Ceramah Master Cheng Yen: Terjun ke Tengah Masyarakat dengan Tulus untuk Mewujudkan Keharmonisan


Kehidupan tidaklah kekal. Bagaimana cara membebaskan diri dari ketidakkekalan? Itu sangat sulit. Apakah itu mustahil? Tidak juga. Buddha memberi tahu kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Bukan hanya Beliau yang bisa mencapai kebuddhaan. Anda, dia, dan saya, semua orang bisa mencapai kebuddhaan karena memiliki hakikat kebuddhaan. Jika kalian setuju dengan ucapan saya, mulai sekarang, mari kita menghargai waktu yang ada dan lebih sering memotivasi diri sendiri.

Jika Pangeran Siddhartha bisa mencapai kebuddhaan, mengapa kita tidak bisa? Kita memiliki hakikat yang sama dengan Beliau. Setelah mendengar Dharma, kita mungkin akan tercerahkan. Namun, kita perlu berlatih dari nol dan menghadapi berlapis-lapis kegelapan batin yang membebani kita dari kehidupan ke kehidupan. Dari waktu ke waktu, entah berapa banyak kegelapan batin yang telah terakumulasi. Selama berbagai kehidupan, kegelapan batin terus mencemari kita. Jadi, di kehidupan sekarang, kita sungguh dipenuhi berkah.

Pada zaman Buddha hidup, Beliau memiliki jalinan jodoh untuk melihat penderitaan dan berikrar untuk terjun ke tengah masyarakat guna membabarkan Dharma. Buddha membabarkan Dharma agar orang-orang dapat memahaminya dan terinspirasi untuk menapaki jalan agung menuju pencerahan. Untuk itu, lubang ketamakan harus ditutup terlebih dahulu. Ketamakan bagaikan lubang tanpa dasar. Bagaimana Buddha membimbing orang-orang untuk menutup lubang ketamakan tanpa dasar ini? Dengan Dharma.


Buddha menyampaikan bahwa kehidupan tidak kekal, penuh derita, dan kosong. Segala materi mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Kita pun mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati. Buddha juga menjelaskan tentang penderitaan di dunia ini. Ini sungguh tidak mudah. Berhubung telah terlahir di dunia ini, kita hendaknya mengerti tentang masa kini, masa lalu, dan masa mendatang. Apa pun yang kita lakukan, waktu terus berjalan.

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Apa yang kita lakukan sekarang hendaknya kita sampaikan dengan jelas agar orang-orang dapat mendengarnya dengan jelas dan menyimpannya dalam ingatan mereka. Di manakah ingatan berada? Di dalam otak. Di bagian manakah itu? Otak memiliki saraf kranial. Bagaimanakah bentuknya? Sulit untuk menjelaskannya. Namun, kita bisa merasakannya.

Saudara sekalian, ada banyak hal yang tak habis dipelajari. Kita hanya bisa menggenggam waktu yang ada sekarang. Saya tetap ingin mengingatkan kalian bahwa waktu terus berlalu. Kita tetap harus menggenggam waktu yang ada sekarang dan terus memotivasi diri sendiri untuk lebih baik lagi. Setelah mendengar apa yang saya katakan hari ini, besok kalian tetap harus menghubungi tempat tertentu dan mengatur hal-hal yang harus kalian lakukan. Ini adalah tanggung jawab kita.


Sungguh, saya sangat bersyukur. Kini, insan Tzu Chi di seluruh dunia sering mengirimkan informasi ke sini sehingga kita dapat langsung mengetahui kondisi kehidupan di berbagai negara dan wilayah. Pada waktu yang sama, kita dapat mengetahui kondisi di berbagai negara. Jadi, dalam sekejap, kita bagaikan pergi ke beberapa negara dan bisa melakukan banyak hal. Kita hendaknya bersyukur atas hal ini.

Saya sering berkata bahwa setiap orang hendaknya bersyukur setiap waktu. Kita harus bersyukur atas kehidupan yang tenteram. Ketenteraman bisa terwujud berkat adanya keharmonisan. Belakangan ini, saya sering mengulas hal ini. Saya juga ingin kembali mengingatkan kalian untuk senantiasa membina ketulusan dan mendoakan satu sama lain. Bagaimana caranya? Apakah hanya dengan memohon? Bukan, kita harus melakukan tindakan nyata. Kita harus sepenuh hati dan tulus bersumbangsih bagi dunia dengan cinta kasih. Dalam keseharian, kita harus membina keharmonisan dan menciptakan berkah. Saya sering mengulas hal ini.

Mengenang masa lalu, kita selalu terus-menerus mengingatkan orang-orang untuk segera bersumbangsih ketika terjadi bencana dan ada orang yang menderita. Selama puluhan tahun ini, Tzu Chi terus mengimbau orang-orang untuk mengerahkan cinta kasih. Benih kebajikan hendaknya terus kita taburkan. Dengan bertutur kata baik, kita dapat menyebarkan Dharma.


Saya juga mendengar kalian menggalang Toko Cinta Kasih dengan menaruh celengan bambu di toko-toko. Jika ada jalinan jodoh, kita selalu berbagi tentang kisah celengan bambu. Tanpa jalinan jodoh, kita tidak bisa melakukannya. Namun, jika ada jalinan jodoh, kita akan meminta izin untuk menaruh celengan bambu di toko-toko. Kita juga menggenggam jalinan jodoh untuk berbagi tentang kondisi dunia internasional.

Puluhan tahun lalu, Tzu Chi juga berawal dari praktik celengan bambu. Ini juga bisa kita bagikan. Dengan semangat celengan bambu, kita menggalang Toko Cinta Kasih. Tujuan Toko Cinta Kasih ialah menginspirasi cinta kasih orang-orang. Jadi, kita menjangkau toko-toko demi menginspirasi orang membangkitkan cinta kasih dan menciptakan berkah. Inilah Toko Cinta Kasih. Toko-toko yang penuh cinta kasih disebut Toko Cinta Kasih.

Kalian bisa menjelaskan kepada para pemilik toko, "Dengan cinta kasih, kita dapat menciptakan berkah besar. Jika kalian dapat membagikannya kepada pelanggan, berarti kalian juga menciptakan berkah." Ini adalah prinsip kebenaran, bukan sekadar kata-kata untuk menggalang donasi. Ini adalah prinsip kebenaran yang dapat membimbing orang-orang menapaki jalan agung yang penuh cinta kasih. Karena itulah, kita menggalakkan praktik celengan bambu lewat program Toko Cinta kasih. Kalian telah melakukannya dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Terima kasih.

Menyadari ketidakkekalan dan memotivasi diri sendiri
Tekun dan bersemangat mendengar Dharma dan melatih diri
Menyelami kebenaran dan melenyapkan ketamakan
Terjun ke tengah masyarakat dengan tulus untuk mewujudkan keharmonisan

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 22 Agustus 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 24 Agustus 2025 
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -