Ceramah Master Cheng Yen: Para Bodhisatwa Membangun Ikrar untuk Menolong Semua Makhluk


Kita memandang ke seluruh dunia dan melihat banyak orang yang menderita. Kita yang bergabung dengan Tzu Chi hendaknya membangun ikrar agung untuk menghimpun tetes demi tetes cinta kasih guna membantu orang-orang kurang mampu, penyintas bencana, dan pengungsi di seluruh dunia. Sebagai relawan Tzu Chi, kita mendengar suara penderitaan dan memberi pertolongan. Dengan demikian, bukankah kita sedang menjalankan ikrar Bodhisatwa Avalokitesvara?

Ada sebuah lagu Tzu Chi yang berbunyi, "Memiliki hati Bodhisatwa Avalokitesvara dan membangun ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha." Kita hendaknya memiliki hati Bodhisatwa Avalokitesvara dan membangun ikrar Bodhisatwa Ksitigarbha. Dengan hati yang penuh welas asih, Bodhisatwa Avalokitesvara mendengar suara penderitaan dan memberikan pertolongan. Sebagai umat Buddha, kita melafalkan nama Buddha dan Bodhisatwa Avalokitesvara.

Setiap keluarga melafalkan nama Buddha Amitabha dan Bodhisatwa Avalokitesvara. Selain melafalkan nama Bodhisatwa Avalokitesvara, kita juga mempelajari praktik Bodhisatwa Avalokitesvara. Jadi, di mana pun ada orang yang menderita, Bodhisatwa Avalokitesvara akan memberi pertolongan dengan penuh cinta kasih dan kebaikan. Sesungguhnya, Bodhisatwa Avalokitesvara telah mencapai pencerahan di masa lampau dengan nama Tathagata Pengetahuan Dharma Sejati. Namun, Beliau beremanasi sebagai Bodhisatwa Avalokitesvara saat ini supaya dapat menginspirasi lebih banyak makhluk hidup sesuai kapasitas masing-masing dan meringankan penderitaan mereka.


Lihatlah, puluhan tahun lalu, 30 donatur Tzu Chi menyisihkan uang 50 sen setiap harinya untuk membantu orang yang membutuhkan bagai Bodhisatwa Avalokitesvara. Mereka semua adalah ibu rumah tangga. Ketika membagikan 30 buah celengan bambu, saya meminta mereka untuk menyisihkan uang 50 sen dari uang belanja mereka setiap harinya. Dengan himpunan tetes-tetes donasi ini, kita dapat memberikan bantuan berupa beras dan minyak kepada keluarga yang membutuhkan di saat yang tepat. Dengan menyisihkan 50 sen setiap hari, mereka dapat mendonasikan 15 dolar NT (sekitar 7.500 rupiah) setiap bulan. Mereka juga menyebarkan semangat ini kepada orang lain.

Mereka tidak meminta donasi secara langsung, melainkan berkata, "Kurangilah sayur belanjaan saya." Ketika pedagang bertanya mengapa mereka mengurangi sayur belanjaan mereka, mereka berkata, "Dengan cara ini, saya bisa menyisihkan 50 sen setiap hari." Pedagang bertanya, "Untuk apa?" Mereka berkata, "Untuk membantu yang membutuhkan." Pedagang berkata, "Dengan 50 sen bisa membantu orang? Sebagai pedagang sayur, saya juga bisa menyisihkan 50 sen setiap hari dan mendonasikan 15 dolar NT setiap bulan." Jadi, bukan hanya satu orang yang mendonasikan 15 dolar NT setiap bulan. Ada banyak orang yang menyisihkan 50 sen setiap hari dan mendonasikan 15 dolar NT setiap bulannya.


Belakangan ini, banyak insan Tzu Chi mengatakan, "Saya juga akan melakukannya." Sungguh terasa sangat familier. Semangat ini telah diwariskan selama lebih dari 50 tahun. Sekarang, banyak orang mengatakan bahwa mereka bisa dan bersedia bersumbangsih. Dengan semangat celengan bambu ini, berapa banyak negara yang telah kita bantu? Ada 133 negara.

Relawan Tzu Chi menyiapkan barang bantuan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penerima bantuan. Ketika membagikan bantuan kepada penerima bantuan, mereka juga akan membungkukkan badan. Inilah wujud dari sikap menghormati. Saya sering mengingatkan kalian untuk bersumbangsih dengan rasa syukur, hormat, dan cinta kasih. Sebagai insan Tzu Chi, kita harus mewariskan semangat ini. Kita membantu orang yang membutuhkan tanpa mengharapkan ungkapan terima kasih dari mereka. Kita justru harus berterima kasih kepada mereka karena diberi kesempatan untuk menciptakan berkah.

Buddha mengatakan bahwa apa yang ditabur, itulah yang akan dituai. Dengan berbuat kebajikan, kita dapat menjalin jodoh baik dan menciptakan berkah. Ini bagaikan butir demi butir benih baik. Kita telah menciptakan berkah. Contohnya kacang panjang. Jika kita menabur sebutir benih kacang panjang dan memasang ajir di kebun sayur, benih ini akan bertumbuh dan sulurnya akan merambat ke atas. Ketika tanaman menghasilkan polong panjang, setiap polong memiliki biji di dalamnya. Semua biji itu adalah benih. Demikianlah satu benih tumbuh menjadi tak terhingga.


Jika kita menanam pohon lengkeng, setelah ia tumbuh besar, kita dapat memanen banyak lengkeng setiap tahun. Berapa banyak lengkeng, lici, dan mangga yang dapat dipanen dari pohonnya setiap tahun? Ribuan kilogram. Semua buah-buahan tersebut mengandung biji. Dengan adanya tanah dan kondisi pendukung lainnya, butir demi butir benih dapat bertunas. Di lahan mana pun benih ditabur, ketika ada kondisi pendukung, seperti air dan cahaya matahari, benih ini akan tumbuh dan berkembang menjadi tak terhitung jumlahnya.

Lihatlah semai padi yang dipindahkan ke sawah. Segenggam semai padi dapat menghasilkan benih padi untuk ditanam di sawah yang luas, juga dapat memenuhi kebutuhan pangan kita. Ini membuat kita bisa hidup berkecukupan. Setiap butir beras adalah hasil kerja keras para petani. Pada musim panas, mereka bekerja di bawah terik matahari dan bermandi keringat. Meski keringat mereka berjatuhan ke tanah, mereka tetap membungkukkan badan untuk bekerja. Jadi, kita harus menghargai setiap butir beras.

Sekarang, para insan Tzu Chi menabur benih berkah dengan merekrut Bodhisatwa dunia. Satu orang bisa menginspirasi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya untuk melakukan hal yang sama. Untuk bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia, kita harus membangkitkan ketulusan dan membangun ikrar agung untuk selamanya bersumbangsih bagi Dunia Saha ini dan menyucikan hati manusia.   

Para Bodhisatwa berikrar untuk menolong orang-orang yang menderita
Menyisihkan 50 sen setiap hari untuk memperpanjang jalinan kasih sayang
Menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik untuk menghasilkan benih baik yang tak terhingga
Mewariskan rasa syukur, hormat, dan cinta kasih 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 29 November 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 01 Desember 2023
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -