Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Mempelajari dan Menyadari Semangat Bodhisatwa


TICA yang merupakan singkatan dari Taiwan Innovation Centre Aging Inc. berharap dapat memanfaatkan teknologi Taiwan untuk memberikan kontribusi bagi umat manusia, terutama dalam hal mental, sosial, serta isu-isu terkait masyarakat Lansia, kesehatan, dan medis. Semua ini adalah isu yang harus dihadapi oleh peradaban manusia di masa depan. Saya berupaya menetapkan tujuan untuk menghadapi persoalan-persoalan ini dan mencari solusinya.

Tentu saja, masih banyak tantangan yang harus dihadapi bersama oleh banyak pihak. Namun, kami berharap bahwa apa yang kami lakukan di Taiwan ini, ke depannya bisa sama seperti Tzu Chi yang memberikan kontribusi nyata bagi dunia. Kami ingin membawa teknologi AI serta konsep hidup sehat dan pencegahan penyakit ke dalam sekolah, pemerintahan, dan industri.

Ini merupakan sebuah proyek besar dan pendekatan yang sangat baru. Lihatlah bapak Stan Shih yang telah sukses dalam bisnis, kini juga menaruh perhatian pada pendidikan. Belakangan ini, saya sering berkata tentang ketulusan. Hendaknya kita memiliki ketulusan. Kita mendidik bukan demi mengejar keuntungan, melainkan mendidik dengan hati yang murni dan tulus demi membina manusia.

Tzu Chi memiliki jalinan jodoh yang baik untuk menjalankan misi pendidikan dengan ketulusan seperti ini. Saya yakin semua yang hadir di sini pun memiliki ketulusan yang sama. Pendidikan dapat menampilkan semangat internasional ke seluruh dunia. Semangat internasional Tzu Chi di Taiwan menunjukkan kualitas pendidikan yang telah kita bangun dengan upaya keras selama bertahun-tahun. Yang kita butuhkan saat ini ialah ketulusan dan keyakinan. Keyakinan ini sudah kita bangun melalui pendidikan penuh cinta kasih.


Kini, hendaknya kita membangkitkan upaya untuk mewariskan semangat pendidikan ini. Oleh karena itu, kita harus terus berupaya. Ini disebut dengan proyek harapan. Pendidikan adalah proyek harapan bagi kehidupan manusia yang bersifat abadi. Semangat kami ialah mengajak masyarakat untuk berpartisipasi bersama. Oleh karena itu, kami ingin mendengarkan para Lansia untuk memahami apa kebutuhan mereka, kesulitan apa yang mereka hadapi, dan tantangan apa yang mereka temui.

Semua kebutuhan ini akan kami kumpulkan dari seluruh Taiwan. Tzu Chi akan mewakili wilayah timur, sementara di wilayah tengah, selatan, dan utara Taiwan, ada universitas-universitas lain yang mewakili. Sepuluh universitas ini akan menjadi pelopor awal. Di sisi lain, Tzu Chi sudah memiliki banyak relawan yang selama ini aktif di yayasan. Mereka dapat turut berpartisipasi dalam proses menciptakan teknologi dan layanan baru yang saat ini belum ada.

Semua orang dapat mengungkapkan permasalahan yang mereka hadapi, lalu dihubungkan dengan para mahasiswa pascasarjana di Universitas Tzu Chi yang akan meneliti dan mencari solusi. Jadi, bersama Universitas Tzu Chi di bawah kepemimpinan Rektor Liu, kami akan mengembangkan banyak bentuk kerja sama, mulai dari penelitian akademik yang dibutuhkan universitas, kemudian melibatkan warga dan relawan untuk berpartisipasi. Setelah itu, kami akan melihat potensi industri inovatif yang dapat dikembangkan, dan selanjutnya mengajak perusahaan-perusahaan untuk ikut serta.

Kami berharap bahwa pengembangan akademik ini dapat berjalan dengan baik dan ke depannya juga bisa terhubung dengan negara-negara lain. Ini adalah langkah demi langkah dari rangkaian perjalanan yang sangat panjang. Oleh karena itu, kami memerlukan banyak orang yang bersedia berkontribusi dan bersama-sama berkolaborasi untuk mewujudkannya. Begitulah cara kita menyatukan energi manusia. Inilah yang seharusnya kita lakukan.


Saya merasa sangat bersyukur atas misi pendidikan. Sejak awal niat ini muncul, misi kesehatan dan misi pendidikan telah berjalan berdampingan selama 40 tahun. Selama bertahun-tahun, kita telah meluluskan 28 angkatan. Para alumni kini tersebar di berbagai bidang, ada yang menjadi dokter, perawat, serta profesional di bidang masing-masing. Semuanya berjalan dengan sangat baik. Kita juga dapat menelusuri kembali tekad dan ikrar mereka.

Mengenai tekad ini, jika kita bisa memahami apakah setelah menerima pendidikan dari kita, mereka sungguh-sungguh menerapkannya dalam pekerjaan, kita bisa mengidentifikasi kembali para insan berbakat ini. Inilah yang disebut dengan energi manusia yang memiliki perasaan. Saya sering berkata tentang cinta kasih berkesadaran. Kita harus membuat mereka selalu ingat di mana almamater mereka dengan membangun hubungan antara guru dan murid.

Hubungan ini perlu terus dijaga karena akan menjadi kekuatan abadi bagi pendidikan untuk terus berlanjut. Kita harus mengingatkan di mana mereka menempuh pendidikan karena pendidikan itulah yang mendukung keberhasilan karier mereka. Hal yang terpenting ialah mendidik mereka dengan cinta kasih untuk dapat peduli pada masyarakat. Inilah bagian yang sangat penting dari pendidikan. Hendaknya kita memetakan dan menghubungi mereka kembali.

Saya merasa sangat bersyukur karena dalam pendidikan yang kita berikan, selalu terasa adanya kualitas kepribadian yang hangat, sederhana, dan memiliki etos akademik yang kuat. Saya berterima kasih kepada para guru yang telah membangun budaya kampus dengan baik. Hal-hal baik seperti ini harus kita jaga selamanya agar dapat terus berlanjut. Saya juga sangat berterima kasih karena misi pendidikan kita telah melahirkan insan-insan yang penuh dengan cinta kasih berkesadaran bagaikan Bodhisatwa.


Kini saatnya bagi kita untuk mempererat kembali hubungan. Asalkan ada niat, ini akan menjadi pertemuan yang sangat istimewa. Saat ini, banyak pihak dari dunia internasional yang ingin mempelajari bagaimana sistem pendidikan kita berjalan. Dengan demikian, kita pun dapat menjalin jodoh lebih luas lagi dengan semangat cinta kasih berkesadaran. Tzu Chi adalah organisasi Buddhis. Meski kita tidak menolak agama lain, kita pun tidak boleh melupakan prinsip saya, yaitu bekerja demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk.

Kita harus bisa menegakkan ajaran Buddha di dunia. Buddha hadir ke dunia demi mendidik semua makhluk. Agama Buddha tidak hanya berbicara tentang ajaran Buddha. Ajaran Buddha juga mengandung prinsip duniawi. Jika seseorang bisa memiliki kepribadian yang berkualitas dan menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan, itulah wujud dari kepribadian yang sukses. Pendidikan Tzu Chi sesungguhnya membawa pengaruh yang tak berwujud dalam membentuk kualitas kepribadian manusia.

Ketika manusia memiliki cinta kasih berkesadaran, itulah yang disebut dengan kasih sayang Bodhisatwa. Bila kita bisa sampai tahap ini, saya merasa bahwa itulah keberhasilan yang sejati. Singkat kata, dalam pendidikan, kita harus tahu bahwa sepanjang hidup ini, kita tidak boleh berhenti belajar. Hanya dengan belajar, barulah kita bisa mengajar. Hendaknya kita mengajar sambil belajar. Inilah yang disebut dengan cinta kasih berkesadaran. Ketika Anda tersadarkan dan memahami kebenaran, barulah anda dapat membimbing orang lain.

Inilah cinta kasih berkesadaran yang dimiliki oleh Bodhisatwa. Seorang akademisi pun harus senantiasa belajar agar dapat tersadarkan. Ketika seseorang melihat kebenaran, itulah yang disebut kesadaran. Belajar bukan sekadar menjadikan ilmu sebagai alat untuk mengajar orang lain. Bila kita sendiri tidak melatih dan membina diri, tetapi ingin mengajar orang lain, itu tidak cukup. Membina diri berarti harus sadar, termasuk meningkatkan kualitas karakter dan perilaku kita. Dengan demikian, barulah disebut sebagai pendidikan yang tulus.

Pendidikan yang tulus berpusat pada manusia
Meneruskan proyek harapan selamanya
Memberi perhatian dan menghimpun kekuatan demi menjalankan misi bersama
Membina karakter dan kesadaran untuk menumbuhkan kasih sayang Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Juni 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 12 Juni 2025
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -