Ceramah Master Cheng Yen: Saling Mendampingi dengan Cinta Kasih Berkesadaran


“Kita jangan melupakan tekad awal kita dan harus menggenggam saat ini. Kita jangan mengkhawatirkan akan ada tekanan, yang penting berusaha dengan segenap hati dan tenaga,” ujar Liu Su Mei, Ketua Yayasan Tzu Chi Indonesia.

Banyak Bodhisatwa berkumpul untuk memperingati ulang tahun ke-25 Tzu Chi Indonesia. Saya menontonnya lewat konferensi video. Meski tidak pergi ke sana, tetapi saya seakan-akan ada di sana bersama mereka.

Acara yang megah seperti itu, sungguh membuat orang tersentuh. Selama 25 tahun, Empat Misi Tzu Chi telah lengkap didirikan di Indonesia. Sebelumnya, mereka sudah memiliki fasilitas medis di sana. Kini, mereka sedang membangun sebuah rumah sakit lagi. Misi pendidikan, budaya humanis, dan amal juga dijalankan secara bersamaan.

Belakangan ini, di Lombok, Indonesia terus terjadi gempa. Insan Tzu Chi Indonesia segera membentuk tim dan melakukan perjalanan jauh untuk memberikan bantuan. Saya sangat berterima kasih atas dukungan pihak militer. Pihak militer segera memberi bantuan dengan pesawat militer untuk mengirimkan barang bantuan dan mengantarkan insan Tzu Chi pulang pergi.

“Dari Jakarta, dimana Tzu Chi Indonesia berada, kita membawa 1,000 kantong bantuan ke Lombok dengan pesawat Hercules. Di dalam kantong tersebut terdapat handuk, selimut, sarung, alat-alat mandi, dan kita juga membawa 500 dus mie instan DAAi,” ucap Joe Riadi, relawan Tzu Chi.

“Kami sungguh bersyukur bisa mendapat bantuan. Apalagi, di saat-saat yang sulit ini, kita benar-benar membutuhkannya,” kata Sabdi, warga korban bencana.

Tzu Chi mengirimkan barang bantuan melalui jalur darat, laut, dan udara. Kita menghimpun kekuatan cinta kasih semua orang. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dengan harmonis. Dengan cinta kasih dan rasa hormat, mereka mengerahkan kekuatan untuk menolong orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan. Meski para relawan tahu bahwa kekuatan gempa susulan di sana masih sangat besar, tetapi mereka tetap rela mendedikasikan diri di sana.


Insan Tzu Chi telah beberapa kali melakukan perjalanan ke sana untuk memberikan bantuan. Karena tak tega melihat orang menderita, maka mereka memikul tanggung jawab untuk meringankan penderitaan di dunia. Pemerintah setempat memberi dukungan dan masyarakat turut bersumbangsih dengan menghimpun kekuatan cinta kasih.

Tak heran kali ini kita melihat orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat berkumpul untuk memperingati ulang tahun ke-25 Tzu Chi Indonesia. Acara itu sangat megah dan dihadiri oleh lebih dari 3.000 orang. Selain itu, orang yang berbeda agama juga berkumpul bersama di acara ini. Saya sungguh sangat tersentuh.

Mengenang kembali masa lalu, mereka teringat bagaimana insan Tzu Chi memberi bantuan sesuai kebutuhan dan menyebarkan cinta kasih di Indonesia; bagaimana mereka mewarisi misi dengan sepenuh hati dan tekad untuk mewariskan silsilah Jing Sidan membentangkan Jalan Tzu Chi yang rata untuk ditapaki orang-orang. Karena itulah, kini mereka dapat menjalankan Empat Misi Tzu Chi di sana dengan pencapaian yang cemerlang. Semoga Empat Misi Tzu Chi dapat terus dijalankan secara menyeluruh di sana. Selain itu, mereka juga sedang berusaha membangun rumah sakit besar dengan mengandalkan sumber daya setempat, baik berupa tenaga maupun materi.

Mereka semua bersumbangsih dengan semangat penuh rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Para pengusaha berterima kasih kepada warga setempat karena mereka juga membutuhkan sumber daya manusia agar usaha mereka berjalan lancar. Para pengusaha bersyukur karena mereka dapat menggunakan sumber daya setempat untuk mengembangkan usaha mereka. Para pengusaha juga bersumbangsih bagi masyarakat dengan cinta kasih yang tulus dan penuh rasa hormat.

Inilah rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih. Selama lebih dari 20 tahun, mereka bersumbangsih tanpa pamrih. Karena itu, mereka bisa memperoleh cinta kasih dan rasa hormat dari orang-orang. Saya sangat bersyukur pada mereka. Mereka telah bersumbangsih secara nyata. Dengan bersumbangsih, barulah kita bisa memupuk berkah. Melihat bagaimana mereka menciptakan berkah bagi dunia serta membina kebijaksanaan dan sikap penuh pengertian, saya sangat tersentuh.

Selain itu, di Malaysia, lebih dari 1.000 orang mengikuti pelatihan. Semoga mereka semua mempelajari silsilah Dharma Jing Si dengan tekun dan bersemangat, mempraktikkan mazhab Tzu Chi untuk membawa manfaat bagi orang lain, saling mendampingi dengan cinta kasih berkesadaran, dan saling mendorong untuk melatih diri. Para relawan di sana telah mendedikasikan diri dan menginspirasi banyak pengusaha di daerah Selangor dan Kuala Lumpur.


Yang mengagumkan adalah para pengusaha dapat melepas ego dan turut bersumbangsih. Mereka tidak sombong dan bisa bekerja sama untuk bersumbangsih. Kisah mereka sungguh banyak dan sangat menghangatkan hati. Saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi Malaysia yang bersatu hati untuk membentangkan jalan dengan cinta kasih. Inilah yang dilakukan relawan di Malaysia. Sekelompok Bodhisattva dari Penang yang kembali dari Myanmar berbagi banyak kisah yang menyentuh. Insan Tzu Chi bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Ini sangatlah menyentuh. Kita harus saling mendampingi dengan cinta kasih berkesadaran. Tak peduli di negara mana pun berada, saya berharap semua orang memiliki tekad yang sama.

Yang memiliki cinta kasih berkesadaran adalah Bodhisatwa. Kamu adalah Bodhisatwa, dia adalah Bodhisatwa, dan saya juga adalah Bodhisatwa. Kita semua mempraktikkan ajaran Jing Si, menyebarkan mazhab Tzu Chi, dan menapaki Jalan Bodhisatwa bersama. Saya yakin, walaupun kita semua berada di negara yang berbeda-beda, tetapi kita akan tetap bersatu hati. Kita bersama sama mengikuti jejak Buddha dan Bodhisatwa. Kita harus membangun ikrar agung dan teguh dengan tekad awal kita. Dengan berpegang teguh pada tekad kita, jalan kita akan menjadi sangat lapang.

Tzu Chi Indonesia mewariskan cinta kasih

Insan Tzu Chi di seluruh Malaysia bersatu hati untuk menanam berkah

Jangan melupakan tekad awal dan tetap teguh pada ikrar agung

Mengikuti jejak Bodhisatwa untuk selamanya

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 September 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 September 2018

Editor: Stefanny Doddy

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -