Ceramah Master Cheng Yen: Mewujudkan Rasa Syukur, Rasa Hormat, dan Cinta Kasih
“Di Tzu Chi, menghadapi berbagai persoalan dengan orang maupun situasi adalah hal yang sangat wajar. Namun, yang terpenting ialah bagaimana kita melewati proses itu tanpa membiarkan diri kita menjadi mundur atau kecewa. Setiap orang memiliki kebiasaan masing-masing. Jika kita terus terjebak dalam pertentangan dengan kebiasaan orang lain, kita sendiri yang akan terseret dan terbelenggu. Ketika menghadapi kesulitan, kita perlu belajar bagaimana melampauinya,” kata Liu Yuan-hui, relawan Tzu Chi.
“Saya merasa bahwa hidup memang seperti itu, selalu membutuhkan arah yang benar. Seperti yang Master katakan, keyakinan kita harus benar. Ketika kita memiliki keyakinan mendalam terhadap ajaran Buddha dan hukum karma, setiap tindakan yang kita lakukan akan mengarah pada kebajikan,” pungkas Liu Yuan-hui.
“Saya mengenal Tzu Chi sejak usia 22 tahun. Saat itu, saya masih sangat polos. Dengan polosnya, saya melangkah hingga hari ini. Namun, seiring waktu, saya menghadapi banyak hal. Terkadang, saya merasa ragu apakah keputusan yang saya ambil di posisi ini sudah benar. Apakah sudah sesuai dengan mazhab Tzu Chi? Apakah semuanya sesuai dengan aturan? Selain itu, berhubung usia saya masih muda, saat mengarahkan dan memimpin relawan lansia sering kali menjadi sebuah tantangan tersendiri,” kata Fu Yan-pin, relawan Tzu Chi.
Rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Jika kita bisa menerapkan hal itu dengan baik, segalanya akan menjadi sempurna. Selama selalu memelihara hati yang penuh syukur, kita tidak akan menghadapi banyak masalah. Hendaknya kita memiliki rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih.

Usia relawan senior sudah lebih tua dan mereka memiliki banyak pengalaman. Selama kalian menghormati mereka dan berterima kasih, mereka pun akan merasa senang. Jika ada yang perlu dilakukan, mintalah bimbingan mereka. Katakanlah, "Kakak dan Bibi, dahulu bagaimana kalian melakukannya?" Mungkin saran yang diberikan tidak sepenuhnya bisa diterapkan, tetapi kita tetap harus berterima kasih kepada mereka.
Kalian bisa menjelaskan, "Sekarang kondisinya sedikit terhambat dan tidak ada cara. Jika kami berbuat seperti ini, bagaimana menurut Anda?" Dengan begitu, kita menunjukkan rasa hormat. Inilah yang disebut cara berinteraksi antarmanusia. Kita harus terlebih dahulu bersyukur dan menghormati.
Hal yang ingin kita lakukan ialah menyebarkan cinta kasih yang telah diberikan kepada kita. Jika kita bisa mempraktikkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih, segala sesuatu akan mengalir dengan lancar. Selama yang kita lakukan adalah hal yang benar, teruslah tekun dan bersemangat. Memang, semua ini terdengar sangat sederhana, tetapi dalam praktiknya, kita perlu memberi ruang bagi orang lain.
Setiap orang membutuhkan rasa dihormati. Semua orang memiliki "aku". Anda, dia, dan semua orang memiliki "aku". Namun, rasa "aku" ini arahnya bisa menyimpang menjadi kesombongan. Ketika rasa "aku" ini menjadi terlalu besar, akan muncul kesombongan yang membuat orang lain merasa jengkel.
Melatih diri tidaklah mudah. Ada orang yang ingin menjadi yang paling menonjol dan ingin selalu berada di depan orang lain dalam bertindak maupun berbicara. Ketika berada di tengah suasana yang harmonis, sikap seperti itu justru membuat dirinya "terlalu besar" hingga menjadi hampa dan membuat orang lain tidak bisa menerimanya. Jadi, kita harus belajar memahami dan berlapang hati.


Ruang dalam hati kita harus diperluas. Bagaimana caranya? Dengan merendahkan hati. Saya berharap setiap orang memiliki rasa tanggung jawab. Namun, kita juga harus merendahkan hati, memberi ruang bagi orang lain untuk merasa nyaman. Dahulu, saya sering berkata bahwa jangan sampai membuat orang lain terganggu dan jangan menjadi terlalu "besar" sampai "menusuk mata" orang lain.
Kita harus benar-benar merendahkan hati agar setiap orang bisa merasa bahwa dalam hatinya ada "saya" dan dalam hati saya ada "dia". Dengan begitu, tidak ada lagi halangan antarsesama. Ketika kembali ke sini, berarti kalian telah merendahkan hati untuk menjadi satu kesatuan. Setiap orang memang memiliki "aku", tetapi saya berharap semua orang bisa menampilkan dirinya yang sejati.
Saya ingin mendengar bagaimana kalian menjalankan misi Tzu Chi di negara masing-masing dan bagaimana kalian dapat diterima oleh masyarakat di lingkungan kalian. Itulah yang saya harapkan saat duduk di sini. Tidak peduli berapa lama harus duduk, hati saya selalu penuh dengan harapan.
Saya ingin mendengar bagaimana kalian bekerja sama, bagaimana hubungan kalian dengan orang lain, dan apakah kalian bisa diterima oleh semua orang. Saya sangat ingin mendengar kabar ini. Jika semua bisa berjalan seperti itu, saya akan merasa sangat tenang.


Hidup ini mengikuti hukum alam. Waktu terus berlalu. Kita tahu bahwa seiring waktu berlalu, usia kehidupan kita akan perlahan berkurang. Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan kita pun berkurang. Ketika memikirkan hal ini, saya selalu teringat untuk menggenggam waktu saat ini dan jangan membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia. Inilah keadaan batin saya setiap hari.
Seiring berlalunya waktu, saya tidak boleh menyia-nyiakan setiap momen. Saat duduk di sini, saya ingin mendengar pandangan kalian satu per satu. "Aku" yang ada di dalam diri saya ingin menampung segala pengalaman kalian. Hendaknya kita memperluas hati untuk mendengarkan sukacita, kesedihan, keluh kesah, dan segala macam perasaan dari orang lain. Dengan begitu, hati kita memiliki ruang.
Hanya dengan hati yang luas, barulah kita bisa memahami kesulitan orang lain dan memikirkan cara terbaik untuk mendengarkan dan menasihati mereka. Ini semua membutuhkan kesungguhan hati. Jadi, bagaimana kita bisa menyatukan hati semua orang demi menciptakan keharmonisan di dunia? Dengan menciptakan berkah.
Ketika dunia harmonis, segala hal akan berjalan baik. Seperti sebuah keluarga, selama ada keharmonisan dan kerja sama, semua urusan akan menjadi indah. Hal-hal baik perlu dijalankan oleh orang yang baik pula. Orang yang baik harus bertutur kata baik agar segala sesuatu bisa terwujud. Saya berharap semuanya dapat berbuat baik.
Aksara Tionghoa "baik" terdiri atas aksara "perempuan" dan "anak". Kita harus memiliki hati yang murni seperti anak kecil. Hendaknya semua orang kembali pada hakikat kebuddhaan. Hakikat kebuddhaan adalah hati murni seperti anak kecil.
Mewujudkan rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih
Menaklukkan kesombongan diri dengan kelembutan
Saling menyempurnakan di Jalan Bodhi
Mewujudkan keharmonisan dengan hati yang lapang dan pikiran yang murni
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 04 November 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 06 November 2025







Sitemap