Ceramah Master Cheng Yen: Tidak Menyerah untuk Menyelamatkan Semua Makhluk

Kita bisa melihat beberapa negara yang sulit untuk memperoleh kedamaian. Ini semua akibat kegelapan batin manusia. Orang-orang tidak bisa menyerap Dharma dan mengembangkan kebijaksanaan karena batin mereka diselimuti oleh nafsu keinginan serta noda dan kegelapan batin.

Batin manusia yang diselimuti kegelapan batin telah mengakibatkan banyak ketidakkekalan. Banyak bencana akibat ulah manusia yang menimbulkan penderitaan di dunia ini. Dunia yang sangat rumit ini penuh dengan kekeruhan. Dengan cinta kasih, barulah kita bisa menciptakan berkah bagi dunia.

Lihatlah Yaman yang sudah setahun lebih dilanda perang. Perang berkepanjangan ini berdampak bagi hasil pertanian. Ditambah lagi dengan iklim yang tidak bersabahat, kini seluruh masyarakat di Yaman hidup kekurangan. Penderitaan warga di sana bagaikan penderitaan di alam neraka. Meski dunia ini penuh penderitaan, tetapi dengan adanya kekuatan cinta kasih, kita bisa melihat masyarakat yang penuh kehangatan.

Tidak Menyerah untuk Menyelamatkan Semua Makhluk

Ada banyak kisah mengenai kekuatan cinta kasih yang membuat orang sangat tersentuh. Berbuat baik dan menjadi Bodhisatwa dunia tidaklah sulit. Kita bisa melihat seorang Bodhisatwa di Kaohsiung, Bapak Huang. Perjalanan hidupnya tidaklah mulus. Dia memiliki hati yang sangat baik meski temperamennya sangat buruk. Dia pernah berkeluarga dan memiliki dua putra. Salah satu putranya menderita polio dan telah meninggal dunia. Perusahaan tempat dia bekerja telah direlokasi ke Tiongkok sehingga dia kehilangan pekerjaan. Lalu, istrinya juga bercerai dengannya. Setelah menghadapi pukulan demi pukulan, dia berakhir menjadi seorang tunawisma.

“Dahulu, saya selalu meletakkan barang daur ulang yang saya kumpulkan di taman ini. Saya meletakkannya di sini malam hari dan merapikannya untuk dijual pada keesokan harinya. Sekitar pukul 12 malam, usai mengumpulkan barang daur ulang, saya datang ke sini untuk mandi. Saya selalu menggunakan wastafel ini. Saya menyumbat lubang wastafel agar airnya tidak mengalir. Saya biasanya duduk sepanjang malam di pasar swalayan karena lampu di sana lebih terang dan tidak terdapat banyak nyamuk. Saya tidak merokok ataupun mengonsumsi minuman keras. Saya juga tidak tahu mengapa hidup saya menjadi seperti ini,” kata Huang Meng-cong seorang penerima bantuan Tzu Chi.

Dia menderita sirosis hati dan tidak memiliki tempat tinggal. Perjalanan hidupnya penuh rintangan dan kesehatannya tidak baik. Kita menerima kasus ini saat dia dilarikan ke rumah sakit.

“Saat itu, kasus ini merupakan kasus darurat. Data survei kasus menunjukkan bahwa dia menderita penyakit hati. Berdasarkan laporan saat itu, rumah sakit menyarankan transplantasi hati. Karena itu, kita segera pergi ke rumah sakit. Kondisinya saat itu sungguh membuat orang tidak tega melihatnya. Dia berbaring di ranjang seorang diri. Beruntung sekali, angka SGOT dan SGPT-nya terus menurun. Lewat kata-katanya, saya bisa merasakan kekhawatirannya. Dia khawatir tidak memiliki tempat tinggal. Dia tidak memberi tahu kita saat keluar dari rumah sakit. Beruntung, saat mengobrol dengannya, kita meminta nomor telepon kakaknya,” kata Guo Yi-zhen seorang relawan Tzu Chi.

Tidak Menyerah untuk Menyelamatkan Semua Makhluk

“Saya pun segera menelepon kakaknya untuk menanyakan di mana dia berada. Kakaknya berkata bahwa dia telah keluar dari rumah sakit dua hari dan tetap tidak memiliki tempat tinggal. Kondisi ekonomi kakaknya juga tidak begitu baik sehingga tidak bisa memberikan banyak bantuan padanya. Namun, saat tahu bahwa dia telah keluar dari rumah sakit, kakaknya meminta sang suami untuk meminjamkan uang padanya sehingga dia bisa tinggal di hotel yang dekat. Mendengar kabar ini, saya segera bertanya di hotel mana dia menginap dan pergi mencarinya. Kita menemui pemilik hotel tersebut dan berkata, “Bisakah Anda memberi keringanan pada Bapak Huang? Dia benar-benar hidup kekurangan. Dia tidak akan mampu membayar biaya hotel seperti ini,” tambahnya.

Pemilik hotel berkata, “Baiklah. Jika kalian bisa menyediakan tempat tinggal untuknya dan meninggalkan hotel hari ini, maka saya akan mengembalikan uang jaminannya. Kita segera meminta seorang relawan untuk mengajaknya melihat sebuah rumah. Setelah melihat-lihat, dia berkata bahwa dia bisa menerimanya. Setelah itu, kita segera pergi ke posko daur ulang untuk mengambil seprai baru dan barang kebutuhan lainnya, lalu mengantarkannya ke sana. Kita juga membayar sewa rumah untuknya,” kata Guo Yi-zhen seorang relawan Tzu Chi.

Kita menyewa sebuah rumah untuknya sehingga dia bisa tinggal di sana dengan tenang. Kita juga membimbingnya untuk mengubah temperamen buruknya. Namun, yang terpenting adalah, dia dapat memiliki tempat tinggal dan memulihkan kesehatan. Perlahan-lahan, kita juga membimbingnya. Dia bisa menerima bimbingan insan Tzu Chi dan mulai memperbaiki temperamen buruknya.

“Apakah kamu ada waktu luang sekarang? Ini tanda terima donasimu. Tanggal 29 Januari, kamu berdonasi untuk setengah tahun sebesar 600 dolar NT,” kata relawan.

“Baik, terima kasih,” kata Huang Meng-cong.

“Saya ingin memberimu hadiah. Saya memberimu “Empat Permata Kehidupan,” kata relawan.

“Baik, terima kasih,” kata Huang Meng-cong.

Apa yang terpenting dalam hidup ini?

Memiliki kebaikan hati,” kata Huang Meng-cong.

“Kesehatan,” kata Huang Meng-cong.

“Kesehatan dan kebaikan hati,” tambah Huang Meng-cong.

“Tanpa kesehatan, hidup ini tidak bermakna. Jadi, meski bekerja keras sangat baik, tetapi kesehatan tetap harus dijaga. Permata pertama adalah bersumbangsih dengan sehat. Bacalah,” kata relawan.

“Bersumbangsih dengan sehat. Tersenyum dengan penuh sukacita,” kata Huang Meng-cong.

“Kita harus bersumbangsih dengan penuh sukacita. Jika tidak, percuma kita bersumbangsih. Kamu sudah sangat bekerja keras, tetapi temperamenmu sangat mengkhawatirkan. Kamu harus memperbaikinya,” kata relawan.

“Temperamen saya sudah jauh lebih baik. Saya pasti akan perlahan-lahan memperbaikinya. Saya selalu menuruti nasihatnya karena saya menghormatinya,” kata Huang Meng-cong.

“Terima kasih, kamu terlalu memuji,” kata Guo Yi-zhen seorang relawan Tzu Chi.

“Setiap nasihatnya selalu saya ingat di dalam hati. Namun, terkadang saya tidak bisa melakukannya. Saya harus bagaimana?,” kata Huang Meng-cong.

“Kamu harus terus berusaha. Kita harus mengingatkan diri kita bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin,”kata Guo Yi-zhen seorang relawan Tzu Chi.

Tidak Menyerah untuk Menyelamatkan Semua Makhluk

Kehidupannya telah berubah total. Dia tidak lagi menjadi seorang tunawisma. Jadi, kita bisa mengubah kehidupan kita. Kini dia menjalani hidup dengan tenang tanpa nafsu keinginan. Berkat penyelamat dalam hidupnya, Relawan Guo, yang terus membantunya dengan penuh cinta kasih, dia bisa hidup tenang. Dia mendengarkan nasihat Relawan Guo dan perlahan-lahan memperbaiki temperamennya. Inilah cinta kasih agung tanpa memandang jalinan jodoh. Meski seseorang tidak memiliki hubungan apa pun dengan kita, tetapi dengan adanya kekuatan cinta kasih, kita bisa menyewa rumah untuknya dan menenteramkan hidupnya.

Inilah Bodhisatwa. Meski kasus ini terlihat sangat biasa, tetapi bisa mencurahkan perhatian secara terus-menerus sungguh tidak mudah. Ini berkat sebersit niat baik. Meski ini bukan kasus yang berat, tetapi tanpa adanya niat, kita tidak akan bisa menolongnya. Karena itulah, kita harus membina hati penuh cinta kasih dan welas asih. Kita harus membangun tekad dan ikrar seperti para Buddha dan Bodhisatwa untuk membebaskan semua orang dari kesulitan dan penyesalan.

Kita harus bersumbangsih semampu kita agar setiap orang di masyarakat kita bisa hidup setara. Setelah melenyapkan penderitaan mereka, kita juga harus berbagi Dharma dengan mereka. Setelah melenyapkan penderitaan mereka, kita juga harus berbagi Dharma dengan mereka. Seperti inilah kita bersumbangsih. Inilah insan Tzu Chi. Inilah Bodhisatwa dunia. Jadi, menjadi Bodhisatwa bukanlah hal yang sulit selama kita memiliki niat.

Dunia ini penuh kekeruhan karena diselimuti kegelapan batin

Melenyapkan konflik dengan cinta kasih yang bijak

Seorang tunawisma mengubah kehidupannya dan melakukan daur ulang

Tidak menyerah untuk menyelamatkan semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 Oktober 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 Oktober 2016

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -