berarti, tetapi di dalamnya ada potensi kehidupan. Selama ada kondisi yang tepat, seperti tanah, ruang, udara, dan air, puluhan tahun kemudian, ia bisa menjadi pohon besar yang rindang.

Hari ini pun demikian. Kita semua memiliki jalinan jodoh. Yang paling penting ialah adanya seseorang yang terlebih dulu menanam benih dan membawanya keluar dari Taiwan, lalu menanamnya di tempat ia tinggal dengan cinta kasih. Dengan demikian, di setiap tempat akan tumbuh pohon-pohon besar yang berbunga dan berbuah.

Benih-benih itu terus tersebar ke seluruh penjuru dunia sehingga kini di banyak negara, telah berdiri klinik gratis Tzu Chi dan TIMA. Semua ini patut disyukuri. Saya sering berkata bahwa sangat sulit untuk tidak mengucap syukur. Rasa syukur ini datang dari lubuk hati terdalam.

Lihatlah Ji Hui yang berada di Yordania. Dia adalah murid saya yang baik. Di sana, dia juga menjalankan misi Tzu Chi dengan sangat baik, salah satunya ialah TIMA yang berperan aktif. Saat itu, Yordania menampung banyak pengungsi Suriah dari negara tetangga dan di tempat itulah anggota TIMA terjun untuk membantu.

Yordania hanyalah salah satu contoh. Di banyak negara lain pun, semangat cinta kasih dan tanggung jawab terus dijalankan. TIMA di berbagai negara terus merawat orang-orang yang menderita dengan cinta kasih. TIMA benar-benar telah tersebar di berbagai belahan dunia dan telah melindungi begitu banyak orang yang hidup dalam kesulitan. Oleh karena itu, saya sering berkata bahwa rasa syukur ini tak ada habisnya untuk diungkapkan.


Dunia ini sering kali tidak damai dengan banyaknya peperangan, tetapi kita tetap menggerakkan relawan medis untuk membantu. Peperangan adalah hal yang sangat kejam. Namun, tim medis Tzu Chi tetap rela mengambil risiko untuk berangkat ke daerah berbahaya demi menolong dan mengobati sesama. Bodhisatwa TIMA benar-benar memiliki keberanian.

Melihat kembali perjalanan masa lalu, saya teringat dengan ajaran Buddha yang berkata bahwa penderitaan di dunia berasal dari ketidakselarasan hati manusia. Dunia ini pun menjadi rapuh dan tidak stabil. Hal ini terjadi karena manusia saling merusak, melukai bumi, dan menimbulkan kekerasan antarsesama. Semua ini adalah penderitaan dunia.

Namun, saya sering berkata bahwa kita harus tetap bersyukur karena selama puluhan tahun ini, kita telah menggarap misi Tzu Chi dan mengedukasi banyak orang. Saat ini, orang-orang 16 negara dan wilayah kembali berkumpul dengan wajah yang penuh sukacita. Tim penyelenggara, kepala rumah sakit, dan para dokter menyambut semuanya dengan penuh keramahan. Saya merasa sangat bersyukur.


Saya sering berkata bahwa dalam kehidupan ini, menjadi tua dan jatuh sakit adalah hal yang pasti. Tzu Chi telah berdiri hampir 60 tahun dan misi kesehatan telah berjalan selama 53 tahun. Saat ini, Tzu Chi memiliki banyak dokter, bahkan ada yang datang dari luar negeri. Saya teringat saat itu Direktur Lin kembali ke Taiwan untuk menjenguk keluarga, lalu menemui saya. Sesungguhnya, baksos kesehatan di AS dimulai oleh beliau.

Saat beliau kembali ke sini, saya masih belum menemukan kepala rumah sakit dan dokter yang bisa memimpin. Ketika rumah sakit selesai dibangun dan kebetulan beliau datang, saya berkata padanya, "Sebagai murid, hendaknya Anda mendukung saya. Saat ini, kita kekurangan dokter dan sangat membutuhkan bantuan."

Padahal, di Amerika Serikat, kehidupannya sangat nyaman. Rumahnya luas, bahkan mencakup seluruh bukit dengan taman yang indah. Namun, setelah mendengar perkataan saya, beliau langsung pulang dan berbicara dengan istrinya. Istrinya dengan sangat patuh berkata, "Jika kamu ingin membantu Master, saya akan ikut." Hanya dengan satu kalimat sederhana, mereka pun kembali ke Taiwan. Inilah yang disebut jalinan jodoh.

Saat ini, di Taiwan kita memiliki 8 rumah sakit dan 1 klinik. Semuanya benar-benar menjaga dan melayani masyarakat di daerah terpencil, seperti daerah pegunungan di Sanyi, Miaoli. Kita juga melayani daerah Chiayi dan Dapu. Semua itu adalah daerah pegunungan. Beruntung, di sana ada RS Tzu Chi. Jadi, pelayanan medis kita tidak hanya terbatas di kawasan perkotaan.

Baik di pegunungan maupun pedesaan, misi kesehatan Tzu Chi telah menjangkau semua tempat. Hal ini tidak pernah menyimpang dari niat awal saya. Semuanya terus melayani dengan sepenuh hati untuk melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Saya merasa sangat bersyukur. 

Pohon besar berasal dari sebutir benih kecil
Anggota TIMA dari seluruh dunia kembali berkumpul
Menjadi teladan yang menggarap kebajikan dengan cinta kasih
Menyelamatkan mereka yang menderita dan mewariskan tekad Guru

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 15 Oktober 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 17 Oktober 2025
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -