Ceramah Master Cheng Yen: Tekun Menghargai Waktu untuk Mengubah Kesesatan Menjadi Kesadaran


“Hari ini, 12 April 2025, pada pukul setengah 6 pagi di Turki, suhu udara hanya mencapai 4 derajat Celsius. Tim beranggotakan 6 orang bersiap-siap untuk berangkat menuju Suriah. Beberapa relawan Tzu Chi asal Suriah yang tinggal di Turki datang secara khusus untuk mengantar mereka,”
kata Yang Jing-hui, Tim Produksi Da Ai TV.

“Selama 10 tahun terakhir, kami terus mengatakan kepada saudara-saudara dari Suriah bahwa suatu hari nanti, kami akan menemani mereka pulang ke kampung halaman. Hari ini, kami masih bisa terus membantu mereka dan yang terpenting ialah hari ini mereka akhirnya bisa pulang. Kami sangat berharap bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menemani mereka pulang ke rumah,” kata Faisal Hu, relawan Tzu Chi.

“Pada waktu itu, kami bahkan tak berani bermimpi bahwa hari seperti ini benar-benar akan tiba. Hari ini, impian kami menjadi kenyataan dan semuanya merasa sangat tersentuh. Kali ini, kami bisa menemani para relawan pulang ke rumah,” kata Zhou Ru-yi, relawan Tzu Chi.

“Kami juga sangat berharap dapat melaporkan kondisi terbaru di Suriah kepada seluruh masyarakat yang peduli terhadap Tzu Chi dan warga Suriah agar semuanya bisa memahami situasi mereka dengan lebih jelas,” kata Yu Zi-cheng, relawan Tzu Chi.

“Hari ini tanggal 13 April 2025 pukul setengah tujuh pagi. Tim berangkat tepat waktu menuju pos pemeriksaan perbatasan,” kata Yang Jing-hui, Tim Produksi Da Ai TV.

Setiap hari, apa yang kita lihat saat hari dimulai? Saat menjelang malam, apa pula yang kita lihat? Yang satu ialah matahari terbit dan yang satu lagi matahari terbenam. Sesungguhnya, benarkah ada yang namanya matahari terbit dan terbenam? Itu hanyalah soal arah pandang.

Bumi ini bulat, ruang angkasa pun bagai ruang kosong dan sangat luas. Misalnya, Hawaii ada di satu sisi Bumi, begitu juga Taiwan berada di sisi yang lain. Keduanya terpisah oleh jarak. Saat kita di satu tempat melihat matahari terbenam, bagaimana dengan di Hawaii?

Sesungguhnya, matahari tidak berpindah. Yang bergerak ialah Bumi yang terus berputar. Dapat dikatakan bahwa manusia sering kali tersesat dalam arah. Sesungguhnya, hakikat diri kita ini tetap dan tidak bergerak. Yang sebenarnya bergerak ialah waktu.


“Saat melihat banyak lansia, rasanya seperti melihat orang tua saya sendiri. Mereka sudah makin menua dan kemampuan fisik pun mulai menurun. Gerakan mereka menjadi terbatas. Namun, kita bisa membantu dengan memberikan alat bantu yang secara perlahan dapat memperbaiki kondisi mereka. Ini dapat membantu mereka menghemat tenaga atau membuat aktivitas sehari-hari menjadi lebih mudah. Bagi saya, hal ini sangat bermakna,”
kata Chen Ming-zhou, relawan Tzu Chi.

“Apa kabar, Nenek?” tanya relawan Tzu Chi.

“Apa kabar, Nenek? Boleh lihat tempat yang akan dipasang alatnya?” ucap salah seorang relawan Tzu Chi.

“Relawan akan bantu keluarkan barang-barangnya dan Anda bisa beri tahu kami harus ditata di mana. Kami akan keluarkan ranjang ini dan diganti dengan tempat tidur elektrik supaya Anda lebih mudah untuk bangun karena tempat tidur ini bisa diatur naik dan turun. Bibi bisa coba berbaring dulu, tempat tidurnya terlalu tinggi atau terlalu rendah?” kata relawan Tzu Chi.

“Anda bisa mengaturnya dari sini. Ya, benar. Berbaring seperti ini,” ucap salah seorang relawan Tzu Chi.

“Di mana bantalnya?” tanya relawan Tzu Chi.

“Hati-hati kepalanya. Untuk bagian kaki, Anda bisa mengaturnya sendiri di sini,” kata relawan Tzu Chi.

“Apa kabar, Nenek? Kami mengantarkan tongkat untuk Nenek. Kami dari Platform Alat Bantu Ramah Lingkungan Tzu Chi,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Kami ingin memberikan ini untuk Anda,” kata relawan Tzu Chi lainnya.

“Semuanya gratis,” ucap relawan Tzu Chi.

“Berdiri dulu untuk mencobanya,” kata relawan Tzu Chi.

