Ceramah Master Cheng Yen: Tersadarkan dan Membebaskan Diri dari Delusi

Saya melihat ketekunan dan semangat para Bodhisatwa di Taoyuan. Kita bisa melihat banyak orang yang mendengar ceramah saya. Mereka menyerap Dharma ke dalam hati dan mencatatnya dengan bersungguh hati. Saya meminta relawan yang bisa melihat dengan jelas untuk membacakan beberapa kata. Setiap kata penuh makna.

Meski jarak kalian dan saya begitu jauh, tetapi kalian mendengar ceramah saya bagaikan saya ada di hadapan kalian. Kalian mencatatnya dengan sangat rapi. Seorang anak yang berusia 6 tahun juga mengikuti kakek dan neneknya mendengar ceramah pagi saya. Setiap hari pagi-pagi sekali, neneknya akan membangunkannya dan dia akan segera bangun untuk bersiap-siap mendengar Dharma.

Neneknya berkata bahwa dia tak pernah merengek. Dia selalu duduk di samping neneknya dengan patuh dan mendengar ceramah saya dengan sungguh-sungguh. Dia juga akan membuat catatan. Meski usianya baru 6 tahun, tetapi catatannya sarat makna.


“Master, dia tak pernah berhenti mendengar ceramah pagi Master. Sekarang dia sudah kelas satu SD. Setelah Pemberkahan Akhir Tahun, sudah 5 tahun dia mendengar ceramah pagi Master dan tak pernah terputus. Kini, saat mendengar ceramah pagi Master, dia akan membuat catatan. Setiap hari dia membaca tulisan Master, dan mencatat huruf yang dia kenal. Akhir-akhir ini, dia mulai bisa mencatat perkataan Master dengan simbol fonetik Zhuyin,” kata nenek anak tersebut.

"Ada berbagai macam orang di dunia." "Saya sudah membabarkan Dharma selama 42 tahun, apakah kalian sudah mengulanginya?". Ini adalah catatan anak tersebut.

Sekitar 40 tahun yang lalu, apakah kamu mendengar ceramah saya? Saya merasa bahwa anak ini mungkin sudah mendengar Dharma 42 tahun yang lalu dan menapaki jalan yang ditunjukkan oleh Sutra Bunga Teratai. Pada saat itu, saya membentangkan jalan dengan membabarkan Sutra. Sutra menunjukkan jalan; jalan harus dipraktikkan. Sutra bukan untuk dibabarkan saja, tetapi harus dipraktikkan.

Kita semua berjalan di Jalan Bodhisatwa. Mungkin di kehidupan lampau, anak ini juga menapaki jalan yang ditunjukkan Sutra. Ini bukan tidak mungkin karena tabiat orang pada kehidupan ini dipengaruhi oleh kehidupan sebelumnya. Jika kita menyerap ajaran yang baik di kehidupan lampau, maka pada kehidupan ini, hati kita akan mengarah pada kebaikan.


Jika kita berbuat jahat pada kehidupan lampau, maka benih dan jalinan jodoh buruk ini akan mengikuti kita ke kehidupan ini dan akan terus menuntun kita untuk melakukan kesalahan. Benih karma buruk dapat membuat kita memiliki tabiat buruk dan bertemu jalinan jodoh buruk sehingga kita berjalan menyimpang.

Baik karma baik maupun buruk, semuanya akan menjadi benih yang terus menyertai kita hingga ke kehidupan mendatang. Karma ini adalah tabiat yang terus menyertai kita dari kehidupan ke kehidupan. Demikianlah kehidupan di dunia ini. Kita harus mendengar Dharma dengan bersungguh hati agar kita bisa memahami bahwa sebagai praktisi Buddhis, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa.

Kita harus memiliki kesadaran untuk menapaki Jalan Bodhisatwa dan jangan terjerumus dalam delusi lagi. Saat ini, ketika saya membabarkan Sutra, kalian harus menghargainya. Untuk mempersiapkan ceramah pagi saya, saya harus menghabiskan banyak waktu pada malam sebelumnya. Terkadang, saat ingin menulis satu kata, saya terus berpikir bagaimana menulisnya agar semua orang dapat memahaminya dengan mudah dan jelas.

Berhubung insan Tzu Chi di seluruh dunia mendengarkan ceramah pagi saya, maka saya tak bisa tak menulisnya. Pada siang hari saya sangat sibuk karena saya tahu bahwa saya harus menggenggam waktu. Jika tidak, hidup saya akan tersia-sia. Saya tak bersedia menyia-nyiakan hidup saya. Meski kondisi fisik saya tak memungkinkan untuk memberi ceramah, saya tetap berusaha untuk memberi ceramah setiap pagi.


Pada malam hari, saya tidak berbicara karena ingin menyimpan energi untuk keesokan harinya agar saya bisa berjalan dengan stabil dan memberi ceramah pagi. Di pagi hari, saya selalu berusaha untuk memberi ceramah. Saya merasa bahwa jika saya bisa mengucapkan satu kalimat dengan lancar, maka kalimat berikutnya juga akan lancar. Saya selalu bertahan untuk melakukannya.

Saya harus memberi tahu semua orang bahwa  demikianlah saya bertahan hingga kini. Jadi, kita harus menghargai satu sama lain. Lihatlah, ada begitu banyak bencana di dunia. Bisakah kita tak menghargai lingkungan hidup kita? Ke mana pun insan Tzu Chi pergi untuk memberi bantuan, kita selalu mengucapkan terima kasih kepada mereka. Kita mewakili mereka yang terbebas dari penderitaan untuk mengucapkan terima kasih kepada orang yang bersumbangsih. Saya bersyukur setiap waktu.

Bodhisatwa sekalian, tahun demi tahun terus berlalu, usia kita juga tahun demi tahun terus bertambah. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menggenggam setiap menit dan detik. Jadi, kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan kehidupan. Akhir-akhir ini, saya selalu berkata pada semua orang bahwa kita harus memanfaatkan kehidupan kita. Jangan menyia-nyiakan kehidupan kita.

Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan kita juga terus berkurang. Bagaikan ikan yang kekurangan air, apa kebahagiaan yang diperoleh? Apakah ada kebahagiaan di dunia ini? Kita semua berusaha untuk menciptakan kebahagiaan di tengah penderitaan. Sebenarnya, kebahagiaan terbesar adalah menapaki Jalan Bodhisatwa. Setelah membantu orang, kita akan mendapat rasa pencapaian  dan akan terus bersumbangsih tanpa penyesalan. Semakin melakukan, kita akan merasa itu semakin berharga dan tidak ada penyesalan.


Bodhisatwa sekalian, kita harus selalu berbagi kekuatan cinta kasih. Sekarang kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa. Dengan bertambahnya satu Bodhisatwa, akan bertambah setetes sumber daya yang bisa membentuk kekuatan tak terbatas.

“Murid-murid Jing Si wilayah Taoyuan berikrar dengan tulus kepada Master. Master yang terhormat dan terkasih, kami akan bersatu hati, saling mengasihi, dan tak akan bertikai dengan orang lain. Kami akan mewariskan ajaran Jing Si dari generasi ke generasi dan bertindak sesuai dengan ajaran Buddha untuk membawa manfaat bagi masyarakat. Kami akan menjaga enam indra kami, mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan, mendengar ajaran Master dan mempraktikkannya dengan bersungguh hati, serta tekun dan bersemangat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan karena kami adalah murid Master yang baik. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan.”

 

Master berusaha segenap hati dan tenaga untuk membabarkan Dharma

Tersadarkan dan membebaskan diri dari delusi

Membentangkan jalan dan membimbing semua makhluk dengan Sutra Bunga Teratai

Semoga benih bodhi tumbuh menjadi hutan bodhi

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 23 November 2018


Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -