Ceramah Master Cheng Yen: Pelatihan ke Dalam dan Praktik ke Luar dalam Jalan Bodhisatwa

Master Cheng Yen: Pagi-pagi kalian sudah berada di sini?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Master, apa kabar?

Master Cheng Yen: Kalian datang sepagi ini?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Ya.

Relawan: Dia merupakan seorang anggota komite.

Relawan: Kakak, berapa usia Anda?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Delapan puluh tahun.

Master Cheng Yen: Sudah berapa tahun Anda menjadi anggota komite?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Sudah belasan tahun.

Relawan: Putrinya juga merupakan anggota komite kita.

Master Cheng Yen: Kalian terlihat mirip.

Relawan: Sang ibu sangat hebat.

Relawan Pelestarian Lingkungan: Kalian terlalu memuji.

Relawan: Dia bisa membuat kue, bacang, dan kudapan lainnya.

Master Cheng Yen: Bisa membuat bacang dan kue?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Ya, kudapan tradisional.

Master Cheng Yen: Setiap hari ada begitu banyak orang di sini?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Tidak tentu. Adakalanya lebih banyak lagi.

Master Cheng Yen: Hari ini termasuk agak sedikit?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Ya, hari ini agak sedikit.

Master Cheng Yen: Barang daur ulang di sini tidak sedikit. Saya sangat berterima kasih kepada kalian. Kalian telah menciptakan berkah bagi bumi.

Relawan Pelestarian Lingkungan: Terima kasih, Master.

Master Cheng Yen: Kalian harus terus melindungi bumi. Saya berterima kasih kepada kalian.

Relawan Pelestarian Lingkungan: Master, Amitabha.

Master Cheng Yen: Adakah kalian datang lebih awal untuk mendengar ceramah pagi saya?

Relawan Pelestarian Lingkungan: Ada. Terkadang ada, terkadang tidak.

Master Cheng Yen: Kalau begitu, kalian harus sering melakukannya.

Relawan Pelestarian Lingkungan: Saya mendoakan Master semoga sehat setiap hari dan segala sesuatu berjalan sesuai keinginan.

Master Cheng Yen: Saya juga mendoakan kalian semua. Semoga kalian dapat bersumbangsih dengan penuh sukacita setiap hari. Semoga kalian memiliki tubuh yang sehat. Kalian juga harus mendengar ceramah pagi.

Relawan Pelestarian Lingkungan: Ya, saya juga menyuruh cucu saya mendengar ceramah pagi Master.

Master Cheng Yen: Baiklah, saya akan meninggalkan tempat ini. Terima kasih.

Relawan Pelestarian Lingkungan: Sering-seringlah datang kemari.

Pagi tadi, saya mengadakan kunjungan dadakan ke posko daur ulang. Para relawan daur ulang di sana berkata, “Wah, senang sekali bisa melihat Master. Saya bisa melihat Master yang nyata dan bisa bergerak.” Mereka berkata bahwa mereka sangat gembira karena bisa melihat saya. Saya berkata, “Saya juga sangat gembira karena bisa melihat kalian. Terima kasih atas sumbangsih kalian di sini. Apakah kalian ke sini setiap hari?” Mereka berkata, “Ya. Kami bersumbangsih di sini dengan gembira. Terima kasih, Master. Berkat ladang pelatihan ini, kami bisa bersumbangsih dengan penuh sukacita.”

Semua relawan lansia sangat bijaksana. Mereka mendalami Dharma dan melakukan daur ulang sehingga memiliki fisik dan batin yang sehat. Saat para lansia melakukan daur ulang bersama, mereka merasa bahwa diri mereka masih sangat berguna karena dapat melindungi bumi demi masa depan anak cucu mereka. Selain dapat melindungi bumi, hasil penjualan barang daur ulang juga dapat digunakan untuk menolong sesama. Jadi, mereka merasa bahwa mereka masih dapat bersumbangsih bagi sesama dan melindungi bumi. Ini akan membuat mereka sangat gembira.

Inilah kekuatan cinta kasih. Singkat kata, kita harus lebih bersungguh hati. Buddha mengajarkan kita untuk melatih cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Cinta kasih berarti berharap semua orang di seluruh dunia dapat hidup aman, tenteram, dan bahagia. Welas asih berarti memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Kita dapat turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Inilah yang Buddha ajarkan kepada kita. Jadi, kita harus menerapkan ajaran Buddha dalam keseharian dan menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita jangan hanya memohon perlindungan dari Bodhisatwa, tetapi juga harus meneladani semangat Bodhisatwa dan mempraktikkannya secara nyata.

Saat orang-orang dilanda penderitaan, kita sebagai Bodhisatwa dunia hendaknya memberikan bantuan secara nyata. Ini karena saat orang-orang dilanda penderitaan, hati Bodhisatwa selalu merasa tidak tega. Saya bisa melihat kalian membantu para lansia yang hidup sebatang kara membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka tanpa memedulikan betapa kotornya tempat itu. Meski mereka tidak memiliki hubungan apa pun dengan kalian, tetapi kalian tetap menganggap mereka sebagai kerabat atau orang tua sendiri.

Semua orang di dunia ini adalah satu keluarga. Mengapa harus membatasi cinta kasih kita hanya berdasarkan hubungan darah? Kalian telah mempraktikkan ajaran Buddha dan semangat Bodhisatwa. Kita harus memperlakukan setiap orang dengan cinta kasih dan welas asih. Welas asih yang setara mendatangkan kebaikan terbesar. Jadi, kita harus sungguh-sungguh mengembangkan welas asih untuk turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain. Di mana pun bencana terjadi, kita bisa pergi ke sana untuk memberikan bantuan. Kita harus membina keharmonisan, melapangkan hati, dan membangkitkan ikrar luhur. Ini bisa mendatangkan berkah yang terbesar.

Saat memiliki kesempatan, kita harus bersumbangsih bagi sesama. Insan Tzu Chi selalu memperlakukan semua orang dengan sikap penuh rasa syukur, hormat, dan cinta kasih. Kita harus memiliki hati yang lapang, baru bisa membina keharmonisan. Keharmonisan berarti berhati lapang. Dengan begitu, barulah kita bisa menjalankan ikrar luhur untuk memberi manfaat bagi banyak orang. Selain itu, kita juga harus saling mengasihi. Jika dapat saling mengasihi dengan tulus, maka kita akan memperoleh kedamaian yang terbesar.

Dapat bersumbangsih bagi sesama, hidup bersama dengan harmonis, dan saling mengasihi, inilah hal yang paling membahagiakan dan sempurna. Dapat memiliki begitu banyak teman baik yang melatih diri di jalan yang sama, kita hendaknya saling membina keharmonisan dan saling mengasihi. Dengan memperlakukan orang lain dengan hati yang tulus dan lapang, hati kita akan terasa damai dan tenang.

Saya juga melihat kesungguhan hati insan Tzu Chi dalam mengemban misi pendidikan. Pemerintah memberi dana kepada sebuah sekolah untuk pembangunan kembali. Namun, dibutuhkan waktu selama dua tahun untuk merampungkan pembangunan ini. Selama dua tahun ini, di mana anak-anak harus bersekolah? Karena itu, kita membantu mereka mendirikan ruang kelas sementara agar pendidikan anak-anak tidak terputus sekalipun hanya satu semester. Jadi, kita mendirikan ruang kelas sementara di sana agar anak-anak dapat melanjutkan pendidikan.

“Pembangunan 8 unit ruang kelas sementara telah rampung dan akan resmi digunakan pada tanggal 17 September. Saya bisa merasakan kekuatan dari kerja sama setiap orang. Dalam matematika, 1 tambah 1 sama dengan 2. Namun, yang saya lihat adalah satu tambah satu lebih dari dua. Pada hari penyusunan konblok, Pada hari penyusunan konblok, awalnya kami mengira hanya ada 70 relawan yang akan datang. Tidak disangka, ada 150 relawan yang datang sehingga tugas itu selesai dalam waktu tiga jam. Saya dapat merasakan kekuatan semua relawan dalam bersumbangsih bagi masyarakat serta tekad mereka yang penuh cinta kasih dan welas asih. Saya juga berkata kepada murid-murid kami, ‘Kalian bersekolah untuk menumbuhkan kebijaksanaan yang bagaikan matahari. Cinta kasih dan welas asih bagaikan bulan. Kalian harus memiliki keduanya, baru bisa semakin maju. Jangan lupa, kalian harus terus mewariskan cinta kasih ini,” ucap Cai Mei-ling, Mantan Kepala SMP Liou Jia.

Dengan bergotong royong dan menyatukan hati, kita dapat memperoleh ketenangan terbesar. Setiap orang hendaknya menyatukan hati dan bergotong royong untuk mengemban tugas. Penyusunan konblok yang awalnya diperkirakan akan memakan waktu selama dua hari dapat diselesaikan hanya dalam waktu tiga jam. Ini karena banyak orang yang membantu. Banyak orang yang bergotong royong dengan kesatuan hati. Lewat kesatuan hati, keharmonisan, saling mengasihi, dan bergotong royong, kita mengembangkan welas asih, kelapangan hati, ketulusan, dan kesatuan hati. Dengan begitu, secara alami, kita dapat memperoleh kebaikan, berkah, kedamaian, dan ketenangan terbesar.

Kita semua harus bersungguh hati. Ini merupakan imbauan saya terhadap kalian untuk kesekian kalinya. Jika kita berharap ajaran Buddha tersebar di seluruh dunia, kita harus lebih bersungguh hati untuk bersumbangsih. Kalian tidak menempuh jalan yang salah. Jadi, kalian bisa terus melangkah maju dengan tenang.

Singkat kata, kita tidak memiliki waktu yang cukup. Karena itu, kita harus menggenggam setiap waktu. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Kita juga semakin tua. Kita harus memusatkan pikiran kita untuk melakukan hal yang benar. Kita harus terus bersumbangsih untuk mengakumulasi pengetahuan dan ajaran yang baik. Bekerja sama dengan harmonis merupakan tujuan kita. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin merupakan jalan kita. Tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh merupakan tekad dan ikrar kita bersama. Bukankah kalian telah melakukannya? (Ya) Baiklah. Jika “ya”, saya bisa merasa tenang. Saya mendoakan kalian semua dengan tulus. Kita harus senantiasa membangkitkan ketulusan hati. Semoga setiap orang dapat menciptakan berkah dan membina kebijaksanaan dalam keseharian serta memiliki hati yang damai dan tenang. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.

Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin merupakan jalan Tzu Chi

Tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh merupakan tekad dan ikrar semua insan Tzu Chi

Dapat turut merasakan kesedihan, kepedihan, dan penderitaan semua makhluk

Saling mengasihi dengan hati yang tulus serta melatih diri dengan tekun dan bersemangat

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 September 2015

Ditayangkan tanggal 19 September 2015

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -