Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Memutar Roda Dharma dan Menjalankan Praktik Bodhisatwa


“Master sangat khawatir terhadap kondisi kehidupan warga Qigu,”
kata Tao Ying-de, relawan Tzu Chi.

“Terima kasih, Tzu Chi,” ucap Bapak Wu.

“Saya sangat gembira. Tanpa bantuan mereka, saya tidak akan bisa memperbaiki rumah,” kata salah seorang korban Topan Danas.

“Kami pasti akan menunaikan janji kami,” kata Tao Ying-de, relawan Tzu Chi.

“Terima kasih.”

“Saya berterima kasih kepada Yayasan Tzu Chi yang datang untuk membantu warga kurang mampu,” kata Chen Bo-jing, Lurah Dingshan.

“Terima kasih atas bantuan kalian. Saya mendengar bahwa dia datang dari Taipei. Mereka berniat untuk membantu dan telah sibuk berhari-hari. Mereka semua sangat baik dan penuh welas asih,” kata Bapak Zhang, salah seorang korban Topan Danas.

“Reparasi rumah sudah hampir selesai?” tanya salah seorang relawan Tzu Chi.

“Ya, saya sangat senang. Saya tidak perlu khawatir lagi,” ucap Bapak Zhang.

Saya bersyukur di seluruh dunia, ada banyak orang yang memahami suara hati saya dan sangat dekat di hati saya. Buddha datang ke dunia dengan satu tujuan utama, yaitu memberi tahu kita bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Jadi, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa. Benar, Bodhisatwa.

Setiap hari, kita belajar. Di tengah delusi, kita belajar untuk memahami kebenaran. Belakangan ini, saya sering mengulas tentang "belajar" dan "sadar". Kita harus belajar sangat lama hingga jalinan jodoh matang. Di masa lampau, kita telah bertekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan terus menapaki jalan ini. Kita terus belajar sambil menapakinya. Dari kehidupan ke kehidupan, kita terus menapaki Jalan Bodhisatwa. Jadi, di Jalan Bodhisatwa, kita belajar dari kehidupan ke kehidupan.


Belajar dan sadar harus beriringan. Berulang kali, kita belajar dan sadar. Ada banyak hal yang belum pernah kalian temui sebelumnya. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, kalian menghadapi berbagai kondisi dan merasa, "Oh, ternyata seperti ini." Ada banyak hal yang semula tidak kalian ketahui. Kini, kalian tiba-tiba menghadapinya dan merasa, "Oh, ternyata seperti ini."

Dalam hidup ini, kita harus bisa membedakan cinta kasih dengan jelas. Kehidupan kita juga tak luput dari cinta kasih. Cinta kasih yang murni adalah cinta kasih yang tebal dan berat. Inilah cinta kasih yang berbobot. Ini bukanlah cinta kasih yang posesif. Cinta kasih ini bebas dari keinginan untuk memiliki. Kita bersumbangsih tanpa pamrih dan mengucap syukur sehingga cinta kasih kita makin bermakna. Kita tidak ada keinginan untuk memiliki. Setelah memberi, kita tidak pernah berpikir untuk meminta imbalan.

Berlapis-lapis cinta kasih yang kita curahkan kepada orang lain ialah cinta kasih yang lapang dan agung. Cinta kasih berkesadaran, inilah yang kita pelajari di tengah delusi. Ternyata, ini memang sudah seharusnya. Sebagai manusia, kita tentu harus memiliki cinta kasih terhadap sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Demikianlah kita mengasihi dan melindungi kehidupan. Kita hendaknya juga mengasihi hewan.

Kita hendaknya tahu apa kebahagiaan di dunia ini, bagaimana orang-orang menikmati berkah, dan apa akibatnya jika hanya menikmati berkah. Ini berkaitan dengan hati dan pikiran kita. Kita harus menggenggam waktu untuk menyucikan hati kita dan bersumbangsih lewat tindakan nyata. Inilah yang disebut "praktik". Enam Paramita dan puluhan ribu praktik harus kita jalankan untuk membimbing semua makhluk. Kita harus memanfaatkan berbagai jalinan jodoh untuk membimbing semua makhluk.


“Saya merasa bahwa Jing Si Books and Cafe adalah ladang pelatihan untuk menggalang Bodhisatwa. Berhubung setiap orang memiliki usia yang berbeda-beda, seperti yang diulas dalam bab Perumpamaan Tanaman Obat bahwa setiap tanaman obat berbeda, kami membagikan Dharma sesuai kapasitas setiap orang. Karena itu, Jing Si Books and Cafe mengadakan beragam aktivitas untuk menarik pengunjung dari berbagai tahapan usia,”
kata Zheng Su-ping, relawan Tzu Chi.

“Berhubung berdagang di pasar, saya tahu bahwa salah satu tempat termudah untuk menjangkau masyarakat ialah pasar. Karena itu, saya menyarankan untuk mempromosikan produk Jing Si di berbagai pasar. Kemudian, ada banyak komunitas yang mempromosikan produk Jing Si di pasar dan menginspirasi banyak orang untuk lebih mengenal Tzu Chi. Lalu, kami membuka dua pusat kegiatan lansia sekaligus,” kata Lin Shu-guo, relawan Tzu Chi.

“Di sana, kami membagikan resep masakan Jing Si dan Kata Renungan Jing Si sehingga warga lansia dapat lebih mengenal Tzu Chi. Di pusat kegiatan lansia, kami juga mengajak warga lansia untuk mempraktikkan ‘tiga kebajikan’, yakni menyisihkan uang ke dalam celengan bambu setiap hari, bertutur kata baik, dan bersumbangsih sebagai relawan,” lanjut Lin Shu-guo.

“Master, kini ada banyak relawan konsumsi kita yang merupakan warga lansia dari pusat kegiatan lansia. Contohnya, yang ada di foto sudut kiri bawah ini. Saat baru datang, beliau sangat mudah tersinggung. Setelah mempelajari Kata Renungan Jing Si, beliau berkata, ‘Saya ingin menjadi lansia tiga kebajikan. Saya tidak ingin menjalin jodoh buruk dengan orang lain,” pungkas Lin Shu-guo.


Saya sering berkata bahwa kita harus menyatukan semua orang. Kita harus menghimpun kaum lansia, menjaga kaum muda, dan membimbing anak-anak. Untuk itu, kita harus menjangkau mereka. Ini mungkin terdengar sangat mudah dan kalian sudah memulainya. Untuk membimbing orang, kalian membutuhkan metode. Membentangkan tangan tidak semudah yang dibayangkan, tetapi kita telah melakukannya dengan baik. Sesungguhnya, ini berkat keselarasan empat unsur.

Saat kondisi kita baik-baik saja, kita hendaknya senantiasa bersyukur. Saat kita bisa berbicara dengan lancar, mengekspresikan diri dengan mudah, mengulur dan menarik tangan dengan leluasa, serta melangkah dengan stabil, ini berarti unsur tubuh kita selaras. Karena itu, kita hendaknya senantiasa bersyukur dapat bergerak dengan leluasa dan mengintrospeksi diri. Hari ini, apakah saya sudah bertutur kata benar, berbuat benar, dan menapaki jalan yang benar? Inilah yang disebut mengintrospeksi diri atau menginventarisasi kehidupan.

Saya sering berkata bahwa setiap orang hendaknya menginventarisasi kehidupan sendiri. Sesungguhnya, saya ingin semua orang berintrospeksi. Jika ada kekurangan, kita harus segera belajar. Kita duduk di sini untuk belajar satu sama lain. Kita harus menghargai setiap momen. Karena itulah, saya selalu menyerukan untuk menggenggam setiap waktu yang ada sekarang.

Sesungguhnya, kini saya juga tengah menyebarkan Dharma yang telah saya sampaikan dahulu. Saya mengulang ajaran yang pernah saya sampaikan dan mengimbau kalian untuk menggenggam waktu. Kebenaran yang terkandung di dalamnya tetap sama. Ini disebut memutar roda Dharma.

Roda Dharma berbentuk bulat dan harus terus diputar. Agar roda dapat terus berputar, dibutuhkan poros. Berhubung telah mempelajari Dharma, kalian hendaknya menjadikannya sebagai poros. Dengan adanya poros ini, roda Dharma akan terus berputar. Saat roda Dharma ini berputar, barulah kita akan maju.

Berulang kali belajar dan sadar di Jalan Bodhisatwa
Bersumbangsih tanpa pamrih dengan cinta kasih yang murni dan tebal
Menghimpun dan membimbing orang-orang menjalankan Enam Paramita
Senantiasa memutar roda Dharma untuk menyucikan hati

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 12 Agustus 2025
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -