Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Membimbing Menuju Bodhi


“Saya menelepon Alfredo Li untuk bertanya apakah kita bisa membantu pasien ini. Kita ingin memberikannya kaki palsu prosthesis,” kata Adam Sim, Mantan Ketua Maginoo Shrine Club.

“Saya masih tidak percaya bahwa sekarang dia telah memiliki dua kaki. Ini sungguh berarti baginya karena dia akan segera masuk sekolah,” ungkap Lu Bo-lin, Ibu dari Khean terharu.

“Saat dia tumbuh dewasa hingga berusia 18 tahun, kami akan mendukung seluruh pemeriksaannya. Kami telah mengumpulkan amal untuk kaki palsu prostesis ini. Tzu Chi sama seperti komunitas kami. Walau berbeda keyakinan, kita memiliki arah yang sama, yaitu membantu orang lain,” tutur Edward Sevilla, Ketua Maginoo Shrine Club.

Selama setiap orang memiliki keyakinan yang benar, mereka akan berjalan menuju kebajikan. Oleh karena itu, saat ini, janganlah kita membeda-bedakan agama dan hendaklah kita membangkitkan cinta kasih semua orang untuk bersumbangsih dengan ketulusan. Sungguh momen yang indah. Begitulah cara kita mewujudkan perdamaian dunia.

Dalam agama Buddha, kita berbicara tentang mendengarkan suara lonceng yang dibunyikan setiap pagi dan malam. Ada pepatah mengatakan, “Mendengar suara lonceng, meredakan noda batin, menumbuhkan kebijaksanaan, membangkitkan Bodhicitta (Kebuddha-an).”

Setiap hari, ketika kita mendengar lonceng berbunyi, kerisauan kita akan berkurang. Manusia diliputi oleh berbagai kekeruhan. Bunyi lonceng akan membangunkan Bodhicitta kita. Secara alami, kita akan melenyapkan kerisauan dan menumbuhkan kebajikan. Inilah yang dilakukan Bodhisatwa dunia. Bodhisatwa dunia membentangkan Jalan Bodhi. Dengan demikian, kita memulai jalan menuju pencerahan.


Di pagi hari, saat lonceng berbunyi, kita akan memulai pelatihan batin kita. Arah kehidupan saat ini sungguh jelas dan cerah. Apa saja hal-hal yang perlu kita lakukan? Hal-hal apa yang harus kita jauhi? Hendaklah kita mengingatkan diri sendiri. Dengan demikian, kita dapat memahami kebajikan setiap saat.

Lonceng yang menjadi pengingat bagi dunia, harus selalu berdentang di hati kita. Di pagi hari, saat kita mendengar lonceng, itu adalah sesuatu yang berlangsung di luar diri kita, tetapi berguna untuk mengingatkan kita. Pengingat ini harus kita masukkan ke dalam hati kita. Mulai hari ini, kita harus berjalan ke arah pencerahan, yaitu Jalan Bodhi.

Bodhi berarti kesadaran. Hendaklah kita memiliki cinta kasih berkesadaran.

Cinta kasih yang ada di dunia ini harus kita gunakan untuk bersumbangsih. Inilah Jalan Bodhisatwa. Saat lonceng berbunyi, itu memanggil kita untuk membentangkan jalan. Setiap orang dilahirkan dengan sifat hakiki yang bajik. Namun, setiap orang memiliki kebiasaan dan cara berbicara masing-masing.

Beberapa orang berbicara dengan lembut dengan kata-kata yang lembut dan baik. Kata-kata mereka membuat orang lain senang, mengandung dukungan dan motivasi.


Sebagian orang berbicara dengan sangat tajam. Meski saat berbicara kepada orang lain, mereka juga bermaksud untuk memberikan motivasi, tetapi dengan nada kasar mereka, kata-kata penyemangat terdengar seperti sebuah perintah. Ketika diucapkan dengan lembut, itu akan menjadi bimbingan, bukan sebuah perintah.

Ketika memandu orang lain berjalan, kita akan berkata, “Hati-hati ketika berjalan, ada lubang di tanah ini.” Kita mengingatkan, memberi tahu, dan mengedukasi mereka dengan cara yang lembut. Mereka akan berjalan dengan hati-hati dan melewati lubang dengan aman. Mereka akan berterima kasih dan merasa senang karena telah melewati jalan berlubang itu.

Jika kita mengatakannya dengan suara keras dan nada yang tajam, orang lain akan merasa, “Jika ada yang ingin disampaikan, Anda dapat mengatakannya baik-baik. Untuk apa harus berbicara dengan kasar?” Mungkin mereka akan berkata, “Saya akan berhati-hati.” Namun, mereka tidak menyukainya. Mereka tahu bahwa seseorang sedang mengingatkan mereka untuk berhati-hati, tetapi dengan nada yang keras, orang-orang akan tidak menyukainya dan menjadi antipati.

Jika kita berbicara dengan lembut, secara alami orang lain akan mengikutinya dan berterima kasih.

Intinya, dalam rentang waktu yang sama, dalam hal yang sama, kita harus berpikir bagaimana cara kita bersikap agar dapat membuat orang lain merasa aman dan bahagia. Metode dan pendekatan seperti apa yang harus kita lakukan? Kita harus memastikan bahwa pendekatan yang kita gunakan tidak melukai orang lain, tetapi dapat membuat mereka merasa bahagia.


Ajaran seperti ini disebut dengan bimbingan. Hendaklah kita membimbing dan mengedukasi semua orang. Buddha datang ke dunia untuk membimbing semua makhluk. Semua orang memanggil guru saya sebagai guru pembimbing. Dalam komunitas Buddhis, semua orang memanggil guru saya sebagai Guru Pembimbing Yin Shun. Sifatnya, akhlaknya, pengetahuan, dan arah hidupnya adalah teladan bagi orang-orang dan praktisi Buddhis.

Beliau belajar dengan sangat tekun. Dalam ajaran Buddha, beliau membimbing orang lain dengan metode yang benar sehingga mereka bersedia mengikuti bimbingan. Karena itu, semua orang memanggilnya guru pembimbing, memujinya, dan menyebarkan bimbingannya.

Master Ying Shun memberikan bimbingan yang sungguh baik. Pandangan Master Yin Shun sungguh bijaksana, baik dalam tulisan ataupun akhlaknya. Kebijaksanaan bertujuan untuk membimbing kita dari penderitaan menuju kebahagiaan, dari noda dan kegelapan batin menjadi Bodhisatwa yang tersadarkan. Ini membutuhkan keteladanan yang nyata, pembabaran Dharma, dan karya tulis.

Keyakinan benar yang tulus mengarah pada kebajikan
Suara lonceng membangunkan Bodhicitta
Bertutur kata lembut untuk membangkitkan sifat hakiki yang murni
Keteladanan akhlak yang luhur menunjukkan jalan pencerahan  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 September 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 26 September 2022  
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -