Ceramah Master Cheng Yen: Tahu Berpuas Diri dan Mewariskan Nilai Luhur


Bodhisatwa sekalian, kita telah melihat banyak bencana terjadi di dunia dan bagaimana peperangan dan pertikaian membawa penderitaan bagi banyak orang. Kita juga melihat relawan Tzu Chi yang telah bersumbangsih di Nepal selama 2 hingga 3 tahun ini. Saya selalu mengatakan bahwa harapan saya ialah dapat mengubah kemiskinan di tanah kelahiran Buddha menjadi kebahagiaan.

Sejak lebih dari 2.500 tahun yang lalu, banyak orang di sana yang hidup dalam kemiskinan. Saat itu, Pangeran Siddhartha keluar dari istana dan melihat sendiri bahwa sebagian besar rakyatnya hidup dalam kemiskinan. Meski merasa tidak sampai hati, tetapi beliau juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sekalipun beliau menggunakan harta kerajaan untuk memberikan bantuan, itu tetap tidak cukup. Sesungguhnya, kemiskinan dan bencana berasal dari hati dan pikiran manusia. Tanpa cinta kasih yang tulus di dalam hati, orang-orang enggan bersumbangsih ataupun membantu mereka yang mengalami penderitaan. Kekuatan cinta kasih yang terhimpun pun sangat kecil.

Beliau berharap dapat membuka pintu hati orang-orang dan menginspirasi mereka untuk bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan memberikan perhatian kepada mereka yang mengalami penderitaan. Namun, hal ini tidaklah mudah. Demikianlah kemiskinan di sana berlangsung selama lebih dari 2.500 tahun. Kesenjangan antara yang miskin dan kaya selalu ada di India dan Nepal. Di sana ada orang kaya, tetapi orang miskin lebih banyak. Siapa yang akan menolong orang miskin?


Pangeran Siddhartha menyadari bahwa bantuan materi saja tidak cukup untuk membebaskan mereka dari penderitaan. Ada orang kaya yang miskin secara batin karena mereka tamak dan enggan memberi. Jadi, Buddha datang ke dunia untuk menginspirasi semua orang agar bersumbangsih dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Beliau berharap semua orang memiliki batin yang kaya, itu lebih penting daripada kekayaan materi.

Mengenai kekayaan materi, banyak nol dapat ditambahkan setelah angka satu. Semuanya dimulai dari satu. Apakah satu nol saja cukup? Tidak peduli berapa banyak angka nol yang ditambahkan, orang-orang tetap merasa tidak cukup. Ini karena mereka telah membangkitkan ketamakan. Lalu, kapan mereka merasa cukup dan bersedia membantu orang lain? Jika mereka masih merasa tidak cukup, akan sulit untuk membantu orang lain.

Mereka yang merasa cukup dan bersedia membantu orang lain merupakan orang-orang yang memiliki kekayaan batin. Tidak peduli berapa banyak kekayaan mereka, jika dapat membantu orang lain, berarti mereka memiliki kekayaan batin. Seperti sebuah ungkapan di zaman dahulu, orang yang tahu berpuas diri adalah orang yang kaya. Saya ingat saat rumah sakit di Hualien masih dalam tahap pembangunan, saya juga sambil menggalang donasi. Saat itu, kita mengadakan bazar di Taipei. Ada banyak orang, seperti pengusaha, pekerja, dan pemilik usaha kecil, yang datang untuk memberikan dukungan kepada saya.


Sepasang suami istri pekerja mendonasikan emas yang telah mereka kumpulkan sedikit demi sedikit kepada kita. Mereka mengatakan, "Master, kemampuan kami terbatas. Awalnya, kami berharap bisa membeli rumah untuk anak kami sehingga kami menabung selama 10 hingga 20 tahun ini. Namun, kini kami mendengar bahwa Master ingin membangun rumah sakit. Ini lebih mendesak. Kami berdua berdiskusi dan memutuskan untuk membantu pembangunan rumah sakit terlebih dahulu karena menyelamatkan nyawa lebih penting."

Dengan mengubah pola pikir mereka, mereka tidak hanya memberikan dukungan finansial kepada saya, tetapi juga memberikan dukungan spiritual dan meningkatkan kepercayaan diri saya. Inilah dukungan semua orang ketika rumah sakit pertama kita akan dibangun. Sejak saat itu, saya selalu yakin bahwa asalkan diri sendiri tidak memiliki pamrih, semua orang dapat terinspirasi untuk bersumbangsih dengan cinta kasih yang murni tanpa pamrih.

Kita telah bersumbangsih dengan segenap hati dan tenaga dan berusaha untuk menginspirasi lebih banyak orang. Setelah menginspirasi orang-orang menjadi donatur kita, kita terus mendampingi mereka hingga menjadi komite Tzu Chi atau komisaris kehormatan. Dengan sepenuh hati dan tekad, kita berbuat kebajikan dan menciptakan berkah untuk mewujudkan keharmonisan. Berkah dapat menghalau bencana dan membawa ketenteraman. Kita menciptakan berkah untuk mewujudkan ketenteraman. Jadi, kita harus saling bersyukur.


Kekuatan satu orang saja tidaklah cukup. Kita perlu menyatukan kekuatan banyak orang untuk menciptakan lebih banyak berkah. Terima kasih kepada para Bodhisatwa yang telah bersumbangsih dengan cinta kasih. Kita hendaknya bersumbangsih dengan sukacita untuk menciptakan berkah setiap hari. Menciptakan berkah dapat membawa kebahagiaan untuk kita. Mari kita menciptakan berkah dari generasi ke generasi.

Lihatlah, anak-anak usia dini ini memberikan celengan yang berat kepada saya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Niat baik seperti ini patut untuk dibina. Kita harus yakin dengan ketulusan hati mereka. Saya sangat berterima kasih kepada kalian karena kalian telah menginspirasi anak cucu kalian untuk bersumbangsih. Mereka telah terinspirasi untuk bersumbangsih sejak usia dini. Dari sini bisa diketahui bagaimana kalian bersumbangsih dengan tekun dan bersemangat dalam keseharian.

Kalian telah menunjukkan kemurnian dan hakikat kebuddhaan yang dimiliki oleh setiap orang. Saya dengan tulus mendoakan yang terbaik untuk kalian. Niat baik ini hendaknya diteruskan dari kehidupan ke kehidupan. Hendaklah kita terus melangkah maju. Jangan berhenti ataupun mundur. Kita harus menyatukan hati untuk melakukannya. Tahun ini, saya ingin mengingatkan kalian untuk maju bersama dengan kesatuan hati. Asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja.

Bencana membawa penderitaan bagi banyak orang
Dharma menenteramkan hati manusia dan melenyapkan ketamakan
Senantiasa berpuas diri dan berdonasi dengan sukacita
Bersiteguh untuk menciptakan berkah dan mewariskan nilai luhur   

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 November 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 04 November 2023
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -