Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat dan Mewariskan Silsilah Dharma
“Dua tahun lalu, ayah saya meninggal dunia. Sebelum beliau pergi, kami pernah membuat janji bahwa di masa depan, kami akan bersama-sama menjalankan misi Tzu Chi. Untuk menepati janji itu dan meneruskan harapan beliau, saya mulai bergabung sebagai relawan komunitas,” kata Li Mei-ying, relawan dalam pelatihan.
“Setiap kali melangkah ke Kompleks Tzu Chi Dongda, saya selalu teringat sosok Ayah yang dahulu bersumbangsih dengan penuh sukacita. Perasaan itu membuat saya merasakan cinta kasih beliau seolah terus menyertai saya dan menemani langkah saya di Jalan Bodhisatwa,” ujar Li Mei-ying.
“Saat mengikuti survei kasus, saya bertemu dengan seorang penerima bantuan yang tidak bisa bekerja karena kakinya diamputasi. Selain itu, hubungannya dengan keluarga pun terputus. Dia tinggal sendirian di ruang yang penuh barang tanpa ada seorang pun yang merawatnya,” lanjut Li Mei-ying.
Li Mei-ying melanjutkan “Ketika kami mengambil beberapa barang dari depo daur ulang dan menyerahkan barang-barang itu kepadanya, terpancar senyum yang tulus dari wajahnya. Pada saat itu, saya sungguh merasakan betapa beruntungnya ada insan Tzu Chi yang membantu orang-orang kurang mampu untuk mengubah hidup mereka.
“Saya juga menyadari bahwa hal-hal yang bagi kita terasa biasa, ternyata merupakan kebahagiaan yang sangat dirindukan oleh orang lain. Saya berharap dapat menghargai setiap momen, memanfaatkan potensi kebajikan yang saya miliki, dan mengajak lebih banyak anak muda untuk bergabung di Tzu Chi agar kekuatan cinta kasih dan kebajikan dapat terus tersebar,” kata Li Mei-ying.
“Dengan begitu, saya bisa meneruskan harapan Ayah untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa di dunia Tzu Chi dan mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan. Kelak, ketika masyarakat membutuhkan, saya berharap dapat menjadi insan Tzu Chi yang mampu mengulurkan tangan dengan hangat,” pungkas Li Mei-ying.
“Ibu saya mulai mengenal Tzu Chi saat melihat relawan Tzu Chi di jalan tengah menggalang dana dengan mengenakan seragam Bazhengdao yang begitu anggun. Welas asih dan sukacita Dharma yang terpancar sungguh menyentuh hati ibu saya. Saat itu juga, Ibu berikrar bahwa suatu hari nanti ingin mengenakan seragam tersebut dan menjadi bagian dari keluarga besar Tzu Chi. Tekad Ibu itu bukan hanya mengubah hidupnya sendiri, melainkan juga membawa perubahan besar bagi seluruh keluarga kami,” kata Li Chen-ling, relawan dalam pelatihan.
“Terinspirasi oleh semangat Ibu, anggota keluarga kami satu per satu mulai terlibat dalam misi Tzu Chi. Hingga kini, sudah ada 10 orang dari keluarga kami yang dilantik dan aktif dalam kegiatan Tzu Chi. Berkat dorongan keluarga dan mitra bajik, saya pun kembali mendaftar untuk mengikuti kelas pelatihan relawan,” pungkas Li Chen-ling.
Saudara sekalian, saya sangat berterima kasih. Kalian bukan baru hari ini mengenal Tzu Chi. Ada yang bahkan sudah menjadi generasi kedua, ketiga, bahkan keempat. Inilah yang disebut sebagai pewarisan jiwa kebijaksanaan. Dari ayah, kakek, nenek, ibu, satu generasi mewariskan kepada generasi berikutnya.

“Saya bersyukur atas ajaran Master yang membuat saya mengerti bahwa setiap orang memiliki benih kebajikan. Benih ini memerlukan tekad dan ikrar kita untuk berani menyampaikan kebaikan dan menyebarkannya ke mana pun kita pergi,” kata Zhou En-fei, relawan dalam pelatihan.
“Para lulusan Tzu Ching dan generasi ke-2 Tzu Chi telah berkumpul di sini. Kami ingin menyampaikan kepada Master bahwa kami berikrar dengan tulus untuk melangkah bersama dengan kesatuan hati dan memikul misi keluarga Tathagata. Kami mohon Master tidak perlu khawatir.”
Mulai saat ini, kalian harus lebih sering terjun ke tengah masyarakat. Ketika berlindung kepada Buddha, kita harus benar-benar memahami ajaran-Nya. Ajaran Buddha membimbing kita untuk masuk ke dalam pintu Buddha.
Dalam ajaran Buddha, ada 4 kelompok murid. Murid monastik terdiri atas 2 kelompok, yaitu bhiksu dan bhiksuni; murid perumah tangga seperti kalian juga terdiri atas 2 kelompok, yaitu upasaka dan upasika. Laki-laki disebut upasaka; perempuan disebut upasika. Jadi, upasaka dan upasika adalah umat laki-laki dan umat perempuan. Inilah empat kelompok murid. Keempat kelompok murid ini harus menjadi teladan bagi masyarakat.
Kita harus menaati aturan dan mempraktikkan kebajikan agar bisa dilihat dan diteladan orang lain. Hendaknya kita menggenggam waktu saat ini. Oleh karena kita telah mendengar Dharma dan melangkah di Jalan Bodhisatwa, kita harus terus mengubah kebiasaan buruk di masa lalu dan kembali kepada ajaran yang diajarkan oleh Buddha. Inilah yang disebut dengan berlindung pada Dharma. Ketika berlindung pada Buddha, Dharma, dan Sangha, ada banyak aturan yang harus dijalani.

Saya berharap setelah kalian mulai melangkah ke dalam Tzu Chi dan saling berinteraksi, kalian dapat memanfaatkan jalinan jodoh untuk saling berbagi pengalaman tentang bagaimana kalian kembali ke Griya Jing Si, mengikuti kelas yang dibawakan para bhiksuni di Griya, bertemu dengan saya, serta apa saja yang saya katakan kepada kalian. Inilah yang disebut dengan menyebarkan Dharma dan menyebarkan nilai serta semangat Tzu Chi. Dengan begitu, kita mulai membimbing orang lain.
Insan Tzu Chi selalu menggandeng para donatur untuk terjun ke tengah masyarakat. Begitulah para relawan membina relawan baru dengan berkata, "Inilah yang saya lakukan. Mari ikut saya untuk melihat penderitaan dunia." Setelah melihatnya, mereka akan berkata, "Ternyata dunia ini penuh dengan penderitaan. Cara kalian merawat mereka begitu hangat. Saya juga ingin belajar dan bergabung ke dalam komunitas kalian."
Jika begitu, kalian harus segera mengajak mereka bergabung dan terus membimbing mereka. Jiwa kebijaksanaan mereka akan segera bertumbuh. Jadi, kita perlu menjaga jiwa kebijaksanaan mereka dengan terus membagikan Dharma dan nilai-nilai Tzu Chi. Dengan begitu, tekad mereka akan teguh.
Setiap kali mengundang relawan untuk mengikuti kelas, saat tiba waktunya pulang, kita akan mengajak mereka melihat sekeliling Griya. Mereka bisa mengenal bahwa Hualien adalah tempat kelahiran Tzu Chi dan melihat bagaimana semuanya hidup mandiri. Kita memperlihatkan apa yang dilakukan di Griya Jing Si. Bukan hanya para monastik hidup mandiri di sini, ladang pelatihan ini juga merupakan rumah bagi insan Tzu Chi di seluruh dunia.

Di dalam keluarga besar ini, ada banyak bhiksuni yang bekerja keras untuk mendukung ladang pelatihan kita agar kita selalu memiliki tempat untuk bersandar. Mereka adalah penerus saya yang akan menyebarkan Dharma. Ketika saya tidak ada, mereka akan mewakili saya membabarkan Dharma dan menceritakan kisah Tzu Chi. Tzu Chi tidak terpisah dari ajaran Buddha. Hendaknya kita menyebarkan Dharma dan meneruskan pekerjaan Tzu Chi di dunia.
Saat ini, selama saya masih ada, saya adalah generasi pertama. Setelah saya, para bhiksuni akan melanjutkannya. Bagi kalian yang merupakan murid generasi pertama Tzu Chi dan mendengar langsung dari saya, tentunya sudah memahami betapa besar tanggung jawab yang kalian emban. Urusan dunia membutuhkan kalian untuk menjalankannya. Para bhiksuni adalah rumah utama yang menyediakan nutrisi Dharma dan akan terus menyebarkannya. Kelak, apa yang para bhiksuni sampaikan adalah apa yang saya sampaikan. Begitulah Dharma akan terus diwariskan.
Saudara sekalian, saat kalian berlindung, kalian juga sekaligus membangun ikrar. Simpanlah semua kesan ini dalam lubuk hati yang paling dalam. Tzu Chi akan selalu hadir di dunia dan masuk ke dalam kehidupan umat manusia. Hendaknya kalian terus mewariskan silsilah Dharma Tzu Chi.
Saudara sekalian, saya sangat berterima kasih dan akan terus mendoakan kalian. Ketika kembali ke rumah, teruskanlah ajaran ini kepada anak-anak, menantu perempuan, dan menantu laki-laki agar semuanya bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang disebut membina berkah dan kebijaksanaan. Saya mendoakan semuanya dengan tulus. Terima kasih.
Mewariskan jiwa kebijaksanaan di Jalan Bodhisatwa
Memasuki pintu Buddha dengan berlindung pada Buddha dan mempraktikkan kebajikan
Meneguhkan tekad awal dan menyebarkan Dharma secara luas
Meneruskan semangat Tzu Chi di dunia
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 18 November 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 20 November 2025







Sitemap