Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Keharmonisan dengan Kelembutan
“Tentang waisak yang kita lakukan ya, dapat berkesan indah dalam hati mereka. Jadi kami ingin menumbuhkan rasa bersyukur, rasa cinta kasih, dan rasa berbagi dari para peserta,” kata Susi, relawan Tzu Chi.
“Lewat upacara ini, para staf dan warga dapat mengenang budi luhur Buddha, orang tua, dan semua makhluk. Dengan rasa syukur, kita dapat menyucikan masyarakat dan hati masing-masing,” kata Hong Qi-fen, Kepala klinik.
“Lewat lirik lagu ini, kita dapat memahami kehidupan sendiri dan mengintrospeksi diri. Saat memegang bunga di telapak tangan kita, saya merasa bahwa yang kita sampaikan bukan hanya rasa hormat, tetapi juga cinta kasih terhadap sesama,” kata Siu Sheung Yuen, Dokter Klinik Pengobatan Tiongkok Tzu Chi.
“Dalam pemandian rupang Buddha, saya juga berikrar. Saat kondisi saya membaik, saya juga akan menjadi relawan untuk menolong lebih banyak orang yang mengalami kesulitan seperti keluarga saya. Saya berikrar untuk menolong orang yang membutuhkan,” kata Komathi Subramaniam, penerima bantuan Tzu Chi.
“Saya merasa bahwa makin banyak insan Tzu Chi, kondisi masyarakat akan makin harmonis. Karena itu, saya terus mengajak putri, menantu laki-laki, dan cucu saya untuk bergabung dengan Tzu Chi. Dapat bersumbangsih bagi orang banyak merupakan kehidupan yang penuh berkah dan menyenangkan,” kata Chew Geok Khiaw, relawan Tzu Chi.

Buddha datang ke dunia untuk membimbing kita membuka dan memperluas jalan. Buddha terlebih dahulu memberi tahu semua makhluk bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Di manakah letak penderitaan ini? Kemelekatan. Manusia melekat pada segala sesuatu yang tidak kekal. Kata-kata ini terdengar sederhana, tetapi perlu kita renungkan baik-baik. Kemelekatan bukan hanya bisa memicu konflik, tetapi juga membuat orang lupa bahwa usia kehidupan manusia sangatlah singkat.
Pagi-pagi sekali, sebelum memasuki aula utama untuk memberikan ceramah, saya akan berhenti sejenak di tikungan dekat aula yang ada pepohonan. Berhubung upacara persembahan di dalam belum selesai, saya pun berdiri sejenak di sana dan melihat pohon-pohon kecil di samping koridor. Di sana, saya mengamati daun pohon pinus yang bentuknya menyerupai jarum. Jika mengamatinya dari dekat, saya bisa melihat tetes demi tetes embun di ujung daunnya.
Lihatlah, bahkan daun-daun yang halus pun dapat menahan tetesan embun. Tetes-tetes embun yang belum menetes terlihat penuh warna. Daun-daun pohon pinus bagaikan dipenuhi mutiara, sangat indah. Embun juga memiliki dunianya sendiri. Setiap tetes embun memiliki dunianya masing-masing. Namun, dunia embun sangat singkat dan tidak kekal. Pada malam hari, embun tidak terlihat karena masih terkandung dalam udara.
Pagi-pagi, sebelum matahari terbit, embun yang terbentuk masih menempel di dedaunan. Jika mengamatinya sebelum matahari terbit, kita akan menyadari bahwa tetes demi tetes embun memancarkan kecemerlangan. Setiap tetes embun memiliki dunia sendiri yang sangat kecil. Ini membuat saya sering teringat akan ketidakkekalan. Apa lagi yang perlu diperhitungkan dalam kehidupan ini?

Lihatlah pohon-pohon pinus yang berdiri kokoh dan penuh vitalitas itu. Pohon-pohon tersebut selalu menyerap tetes demi tetes embun yang menempel pada daunnya. Sebelum matahari terbit, ia telah menyerap air yang cukup. Lewat daun-daun yang bentuknya menyerupai jarum, ia menyerap kelembapan. Demikianlah pohon pinus meningkatkan vitalitasnya. Kita juga harus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Dalam kehidupan manusia, air memainkan peran yang sangat penting. Manusia juga membutuhkan energi langit dan bumi. Energi ini tidak bisa dilihat, tetapi terus terakumulasi pada malam hari. Contohnya, debu yang sangat halus di atas tanah. Jika permukaan tanah dibasahi, debu tidak akan beterbangan terbawa angin. Kita sering berkata bahwa debu dapat masuk ke setiap celah. Namun, dengan adanya kelembapan, lingkungan sekitar akan sangat bersih.
Kita mengenal energi langit, energi bumi, dan energi manusia. Dalam interaksi antarmanusia, ucapan atau ekspresi orang lain mungkin akan membuat kita merasa tidak nyaman. Ini juga dapat menimbulkan energi dalam batin kita. Jika energi langit, energi bumi, dan energi manusia tidak selaras, bencana akan terjadi. Saat energi langit tidak selaras, mungkin hujan tidak turun pada waktunya dan cuaca menjadi sangat panas. Inilah ketidakselarasan unsur air dan api.

Tiupan angin sepoi-sepoi bagaikan napas kita. Napas kita berkaitan dengan unsur angin. Jika napas kita lancar, tubuh kita pun akan sehat. Kini, saya harus menguras energi untuk berbicara karena unsur angin saya sudah tidak selaras. Empat unsur alam telah tidak selaras. Begitu pula dengan unsur angin saya. Untuk menyelaraskan empat unsur alam, yang terpenting ialah memiliki temperamen yang baik. Temperamen berkaitan dengan kebiasaan kita. Lingkungan hidup kita dari kecil hingga dewasa telah membentuk temperamen kita.
Saya pernah berkata bahwa memperbaiki temperamen juga disebut melatih diri. Jika temperamen kita tidak baik, pikiran kita tidak akan terbuka. Kondisi batin menentukan temperamen yang akan menjadi kebiasaan seiring waktu. Karena itulah, kita harus menggenggam kesempatan untuk memetik pelajaran di dunia.
Jika ingin hidup harmonis setiap hari, kita harus bertutur kata dengan lembut. Memberi penghiburan dengan cinta kasih, inilah keindahan yang sesungguhnya. Mari kita bersumbangsih dengan hati yang tulus untuk menunjukkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan.
Ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan menunjukkan kebenaran sejati
Mengamati embun di pagi hari yang membawa vitalitas
Memperbaiki temperamen untuk membawa manfaat bagi dunia
Mewujudkan keharmonisan dengan tutur kata yang lembut
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 29 Mei 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 31 Mei 2025