Ceramah Master Cheng Yen: Tekun dan Bersemangat Menjalankan Misi Pendidikan


Saya sangat sukacita melihat para staf muda kita. Saya sungguh bersyukur atas sebersit niat saya dahulu. Pendidikan sangatlah penting. Empat Misi Tzu Chi telah menetapkan arah dan terus maju selangkah demi selangkah. Dari amal, kesehatan, pendidikan, hingga budaya humanis, kita membangun empat misi ini secara bertahap dengan sangat mantap. Kita harus melangkah maju. Dengan langkah yang serentak, barulah kita bisa bergerak maju dengan cepat.

Misi amal Tzu Chi membutuhkan partisipasi banyak orang. Kita terus mengembangkan misi amal dan pendidikan. Bagaimana awal mula kita membangun misi pendidikan? Saat itu, demi melindungi kehidupan, kita mendirikan rumah sakit. Lalu, kita membangun misi pendidikan demi membina dokter sendiri. Setelah mendirikan rumah sakit, kita mendapati bahwa dibutuhkan pendidikan untuk membina perawat dan dokter. Demikianlah kita melangkah makin jauh.

Dimulai dari menjalankan misi amal, jangkauan kita makin lama makin luas. Misi pendidikan kita terus membina insan berbakat sehingga kekuatan kita pun makin solid. Ada banyak lulusan Tzu Chi yang telah mendedikasikan diri di badan misi Tzu Chi. Inilah pewarisan misi. Ini membuat saya sangat terhibur dan bersyukur.

Saya juga bersyukur kepada para guru kita yang berpegang teguh pada prinsip pendidikan kita sehingga murid-murid kita dapat berkembang, menuntaskan pendidikan, dan bergabung dengan badan misi kita. Ini berkat dukungan para guru kita. Karena itu, saya selalu sangat bersyukur.


Waktu dapat mendukung segala pencapaian. Kita bisa melihat misi pendidikan kita di Thailand Utara. Dahulu, Bapak Jiang Xiao-yan mengunjungi saya dan berharap Tzu Chi dapat menyalurkan bantuan ke Thailand Utara bagi para veteran. Timbulnya sebersit belas kasih membuat kita memulai perjalanan ini meski saat itu kemampuan kita masih terbatas.

Tiga puluh tahun telah berlalu dan kita pun telah mendirikan sekolah di sana. Saat itu, Ketua Wang berdiri di atas sebidang lahan Thailand Utara yang luas. Di samping sebatang pohon kecil, dia menghubungi saya dan berkata, "Ada seorang pengusaha setempat yang bersedia menyumbangkan lahan dan meminta Tzu Chi untuk mendirikan sekolah."

Saat itu, saya berpikir bahwa jika generasi penerus para veteran ini tidak menerima pendidikan, mereka tidak akan memiliki masa depan yang cerah. Berhubung mereka tidak memiliki kewarganegaraan, kita harus membantu mereka menerima pendidikan agar mereka dapat memiliki kewarganegaraan. Pada saat itu, kita mengemban tanggung jawab ini tanpa mengukur kemampuan sendiri.

Kita telah melihat murid-murid di sekolah kita. Misi pendidikan di sana telah membuahkan hasil. Saya sering memuji bahwa sekolah di Thailand Utara ini telah mendidik murid-murid dengan baik. Mereka penuh tata krama.


“Saya sangat gembira karena adik-adik kelas saya telah lulus. Kini, saya kembali ke sini untuk menjadi guru,”
kata Ding Si-ying, Kepala bagian kurikulum SD.

“Dahulu, kami yang mempersembahkan teh kepada guru. Kini, kami yang menerima persembahan teh. Tradisi ini terus diwariskan. Dahulu, saat mempersembahkan teh kepada guru, hati kami dipenuhi rasa syukur terhadap guru. Kini, kami juga merasakan bahwa murid-murid mempersembahkan teh dengan hati penuh rasa syukur. Saya sangat tersentuh,” kata Xu Wan-tong, Guru.

Saya juga merasa bahwa mempertahankan tata krama seperti ini berarti mempertahankan prinsip kebenaran, yakni menghormati guru dan mementingkan ajaran. Intinya, hati nurani harus dijaga dengan baik.

Sebagai guru, kita hendaknya meningkatkan kualitas diri dan menunaikan kewajiban kita. Arah pendidikan kita harus akurat, tidak boleh menyimpang. Waktu sungguh berlalu dengan sangat cepat. Karena itu, kita harus menuju arah yang benar dan bekerja sama dengan harmonis. Saat semua orang menuju arah yang sama, kita tidak akan menyimpang. Jadi, kita harus bekerja sama dengan harmonis. Selain itu, kita juga harus berpegang pada prinsip pendidikan kita.


Setelah lebih dari 30 tahun menjalankan misi pendidikan, kita hendaknya tahu bahwa prinsip pendidikan kita sudah sangat stabil dan membuahkan hasil yang cukup baik. Namun, janganlah kita sombong meski orang-orang memuji kita. Setelah menetapkan arah yang benar, kita harus melangkah maju dengan kompak, tekun, dan bersemangat. Ajaran Buddha sering menyebut tekun. Tekun berarti bebas dari pikiran pengganggu sehingga dapat terus melangkah maju.

Saya juga mendengar tentang Ibu Yi De dan Ayah Tzu Cheng. Saya berharap kita dapat bersungguh hati menjaga dan mengukuhkan sistem pendidikan kita. Saya juga berkata kepada Rektor Liu bahwa kita hendaknya mendirikan asosiasi guru di sekolah masing-masing dengan dukungan para guru sekolah serta para Ibu Yi De dan Ayah Tzu Cheng.

Baik masa lalu, masa kini, maupun masa mendatang, kita akan selalu mendedikasikan diri di Tzu Chi. Di sekolah, kapabel saja tidaklah cukup. Kita tetap harus bersyukur dan menghormati. Seperti yang saya katakan, kita harus menghormati guru dan mementingkan ajaran. Para Ibu Yi De dan Ayah Tzu Cheng membimbing murid-murid bersama para guru. Karena itu, kita hendaknya bersyukur dan menghormati mereka.

Pendidikan adalah proyek harapan. Proyek harapan bukan hanya dijalankan di sekolah. Kepada keluarga anggota komite dan anak-anak alumni sekolah kita, kita juga harus membagikan prinsip kebenaran. Mulai sekarang, saya berharap semuanya dapat lebih bersungguh hati.

Memulai Tzu Chi dari misi amal dan melihat penderitaan akibat penyakit
Mendedikasikan diri untuk misi pendidikan dan kesehatan Tzu Chi
Membina insan berbakat untuk mengemban misi
Melangkah maju dengan kompak, tekun, dan bersemangat

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 01 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 03 Agustus 2025
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -