Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Bersyukur dan Menghimpun Cinta Kasih Agung


“Pada September 2022, saat suami saya, Liang-ming, ingin kembali ke Taiwan untuk melaporkan kepada Master tentang pelaksanaan misi Tzu Chi di Nepal, berkat jalinan jodoh yang menakjubkan, saya bisa mendampinginya kembali ke Taiwan. Saat pamit kepada Master untuk pulang ke Malaysia, saya berkata kepada Master, ‘Saya menyumbangkan suami saya kepada Master. Master, manfaatkanlah dirinya dengan baik.’ Master lalu bertanya pada saya, ‘Bagaimana denganmu? Anda bisa pergi ke Nepal kapan pun dan tinggal di sana selama sebulan setiap kali pergi.’ Karena itu, saya pun pergi ke Nepal,”
kata Li Jin-yu relawan Tzu Chi Malaysia.

“Awalnya, saya berpikir bahwa saya hanya akan pergi selama sebulan, tetapi tidak disangka dari akhir tahun lalu hingga tahun ini, saya telah berada di sana selama 189 hari,” pungkas Li Jin-yu.

“Saya telah berada di Nepal selama hampir 300 hari. Inilah yang kita lakukan selama lebih dari setahun belakangan ini. Saya masih ingat pada bulan Juli tahun lalu, ketua Tzu Chi Singapura, Kakak Swee Seh, bertanya apakah saya ingin bersumbangsih di Nepal, tanah kelahiran Buddha. Begitu mendengar hal ini, yang pertama muncul dalam benak saya ialah saya harus mengakhiri bisnis saya. Jadi, saya harus terus melangkah maju, tidak boleh berpikir terlalu Panjang,” kata Qiu Jian-yi relawan Tzu Chi Singapura.

“Selain itu, juga ada istri saya yang terus mendampingi saya hingga hari ini. Dia tidak pernah meninggalkan Nepal dan selalu berada di sana. Ini membuat saya cukup terkejut karena dia adalah orang yang sangat takut kotor dan cuaca di sana juga sangat panas. Saat pergi ke luar pada pukul 5.30 pagi, kami sudah mulai berkeringat dan terus berkeringat hingga malam hari. Bayangkanlah betapa panas cuaca di sana. Saya bersyukur di tengah kondisi seperti ini, dirinya yang begitu takut kotor dapat mengatasi segala kesulitan. Ini berkat ikrar Master,” pungkas Qiu Jian-yi.


Saya telah mendengar para Bodhisatwa dunia berbagi pengalaman. Para Bodhisatwa di Singapura dan Malaysia selalu mendengar Dharma dalam keseharian. Berkat kemajuan teknologi, saat saya memberikan ceramah, para Bodhisatwa di tempat yang begitu jauh pun dapat mendengarnya dengan telinga mereka. Bukankah dalam bab Pintu Universal dari Sutra Teratai dikatakan bahwa Bodhisatwa Avalokitesvara mendengar suara penderitaan dan memberi pertolongan?

Para relawan kita memiliki enam indra Bodhisatwa, yaitu mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran. Setelah mendengar seruan saya, mereka pun membangkitkan tekad. Setelah membangkitkan tekad, mereka pun menjalankannya. Saya pernah berkata bahwa warga Nepal hidup menderita dan kekurangan.

Saya berharap kita dapat membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha karena kebaikan Buddha terhadap kita sangatlah banyak. Jika Buddha Sakyamuni tidak datang ke dunia ini, kita mungkin masih diselimuti kegelapan batin dan terus menciptakan karma buruk. Kita memiliki jalinan jodoh baik untuk mendengar dan menerima Dharma sehingga kita dapat berhimpun menuju arah yang benar.

Contohnya, Bodhisatwa sekalian yang tinggal di Taipei. Meski wilayah Taipei tidaklah luas, tetapi untuk datang ke sini, kalian harus mengemudi selama puluhan menit, bahkan ada yang sejam hingga dua jam. Ini hanya dalam wilayah Taipei. Jadi, berkat kemajuan teknologi dan transportasi yang memadai, barulah kalian dapat datang menemui saya. Kalian dapat melihat saya dan mendengar suara saya secara langsung. Enam indra kita berfokus di sini. Di luar sangat panas dan di dalam sangat sejuk. Ini dapat dirasakan oleh tubuh kita. Pikiran kita juga merasakan kenyamanan. Melihat para Bodhisatwa yang sudah lama tidak kita temui, kita merasa sangat sukacita.


Wakil Ketua Shyong juga melaporkan tentang kondisi di Haiti yang sangat kacau sekarang. Gangster-gangster setempat saling berebut kekuasaan. Saat suatu tempat dilanda pergolakan, saya selalu merasa sangat khawatir. Tidak ada banyak orang yang mengkhawatirkan ataupun memperhatikan satu sama lain. Dunia ini sungguh penuh dengan kemiskinan dan penderitaan. Yang dibutuhkan ialah kekuatan Tzu Chi karena cinta kasih Tzu Chi sangatlah tulus. Jika dapat menjangkau orang yang menderita, Tzu Chi akan mencurahkan perhatian jangka panjang.

Tzu Chi adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat. Saat ada wilayah dan negara yang dilanda kemiskinan, penderitaan, atau pergolakan, insan Tu Chi selalu bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga. Karena itulah, saya selalu mengucap syukur. Namun, saya juga sangat khawatir. Akan tetapi, waktu terus bergulir. Saya selalu berkata bahwa saya merasa khawatir setiap detik, tetapi juga bersyukur setiap detik. Kita masih bisa hidup aman dan tenteram. Saat hidup tenteram, kita hendaknya bersyukur. Sungguh, hal yang patut disyukuri sangatlah banyak.

Insan Tzu Chi juga hadir dalam konferensi yang digelar oleh PBB untuk menyosialisasikan pelestarian lingkungan. Gerakan melakukan daur ulang dengan kedua tangan yang bertepuk telah diterapkan secara luas di berbagai komunitas dan terus digalakkan di tengah masyarakat. Sungguh, lewat siaran Da Ai TV, setiap hari kita bisa melihat nenek-nenek, ibu-ibu, bapak-bapak, dan kakek-kakek yang melakukan daur ulang dengan sukacita. Anak cucu mereka juga merasa tenang karena dapat mengantarkan nenek, ibu, ayah, atau kakek mereka ke depo daur ulang kita setiap hari.


Di depo daur ulang kita, semua orang saling menjaga. Selain bermanfaat untuk kesehatan pikiran dan otak, saat melakukan daur ulang, semua orang juga bisa saling menjaga, memotivasi, dan berbagi pengalaman. Jadi, daur ulang bermanfaat untuk kesehatan pikiran dan otak, juga merupakan kegiatan yang sangat positif. Dapat bersumbangsih seperti ini, mereka juga merasa damai dan selaras dengan prinsip kebenaran. Ini disebut sukacita dalam Dharma.

Dalam hidup ini, sulit untuk memperoleh kedamaian batin dan selaras dengan prinsip kebenaran. Dengan berpegang pada prinsip kebenaranlah kita mengembangkan nilai kehidupan. Kita juga sangat yakin bahwa kita tengah memanfaatkan kehidupan untuk memulai langkah bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita di dunia.

Dahulu, kita mungkin hanya berkutat dengan karier dan orang-orang yang kita kasihi. Itu hanya berkaitan dengan diri sendiri dan disebut cinta kasih individual. Di dunia ini harus ada cinta kasih agung. Saat semua orang menghimpun cinta kasih agung, barulah kedamaian negara bisa terwujud. Agar kondisi masyarakat bisa stabil, setiap orang hendaknya menuju arah yang benar.

Insan Tzu Chi bagai Bodhisatwa Avalokitesvara yang mendengar suara penderitaan dan memberi pertolongan
Senantiasa bersyukur dan menghargai hidup yang tenteram
Bersumbangsih dengan sukacita Dharma bermanfaat bagi kesehatan pikiran dan otak
Menghimpun cinta kasih agung dan terus melangkah maju

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 01 Agustus 2023
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -