Ceramah Master Cheng Yen: Senantiasa Menjaga Ketulusan dan Kesungguhan Hati

Selama lebih dari 50 tahun ini, Tzu Chi mempraktikkan Sutra dengan penuh keyakinan dan tekad. Sejak lebih dari 50 tahun lalu, saya sudah mulai membabarkan Sutra Bunga Teratai agar setiap orang dapat mempraktikkannya selangkah demi selangkah. Sejak awal Tzu Chi berdiri, kita sudah mulai mempraktikkannya hingga sekarang.

Hingga kini sudah berapa ribu hari dan detik yang sudah dilalui. Pada setiap detik dan setiap hari, relawan Tzu Chi aktif bergerak untuk bersumbangsih. Setiap orang memiliki hati penuh cinta kasih dan bersama-sama menapaki Jalan Bodhisattva. Setiap orang memiliki semangat Bodhisattva Avalokitesvara yang bertekad untuk meringankan penderitaan semua makhluk. Saat satu tangan bergerak, ribuan tangan pun mengikuti.

Selama 24 jam dalam sehari, relawan Tzu Chi di seluruh dunia sangat aktif dalam mengemban misi. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu sedetik pun. Relawan Tzu Chi di negara mana pun berada memiliki satu tujuan yang sama, yakni bersumbangsih dengan penuh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan cinta kasih, kita mengemban misi amal. Pada saat menjalankan misi amal, kita mengembangkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Orang-orang yang dilanda bencana sungguh menderita. Apakah para korban bencana  memiliki hubungan dengan kita? Tidak ada.

 

Namun, dengan cinta kasih yang tulus, kita bergerak untuk membantu mereka. Tujuan kita hanya ada satu, yakni ingin menenangkan hati mereka dan membimbing mereka ke arah yang benar. Meski hidup kekurangan, tetapi kita ingin menginspirasi mereka untuk memperkaya batin.

“Master, saya adalah Tzu Ching dari Myanmar. Saya sudah pulang. Pascabadai Nargis di Myanmar tahun 2008 lalu, Tzu Chi mencurahkan perhatian dan membagikan bantuan alat tulis

bagi banyak sekolah. Pada saat pembagian bantuan alat tulis, relawan Tzu Chi juga berbagi tentang Ajaran Jing Si. Saya tersentuh oleh Kata-kata Ajaran Jing Si. Para relawan Tzu Chi juga dapat melihat bahwa banyak Tzu Ching yang mengubah tabiat buruk karena terinspirasi oleh Kata Ajaran Jing Si. Karena itu, saya mengikuti kelas pelatihan Tzu Ching. Saya juga berpartisipasi dalam semua kegiatan Tzu Chi, mulai dari misi amal, misi kesehatan, misi pendidikan, misi budaya humanis, dan berbagai kegiatan di komunitas. Lewat kunjungan kasih, saya melihat banyak orang yang hidupnya lebih menderita dari saya. Dari sanalah, saya mulai menyadari berkah saya,” tutur seorang Tzu Ching Myanmar.

 

Untuk menyalurkan bantuan ke Myanmar juga dibutuhkan jalinan jodoh. Badai Nargis pada tahun 2008 mematangkan jalinan jodoh Tzu Chi dengan Myanmar. Pascabencana  itu, saya memanfaatkan waktu dengan baik. Saat itu masih ada waktu sebelum memasuki musim tanam. Saya memanfaatkan waktu itu dan bersikeras untuk membagikan bibit kacang hijau kepada para petani. Untungnya, pada musim itu mereka memiliki hasil panen yang baik. Saya sungguh bersyukur.

Saya bersyukur karena telah memanfaatkan waktu dengan baik dan berusaha keras untuk memberikan bantuan. Saya memanfaatkan waktu dan menghimpun tenaga untuk menyalurkan bantuan. Kali ini saya mendengar bahwa Myanmar tengah dilanda kekeringan.

“Tanpa air, bibit padi tidak dapat tumbuh,” ucap petani Myanmar.

“Jika bukan karena bantuan Tzu Chi, kami tidak mungkin dapat melihat hasil panen sekarang. Kehidupan kami sangat sulit. Selain itu, kami juga memiliki banyak hutang,” kata petani Myanmar lainnya menambahkan.

 

Petani setempat (Myanmar) sangat percaya kepada Tzu Chi. Mereka memercayai dan mengandalkan Tzu Chi. Saat dilanda bencana kekeringan ini, mereka meminta bantuan kepada Tzu Chi. Ini semua membutuhkan jalinan jodoh. Segala sesuatu di dunia membutuhkan curahan perhatian relawan Tzu Chi. Semua relawan Tzu Chi harus mengerahkan tenaga dan saling mendukung karena semua orang di dunia  adalah satu keluarga.

Kita semua harus menghimpun kekuatan. Saudara sekalian, ada banyak kisah yang ingin saya ceritakan. Intinya, kita jangan melupakan tahun itu, orang-orang itu, dan niat awal kita. Saya berterima kasih kepada semua relawan Tzu Chi yang telah memanfaatkan hidup mereka untuk menginspirasi orang-orang yang hidup menderita. Kini, saat bertemu dengan relawan Tzu Chi, saya selalu mengucapkan terima kasih. Tanpa relawan Tzu Chi, mana ada pencapaian Tzu Chi hari ini.

Begitu pula dengan relawan Tzu Chi di Jepang. Mereka yang menikah dan tinggal di Jepang sangat sulit meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi. Terlebih lagi, ada beberapa suami yang ikut menjadi relawan bersama istri mereka. Ini membawa pengaruh baik bagi Jepang. Dalam penyaluran bantuan bencana, ini sangat banyak membantu. Selain itu, Relawan Park di Korea juga sangat giat menjalankan misi Tzu Chi. Komunitasi Buddhis di Korea juga sangat menghargai Tzu Chi. Mereka memberikan Penghargaan Perdamaian Manhae kepada Tzu Chi. Inilah penghargaan yang diberikan oleh komunitas Buddhis di sana.

 

Saya sangat berterima kasih. Semua ini dimulai oleh satu orang. Saya juga sangat berharap Tzu Chi di Korea bisa terus berkembang. Kita harus menyebarkan semangat Mahayana dan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa di dunia. Saya sangat berharap kita dapat merekrut lebih banyak warga lokal. Kita harus saling mendukung dan saling menyemangati. Semoga Tzu Chi dapat mengakar di negara tempat tinggal kalian.

Hal yang ingin saya syukuri tak akan habis diceritakan satu per satu. Kita mempraktikkan Sutra dengan penuh keyakinan dan tekad serta senantiasa menjaga ketulusan dan kesungguhan hati. Inilah yang senantiasa kita lakukan. Bodhisatwa senantiasa bersumbangsih dalam keseharian mereka. Inilah Bodhisatwa. Rutinitas Bodhisatwa adalah menjalankan misi dan menunaikan kewajiban mereka. Kewajiban mereka adalah bersumbangsih dan mereka menganggapnya sebagai hal yang sudah selayaknya dilakukan. Begitu pula dengan tanggung jawab kita.

Saya berterima kasih kepada kalian semua. Kita harus terus memperkuat akar cinta kasih agar tumbuh menjadi pohon besar dan menghasilkan bibit tak terhingga.

Tzu Chi telah mempraktikkan Sutra selama setengah abad
Mengembangkan dan mempraktikkan Empat Sifat Luhur
Memperkuat akar Tzu Chi dan menyebarkan ajaran Buddha
Senantiasa bersumbangsih tanpa pamrih 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Juni 2019

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -