Ceramah Master Cheng Yen: Tabib Agung Mengobati Penyakit Fisik dan Batin
“Tahun ini, kami merawat seorang relawan Tzu Chi, Kakak Qian-li yang memiliki nama Dharma Lü Yong. Bersama departemen hematologi dan onkologi, kami merawatnya hingga dipindahkan ke ruang perawatan paliatif. Kami terus mendampinginya hingga akhir hayatnya. Dalam proses menjalani perawatan paliatif, kami bisa merasakan bahwa beliau dan keluarganya sudah bisa menghadapi hidup dan mati dengan pikiran terbuka dan memahami bahwa demikianlah proses kehidupan,” kata Xie Bo-jun, kepala departemen pengobatan Tiongkok.
“Selama menjalani pengobatan, beliau tidak pernah berkeluh kesah meski merasa sangat tidak nyaman. Beliau berharap dirinya dapat berpamitan baik-baik dengan para anggota keluarga Tzu Chi. Inilah harapannya. Sungguh, saya merasa bahwa ini adalah tindakan yang penuh keberanian. Beliau harus ikhlas menghadapi penyakitnya dan punya keberanian untuk menjalani masa-masa sulitnya. Selain itu, beliau selalu sangat optimistis,” lanjut Xie Bo-jun.
“Dalam proses ini, beliau selalu tersenyum bahagia. Beliau merasa bahwa ini adalah hal yang sangat baik. Saat beliau menjalani perawatan paliatif, kami juga mengadakan pertemuan untuk mengungkapkan rasa syukur agar beliau berkesempatan untuk berpamitan secara langsung dengan teman-temannya dan sesama relawan Tzu Chi,” pungkas Xie Bo-jun.

Lihatlah relawan ini. Lihatlah kisah kehidupannya. Kebijaksanaannya dalam menghadapi penyakit telah menunjukkan kebenaran pada kita. Buddha mengatakan bahwa tubuh ini tidak bersih, perasaan membawa derita, dan segala fenomena adalah tanpa inti. Buddha mengajari kita untuk mengutamakan kepentingan orang banyak. Kita harus memiliki welas asih agung yang merasa sepenanggungan. Dengan demikian, kita dapat turut merasakan penderitaan di dunia. Inilah welas asih.
Setiap orang memiliki welas asih. Saat melihat orang lain menderita, kita turut merasa menderita. Dengan menganggap penderitaan orang lain sebagai penderitaan sendiri, kita akan bersungguh hati untuk melenyapkan penderitaan kita yang sesungguhnya adalah penderitaan orang lain. Kebahagiaan dan kenyamanan orang lain juga merupakan rasa sukacita kita. Dokter kita bagaikan Tabib Agung. Para dokter kita dapat mendiagnosis penyakit, memahami segala jenis obat, dan bersungguh hati memberikan resep yang tepat untuk melenyapkan penderitaan pasien.
Dalam hidup ini, adakah penderitaan yang lebih parah dari penderitaan akibat penyakit? Bagi orang yang didera penderitaan akibat penyakit, satu detik terasa bagaikan satu tahun. Bagi orang yang sehat dan tenteram, setiap menit dan detik berlalu dengan cepat. Bagi orang yang jatuh sakit, setiap menit dan detik terasa sangat lambat. Ini menunjukkan bahwa sulit untuk melewati hari demi hari di tengah penderitaan. Namun, kita tetap harus berusaha semaksimal mungkin.
Mengenai Empat Misi Tzu Chi, misi amal telah menjangkau seluruh dunia dan misi kesehatan hendaknya dapat menjangkau semua umat manusia.

“Ada seorang relawan yang lutut kirinya mengalami degenerasi tulang rawan yang sangat serius. Dokter residen kita berkata, ‘Dok, untuk pasien berusia 90 tahun, dalam buku dikatakan bahwa belum tentu cocok dilakukan penggantian sendi lutut. Bolehkah kita menjalankan operasi untuknya?’ Saya lalu berkata padanya, ‘Sesungguhnya, pertanyaannya bukanlah boleh menjalankan operasi untuknya atau tidak, melainkan kita ingin membantunya menjalani kehidupan seperti apa’," kata Zhou Bo-zhi, Dokter ortopedi.
“Setelah melakukan evaluasi, kami mendapati bahwa pasien berusia 90 tahun ini sangat sehat. Jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan gula darahnya tidak ada masalah apa pun. Biasanya, beliau bahkan bisa menanam sayuran di halaman belakang rumahnya. Saya berkata padanya, ‘Kami akan membantumu. Kami akan meluruskan kakimu agar Anda tetap dapat menanam sayuran’,” lanjut Zhou Bo-zhi.
“Beberapa hari ini, kami menanganinya dengan hati-hati dan sabar dan beliau pun sangat gembira. Semoga setelah beliau keluar dari rumah sakit, lukanya dapat terjaga dengan baik dan pemulihannya bisa berjalan lancer,” pungkas Zhou Bo-zhi.
Secanggih apa pun teknologi sekarang, kehidupan tetap penuh dengan penderitaan. Penderitaan adalah kebenaran sejati. Sesungguhnya, obat yang diresepkan oleh Buddha bukanlah obat yang berwujud, melainkan obat batin. Jadi, Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu melenyapkan penyakit batin semua makhluk. Saat pasien merasakan rasa sakit, bagaimana bisa kita mengatakan bahwa dia tidak sakit?
Kita harus bisa mendiagnosis penyakit dan memberikan pengobatan yang tepat. Untuk mengobati penyakit, dibutuhkan rumah sakit. Baik seseorang menderita karena penyakit batin maupun kekuatan karma, kita harus mengobatinya dengan metode yang tepat. Jika pasien memiliki jalinan jodoh dengan dokternya, begitu melihat dokter, pasien akan merasa tenang dan penderitaannya akan berkurang. Inilah yang disebut merasa damai.

Ajaran Buddha sering mengulas tentang rasa damai. Pasien akan merasa damai saat melihat dokter yang merupakan penyelamat dalam hidupnya. Dokter seperti inilah yang disebut Tabib Agung. Jadi, saat bertemu dokter penyelamat dalam hidupnya yang bagaikan Tabib Agung, pasien akan menuruti saran dokter. Saat pasien berkata, "Saat duduk, saya sering kali tidak bisa berdiri," kita harus menasihatinya dengan metode yang tepat. Jangan langsung berkata, "Kamu pasti bisa berdiri."
Kita harus bisa berempati dan memotivasi pasien. Setelah dimotivasi oleh dokter, pasien akan lebih bekerja keras. Keluarga pasien pun akan bersyukur kepada dokter. Orang yang merawat pasien juga harus membina rasa syukur. Saat anak mendampingi orang tua datang berobat, selain mengobati pasien, kita juga harus berusaha untuk mengajari sang anak berbakti kepada orang tua. Inilah budaya humanis dalam misi kesehatan kita. Jadi, selain mengobati pasien, kita juga membimbing anak mereka untuk berbakti.
Kita harus menggunakan nilai budaya humanis kita untuk membantu pasien dan membimbing anak mereka. Demikianlah cara kita melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Kuncinya terletak pada cinta kasih. Selain cinta kasih, kita juga mengajarkan rasa bakti. Inilah yang kita ajarkan pada anak pasien.
Jadi, misi kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis, semuanya berlandaskan kebajikan. Bajik berarti mengasihi tanpa membeda-bedakan dan memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan. Inilah cinta kasih yang murni tanpa noda dalam sistem medis kita. Cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin agung adalah landasan kita.
Saya bersyukur kepada para dokter kita. Bagi kita, dokter bukanlah sebuah profesi. Kalian menjadi dokter dengan semangat misi. Kita memberikan pengobatan sesuai penyakit agar pasien dapat hidup sehat. Para dokter kita adalah dokter yang luar biasa dan mampu memberikan pengobatan sesuai penyakit.
Melenyapkan kemelekatan dengan empat landasan perenungan
Menjaga pikiran dan memahami ketidakkekalan
Menyadari kebenaran tentang penderitaan dan memahami segala jenis obat
Tabib Agung mengobati penyakit fisik dan batin
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 28 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 30 Juni 2025