“Coba dulu ketinggiannya apakah cukup,” kata relawan Tzu Chi.

“Apakah terlalu pendek atau terlalu tinggi?” tanya relawan Tzu Chi.

“Pegangannya dibalik,” ucap relawan Tzu Chi.


Kehidupan tak lepas dari hukum alam. Seorang bayi awalnya hanya sebesar telapak tangan. Setelah puluhan tahun, ia akan melewati masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia. Setahap demi setahap, tanpa kita sadari, kita pun tiba di masa tua. Saya sendiri pun telah memasuki usia lanjut, sementara kalian berada di masa paruh baya dan perlahan akan menuju usia tua. Inilah waktu.

Ada satu hal lagi yang disebut ketidakkekalan. Dalam ketidakkekalan ini, kita tidak tahu berapa lama kita akan tinggal di dunia. Ketika sesuatu tiba-tiba terjadi, itulah yang disebut dengan ketidakkekalan. Inilah prinsip kebenaran. Kata-kata memang mudah diucapkan, tetapi kebenaran sulit dipahami. Inilah yang harus kita pelajari, yaitu Dharma. Sebenarnya, kita menjalani hari demi hari seperti biasa. Namun, sering kali kita tidak menyadari Dharma. Banyak yang tidak tahu arah dan tidak tahu bahwa Bumi tengah berputar. Ini semua adalah ketidaktahuan.

Buddha mengatakan bahwa semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan. Hati, Buddha, dan semua makhluk pada hakikatnya tiada perbedaan. Mana yang Buddha dan mana yang makhluk awam? Ini semua hanya tentang kesadaran. Jika seseorang sadar, ia disebut orang yang tercerahkan. Orang yang tahu berarti tersadarkan, orang yang tidak tahu berarti tersesat dan disebut makhluk awam. Yang perlu kita pelajari ialah hal-hal yang belum kita ketahui; yang perlu kita ajarkan ialah hal-hal yang kita ketahui.

Apa yang bisa saya sampaikan hanyalah seputar yang diketahui dan belum diketahui serta yang disadari dan yang belum disadari. Sesungguhnya, inilah yang kita hadapi setiap hari. Oleh karena itu, kita hanya perlu melapangkan hati. Saya sering berkata bahwa kita harus melapangkan hati hingga seluas jagat raya dan mampu merangkul segala sesuatu. Situasi yang perlu kita hadapi sangatlah banyak bagaikan butiran pasir di bumi ini.

Coba Anda membungkuk dan mengorek tanah dengan kuku jari. Hitunglah berapa butir pasir yang Anda dapatkan. Dalam Sutra Teratai, ada satu bab yang membahas tentang berbagai dunia. Setiap butir pasir bagaikan satu dunia. Jika tiap butir pasir yang mewakili satu dunia itu digiling menjadi debu dan dijadikan tinta, lalu diambil sedikit dan dipercikkan, dan setiap tetes percikan itu melambangkan satu dunia lagi, jumlahnya tetaplah tak terhingga. Perumpamaan ini memiliki penjelasan yang panjang.


Saya masih ingat, bagian Sutra itu saya uraikan sangat lama. Hanya segenggam pasir atau bahkan seujung kuku pasir, mengapa bisa dibahas hingga sangat panjang? Karena orang yang mendengarkan belum tentu mengerti. Yang berbicara pasti mengerti, tetapi yang mendengarkan belum tentu memahami. Dalam hal ini saja, saya sudah melewati puluhan tahun.

Kini, terasa sekali bahwa sebenarnya masih sangat banyak Dharma yang perlu disampaikan. Namun, hukum alam membuat keterbatasan. Sekarang, saya hanya bisa melakukan satu hal, yaitu duduk dan menggenggam waktu dengan baik. Jika kalian ingin mendengarkan, saya akan terus berbicara. Namun, yang lebih saya butuhkan sekarang ialah mendengarkan. Saya ingin terus mendengar demi membangun dunia batin masa depan saya. Inilah yang disebut banyak belajar pada kehidupan lampau, seperti yang orang zaman dahulu katakan.

Kini, saya ingin mendengar Dharma demi masa depan saya. Kehidupan mendatang patut diwaspadai. Anak-anak muda zaman sekarang tidak hanya mendengarkan Dharma, melainkan juga menguasai teknologi. Dengan mendengarkan anak muda, saya bisa memahami mengapa ada begitu banyak hal baru seperti AI. Saya pun masih bisa mengikuti dan mendengar tentang AI. Ini semua menunjukkan bahwa masih banyak Dharma yang harus terus didengar dan dipelajari. Dharma itu tiada batas dan tiada akhir.

Perputaran Bumi mengandung proses perubahan yang halus
Hukum alam mengajarkan ketidakkekalan
Tekun menghargai waktu untuk memahami kebenaran
Melapangkan hati untuk mengubah kesesatan menjadi kesadaran

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 20 April 2025
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -