Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Mendalami Dharma demi Masyarakat

“Area jangkauan kami sangat luas. Karena itu, kami harus menempuh jarak yang jauh. Namun, di setiap pelosok ada orang baik hati yang bersedia mengumpulkan barang daur ulang. Jadi, kami turut mewujudkan harapan warga dan berbuat baik bersama mereka,” petikan waancara Ding A-cha, relawan Tzu Chi.

“Dalam melakukan sesuatu, kita harus terus melakukannya dan menggenggam setiap momen. Yang penting terus dilakukan saja,” petikan wawancara Lin Ma-ji, relawan Tzu Chi.


“Dengan mempertahankan tekad awal, kita baru bisa bersumbangsih selamanya. Sesungguhnya, semua berawal dari pikiran. Kita harus mengamati pikiran sendiri. Saat menghadapi rintangan, kita harus mengamati apa yang timbul dalam pikiran kita,”

“Apakah itu noda batin? Jika bisa menyelaraskan pikiran, kita bisa menghadapi segala kondisi dengan tenang. Jangan biarkan pikiran kita terpengaruh oleh kondisi luar. Tentu saja, pikiran kita bisa terpengaruh oleh kondisi luar karena kita masih makhluk awam,”

“Semakin banyak bersumbangsih, semakin banyak kita belajar. Kita belajar lewat bersumbangsih dan memperoleh kesadaran darinya.  Dengan bersumbangsih, kita belajar menghadapi segala kondisi. Saat menghadapi rintangan, jika kita bisa bersikap pengertian, maka secara alami, tidak ada yang akan terasa sulit,” petikan wawancara Ding A-cha, relawan Tzu Chi.

“Saya menyelesaikan tugas hari ini pada hari ini juga. Sebelumnya, saya selalu khawatir tidak bisa menyelesaikannya, tetapi sekarang tidak lagi. Dengan menyelesaikan tugas hari ini, itu sudah sangat baik. Inilah sikap yang saya pelajari di sini,” petikan wawancara Ding A-cha, relawan Tzu Chi.


Sebagai praktisi Buddhis, kita harus mendalami Dharma dengan hati tertulus. Dengan hati tertulus, kita tekun dan bersemangat mendalami Dharma. Kita harus sepenuh hati mendalami Dharma dan menerapkannya dalam keseharian.

“Jalanilah hidup dengan sederhana dan manfaatkan waktu kita untuk melakukan hal yang bermakna. Makanlah dengan sederhana, kendalikan nafsu keinginan, dan berpuas diri. Dengan begitu, kita akan sangat bahagia,” petikan wawancara Ding A-cha, relawan Tzu Chi.

Dengan mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari, berarti kita mendalami Dharma dengan keyakinan mendalam. Kita harus membangun ikrar agung. Berhubung berikrar untuk melatih diri di Jalan Bodhisatwa,kita harus menjalankannya dengan sepenuh hati dan tekad. Bukankah ini yang diajarkan oleh Empat Praktik Damai dan Sukacita?


Selain menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran, kita juga harus membangun ikrar agung. Membangun ikrar agung berarti bertekad. Kita bukan hanya harus membangun tekad dan ikrar agung di kehidupan ini, melainkan dari kehidupan ke kehidupan. Pikiran kita hendaknya senantiasa tidak menyimpang dari jalan kebenaran.

Dharma sangat dalam dan menakjubkan. Prinsip kebenaran dalam Dharma sangat luas dan tak bertepi. Di alam semesta ini, meski manusia sangat kecil, tetapi tekad dan ikrar kita seluas Dharma. Berhubung Dharma sangat dalam, keyakinan kita juga harus sangat mendalam. Dharma sangatlah dalam, luas, dan tak bertepi. Pikiran kita hendaknya selaras dengan jalan menuju kesadaran. Hanya saja, kita tersesat. Kini, kita sedang mencari dan menjelajahi jalan ini agar kembali terlihat jelas oleh kita.


Kita harus yakin terhadap ajaran Buddha. Kita harus memiliki keyakinan dan pemahaman mendalam terhadap Buddha. Kita harus percaya bahwa sejak masa tanpa awal, Buddha berulang kali datang ke dunia ini demi menyelamatkan semua makhluk. Buddha tidak pernah menyerah. Kita harus percaya akan hal ini. Demikianlah ikrar agung Buddha.

Tentu, kita juga harus meneladani ikrar Buddha. Jadi, kita harus membangun ikrar dengan tekad tertulus. Kita harus membangun ikrar yang sama dengan Buddha, yaitu menyelamatkan semua makhluk. Jika diri sendiri belum terbimbing, bagaimana kita membimbing orang lain? Jika diri sendiri belum tersadarkan, bagaimana kita membabarkan Dharma untuk menyadarkan orang lain?

Karena itulah, kita mendalami Dharma agar diri kita tersadarkan dan bisa menyadarkan orang lain. Demikianlah tekad dan ikrar kita. Jika kita bisa melatih diri sesuai Dharma, barulah hati kita bisa tersucikan. Dengan adanya Dharma, kita baru bisa membangkitkan rasa hormat dan membangun keyakinan yang mendalam. Jika kita sering mendengar Dharma, yakin pada Dharma, dan menerapkannya dalam keseharian, maka kita akan menyadari bahwa bersumbangsih membuat kita dipenuhi sukacita dalam Dharma.


Kita merasakan sukacita saat mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat. Saat orang lain tertolong, kita pun dipenuhi sukacita. Jadi, kita menggunakan Dharma untuk memperoleh sukacita. Sukacita yang timbul berkat Dharma, inilah sukacita dalam Dharma. Semakin percaya diri dan tertarik untuk menyerap Dharma, inilah ketekunan dan semangat.

Dengan penuh sukacita, kita melakukan segala kebajikan. Semakin bersukacita, kita akan semakin bersedia bersumbangsih. Inilah yang disebut melatih diri dalam sukacita. Semakin bersukacita, kita semakin bersedia mendalami Dharma. Dharma sangat mudah dipraktikkan. Dharma dapat dipraktikkan di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.


Semakin mendalami prinsip kebenaran, kita akan semakin bersedia mempraktikkannya dalam keseharian. Semua orang merasa bahagia dan dipenuhi sukacita dalam Dharma. Inilah yang disebut melakukan segala kebajikan dengan sukacita. Semakin banyak bersumbangsih, kita semakin bersukacita. Kita harus mendedikasikan seluruh waktu dan kehidupan kita.

Kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan hidup ini untuk mendalami Dharma. Kita harus sepenuh hati memahami ajaran Buddha dan mendedikasikan diri untuk itu. Jangan berkata bahwa kalian sudah lansia atau akan kelelahan. Itu bukanlah yang terpenting. Kita harus menggenggam waktu untuk bersumbangsih dengan sukarela dan menerima dengan sukacita.

Orang-orang berkata bahwa mereka ingin libur. Apa yang mereka lakukan saat libur? Mendaki gunung. Mereka libur untuk bersenang-senang. Apa bersenang-senang tidak perlu tenaga? Daripada bersenang-senang, lebih baik kita memanfaatkan waktu untuk melatih diri dan membawa manfaat bagi orang banyak. Demikianlah hendaknya kita memanfaatkan waktu dalam kehidupan sehari-hari.

Mendalami Dharma dengan hati tertulus serta senantiasa tekun dan bersemangat

Mendedikasikan diri untuk memahami ajaran Buddha

Melatih diri sesuai Dharma mendatangkan sukacita dalam Dharma

Mempraktikkan Dharma dalam keseharian untuk membawa manfaat bagi orang banyak

Ceramah Master Cheng Yen tanggal: 20 Mei 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal: 22 Mei 2018

Editor: Arimami Suryo A

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -