Ceramah Master Cheng Yen: Relawan Dokumentasi Menciptakan Berkah dan Membina Kebijaksanaan


“Relawan 3 in 1 wilayah Kuala Lumpur dan Selangor selalu tersentuh ketika melihat Kakak Chen Xiu-cheng dan Kakak Chen Jin-xiang. Mereka sudah berusia lanjut. Kedua Bodhisatwa ini telah menjadi relawan penulis artikel selama lebih dari 20 tahun dan tak pernah mengeluh lelah,”
kata Liu Mei-ling, relawan Tzu Chi.

“Tahun ini, Kakak Xiu-cheng berusia 83 tahun. Setiap kali ada penugasan, beliau selalu berkata, ‘Tidak masalah.’ Begitu pula dengan Kakak Jin-xiang. Kakak Jin-xiang telah mencatat begitu banyak sejarah Tzu Chi. Pada masa awal, beliau tidak bisa menggunakan komputer sehingga harus menulis dengan tangan. Beliau pun tidak bisa menyetir sehingga harus naik kendaraan umum untuk bertugas,” pungkas Liu Mei-ling.

Semuanya sangat penuh perhatian. Kita memiliki ikrar dan tekad yang sama. Saya merasa sangat bersyukur. Kalian semua benar, bajik, dan indah. Ini bukan sekadar kata-kata, melainkan Dharma sejati yang dipraktikkan oleh orang-orang dengan hati yang tulus.

Bodhisatwa sekalian, meski Malaysia dan Taiwan jaraknya berjauhan, hati kalian dan saya sangat dekat. Belakangan ini, saya sering berkata kepada semuanya tentang dua tangan dan sepuluh jari tangan yang bisa dipisahkan, juga bisa disatukan. Kita harus menyatukan jari tangan dan hati kita seperti ini. Ketika didekatkan ke mulut, aksara Mandarin apa yang akan terbentuk? (Bersatu.) Hendaknya kita bersatu hati.

Tzu Chi melakukan pembagian tim dengan nama Hexin, Heqi, Hu'ai, dan Xieli. Dalam tim-tim ini, semuanya bersatu dengan niat yang sama. Dengan niat yang sama, kita membangun ikrar Bodhisatwa untuk terjun ke tengah masyarakat. Saat ini, saya juga melihat Bodhisatwa muda bermunculan dari generasi ke generasi.


“Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi terjalin sejak saya berusia 3 tahun. Saat itu, ibu saya membawa saya ke kelas anak di Tzu Chi. Sejak saat itu, saya terus mengikuti berbagai kegiatan, baik besar maupun kecil. Saat SMP, saya mulai mengemban tanggung jawab sebagai relawan dokumentasi,”
kata Zheng Yong-xian, relawan Tzu Chi.

“Setelah pandemi Covid-19, saya melihat bahwa banyak wajah yang familiar sudah tidak ada lagi. Lalu, saya terpikir, sebagai anggota yang masih muda dalam tim saat itu, saya hendaknya mengemban lebih banyak tanggung jawab. Saya ingin berikrar untuk menginspirasi lebih banyak anak muda berkontribusi dalam tim relawan 3 in 1. Saya juga berikrar untuk segera kembali dan dilantik,” pungkas Zheng Yong-xian.

Sungguh hati yang tulus serta arah yang bajik dan indah. Insan Tzu Chi selalu indah karena memiliki hati yang murni dan tanpa noda.

Saya juga mendengar tentang Kamboja. Ketika Tzu Chi pertama kali ke Kamboja, suara ledakan masih terdengar di mana-mana. Saat itu, selain bhiksuni Griya Jing Si, juga ada pengusaha Taiwan dan anak pengusaha yang pergi ke sana. Jadi, kita bisa melihat bahwa memang ada yang pernah ke sana sebelumnya.

Saya merasa bahwa di dunia ini, dokumentasi yang tertinggal adalah bukti paling nyata. Melihat bukti-bukti ini dan mengenang masa lalu, saya merasa bahwa inilah nilai kehidupan. Dengan menjangkau orang yang menderita secara langsung, barulah kita bisa mengembangkan nilai kehidupan. Pada masa itu, hidup mereka begitu sulit. Melihat penderitaan membuat kita menyadari berkah.


Saya juga sering mengatakan kepada semuanya untuk menyadari berkah. Kita dipenuhi berkah karena memiliki niat baik. Jika kita baru berbuat baik saat membutuhkan ketenteraman, itu sudah terlambat. Kita harus memupuk niat baik setiap hari karena memiliki niat baik adalah kewajiban. Kita memupuk niat baik bukan hanya untuk diri sendiri saat ini, melainkan juga untuk menciptakan dan mewariskan berkah bagi anak cucu.

Saya telah melihat cahaya dari Malaysia yang bagaikan cahaya kunang-kunang. Kunang-kunang sangatlah kecil. Saat malam tiba, satu ekor tidak begitu terlihat. Dua atau tiga ekor pun tidak begitu mencolok sehingga orang-orang tidak akan menyadarinya. Namun, jika sekelompok kunang-kunang terbang bersama, maka cahayanya akan sangat terang.

Melihat sekelompok kunang-kunang yang terbang di langit malam, saya sering berpikir bahwa kekuatan diri sendiri sangatlah kecil. Seorang diri, walau memiliki tekad dan ikrar yang besar, kekuatannya tetap terbatas. Dibutuhkan banyak orang untuk menciptakan kekuatan yang besar. Hendaknya semuanya bersatu hati untuk bersama-sama menciptakan berkah bagi dunia agar tercipta energi berkah yang besar.

Tadi juga disebutkan tentang "zona hitam" di Malaysia. Insan Tzu Chi yang kembali, semuanya berkata bahwa tempat itu sangat berbahaya. Orang-orang tidak berani masuk, bahkan polisi pun tidak berani. Namun, seorang relawan lansia berkata, "Master, saya akan pergi." Beliau sangat berani dan mulai memasuki daerah itu.


Kini, kehidupan masyarakat di sana sudah mulai mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Kita juga telah membantu anak-anak di sana mendapatkan pendidikan. Semua terwujud karena adanya cinta kasih, ikrar, dan kekuatan. Selama kita memiliki tekad, dengan jumlah orang yang banyak dan kekuatan besar, memperbaiki kehidupan bukanlah hal yang mustahil.

Lihatlah, kita bisa memperbaiki lingkungan dan kehidupan mereka tanpa mengubah keyakinan mereka. Setiap agama mengajarkan kebaikan. Kita harus membina niat dan pikiran baik. Yang buruk jangan ditiru, yang baik harus dipelajari. Hendaknya kita belajar dengan hati seperti anak kecil yang murni dan tanpa noda. Hendaknya kita mempelajari Jalan Bodhisatwa hingga sadar akan kebenaran. Kita harus menuju arah yang benar. Inilah makna benar, bajik, dan indah.

Bodhisatwa sekalian, saya mendoakan semuanya. Belakangan ini, sekelompok demi sekelompok relawan Malaysia kembali ke sini dan saya melihat ketekunan, semangat, serta aksi nyata kalian. Saya memuji dan mendoakan kalian. Semoga semuanya dapat membina kebijaksanaan dan berkah sekaligus. Saya mendoakan semuanya.

Murid dan guru bersatu hati untuk mewujudkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan
Terjun ke tengah masyarakat dengan kesatuan dan keharmonisan
Menghimpun cahaya untuk membina berkah dan kebijaksanaan
Menjadi Bodhisatwa yang mempraktikkan ikrar dengan tekun dan bersemangat

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 01 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 03 Juni 2025
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -