Ceramah Master Cheng Yen: Tulus Menghormati Relawan yang Menghargai Berkah dan Menjadi Teladan


“Master, saya Zhang Ju-ying, tahun ini baru berusia 85 tahun,”
kata Zhang Ju-ying relawan pelestarian lingkungan.

Begitu, ya? Kamu terlihat masih sangat bugar.

“Terima kasih atas ladang berkah yang Master berikan untuk kami garap sehingga tubuh kami sehat dan perasaan kami bahagia. Suatu hari, saat saya keluar untuk melakukan daur ulang, ada seorang bapak tua yang membuka dompetnya. Saya kira dia tidak membawa kunci, ternyata dia mengeluarkan 500 dolar NT (Rp250 ribu) untuk saya. Saya berkata saya bukan memulung untuk mencari nafkah. Anak saya ada menafkahi saya. Saya berkata bahwa saya melakukan daur ulang untuk Tzu Chi demi menolong Bumi,” lanjut Zhang Ju-ying.

“Suatu ketika, seorang ibu menyapa, ‘Kakak Ju-ying.’ Saya bertanya, ‘Aneh, saya tidak mengenal Anda, bagaimana Anda bisa mengenal saya? Bagaimana Anda tahu nama saya Ju-ying?’ Dia berkata, ‘Saya pernah melihat Anda di televisi. Anda mengumpulkan barang daur ulang dengan sepeda motor roda 3.’ Tetangga saya berkata, ‘Bukankah kamu bilang pundakmu sakit? Mananya yang sakit? Kamu masih bolak-balik mengangkut barang daur ulang.’ Saya menjawab, ‘Kalau mengumpulkan barang daur ulang, saya tidak akan merasa sakit. Saya akan lupa rasa sakit saya. Jika tidak, saya selalu merasa sakit di sana sini.’ Terima kasih, Master. Dengan adanya ladang berkah ini, kami menjadi makin sehat, keluarga kami pun harmonis,” pungkas Zhang Ju-ying.

“Dahulu, saya adalah penerima bantuan Tzu Chi. Saya tidak terlalu pandai bicara,” kata Zeng Fang-hua relawan pelestarian lingkungan.

“Saya adalah donatur Kakak Zeng Fang-hua. Lihatlah, selain melakukan daur ulang, dia juga menggalang hati dan membimbing orang. Dia membimbing dua orang relawan pria dan saya, jumlahnya ada 3 orang. Saya juga menulis sepenggal puisi untuknya. ‘Tak berani menjadi anggota komite karena tak bersekolah; tetapi menggalang donasi yang melimpah; 'anak ayamnya' satu demi satu bertambah; membimbing orang menjadi murid Master yang mulia’," kata Ji Cui-qiong relawan Tzu Chi.

Semuanya adalah permata bagi saya. Puisinya bukan hanya berima, tetapi juga sangat filosofis. Jadi, sesungguhnya pengetahuan kalian juga sangat dalam. Yang terpenting, kalian juga sangat pandai bersumbangsih. Kalian sungguh-sungguh mengubah sampah menjadi permata. Inilah yang harus kita lakukan bersama-sama, yakni menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk. Dari apa yang kalian katakan dan apa yang kalian lakukan, kalian seharusnya mengakui bahwa kehidupan kalian sangat berharga.


Saat melihat orang lain bersumbangsih, kita juga menyemangati mereka dan turut bersukacita. Inilah cara kita membimbing orang untuk menjadi Bodhisatwa. Saya selalu berkata bahwa kita harus menggunakan kebijaksanaan kita untuk membimbing orang menjadi Bodhisatwa dunia. Ini jugalah yang merupakan tujuan Buddha datang ke dunia. Jadi, kita semua menjalankan misi Tzu Chi juga demi tujuan mulia bagi dunia ini. Untuk itu, saya sangat berterima kasih kepada kalian.

Nama saya Gao A-ye. Saya tinggal di Neihu dan berkegiatan di Kompleks Tzu Chi Neihu. Ketika memilah kantong plastik, mata saya tidak akan tertutup. Saya tidak akan mengantuk ataupun menguap. Orang-orang bertanya, ‘Kak A-ye, Anda datang berapa hari dalam seminggu?’ Saya menjawab, ‘Saya hanya datang 7 hari dalam seminggu, tidak bisa lebih banyak lagi. Anda libur berapa lama pada Tahun Baru Imlek?’ Saya berkata, ‘Saya libur setengah hari untuk bersembahyang.’ Saya tidak ingin bersantai-santai selama tangan dan kaki saya masih bisa bergerak,” kata Gao A-ye Relawan Tzu Chi.

“Master, saya ingin bertobat di hadapan Master. Yang saya lakukan belum cukup banyak, tetapi Master malah memuji saya hingga saya terkenal di Taiwan dan luar negeri. Sungguh, yang saya lakukan belum cukup baik,” kata Gao A-ye.

Bagaimana Anda bersumbangsih, itulah yang saya katakan. Kita semua sangat jujur apa adanya.

Benar, saya hanya mengatakan apa yang saya lakukan,” ucap Gao A-ye.

Saya pun hanya mengatakan apa yang telah kalian lakukan.

“Terima kasih, Master,” kata Gao A-ye.

Kalian semua melakukannya dengan sangat baik.

“Tangan saya masih bisa seperti ini,” kata Gao A-ye.

Ladang pelatihan kita di Neihu juga sudah berdiri selama lebih dari 30 tahun. Saat berkunjung ke sana, saya selalu merasa sukacita dari lubuk hati terdalam. Suasananya sangat penuh semangat. Sejak saat itu, kalian semua mulai bersumbangsih di sana. Mulanya, di sana ada bangunan tua bekas taman kanak-kanak. Bangunan ini masih ada hingga sekarang. Di sana, ada dua bidang lahan yang dijadikan satu, benar? (Benar.)

Lahan satunya lagi adalah bekas bengkel mobil. Di bengkel mobil, kalian tahu biasanya ada aroma oli dan barang-barang yang tidak terpakai. Kondisinya sangat tidak sedap dipandang. Namun, di dalam hati saya merasa bahwa dengan adanya danau dan gunung di sana serta adanya orang-orang yang menyayangi lingkungan, tempat itu pasti bisa menjadi tempat yang indah. Inilah yang saya pikirkan saat itu. Kini, hasilnya sudah terlihat.


“Nenek Tang-mei yang membuat semua yang ada di atas meja. Setiap ta
hun, dia akan membawa sesuatu untuk diperlihatkan kepada Master. Namun, tahun ini dia berkata kepada saya, ‘Shu-min, bagaimana ini? Tahun ini, kondisi kesehatan saya kurang baik. Saya belum membuat apa-apa.’ Saya berkata, ‘Tidak apa-apa, perlihatkan saja apa yang sempat Anda buat kepada Master," kata Chen Shu-min relawan Tzu Chi.

Bagus sekali.

“Saya Zhang Tang-mei. Dari barang-barang ini, ada yang saya buat pada tahun lalu. Hanya itu yang saya buat pada tahun ini. Saat membuat jas hujan dari kain payung, saya tidak mengubah bagian bawahnya, hanya menambahkan penutup kepala di atasnya. Warnanya juga harus disesuaikan agar serasi. Cantik sekali. Tidak perlu biaya untuk membuat kancingnya,” kata Zhang Tang-mei relawan Tzu Chi.

“Kancingnya dibuat dari ujung rangka paying,” kata Chen Shu-min.

Hebat sekali.

“Usia saya 94 tahun,” ucap Zhang Tang-mei.

94 tahun?

Lihatlah, kain payung juga bisa dibuat menjadi jas hujan. Hasilnya juga sangat bagus. Lihatlah, kerajinan tangan itu sungguh mengandung kasih sayang di dalam setiap jahitan. Anda membuatnya dengan sepenuh hati. Tangan Anda sangat terampil. Hebat sekali. Terima kasih.

Dalam melestarikan lingkungan, kita harus bersungguh hati. Kita harus berusaha untuk membuat bumi ini sehat. Jangan membuat bumi ini tercemar dan makin sakit. Kita harus menjadi dokter bagi bumi. Segala yang kita lakukan akan menyentuh orang-orang yang melihatnya. Ini disebut sebagai edukasi.


Melihat para lansia ini begitu bersungguh hati untuk memilah barang daur ulang di tempat yang kotor sambil membungkuk, anak-anak muda akan tersentuh. Kita bukan melihat nilai dari barang yang didaur ulang, melainkan edukasi yang dapat kita berikan bagi kaum muda. Inilah letak nilainya. Namun, kini kita sangat perlu melakukan daur ulang. Contohnya, tali ini. Jika kita tidak memungutnya, mungkin saja orang lain akan tersandung olehnya.

Lihatlah, benda yang sekecil ini juga dapat membuat orang tersandung. Meski tali ini sangat kecil, tetapi bila tidak sengaja menginjaknya, orang juga bisa terjatuh. Jadi, kita yang melihat hendaknya memungutnya. Selain menyelamatkan bumi, kita juga membuat pejalan kaki lebih aman. Melihat para relawan pelestarian lingkungan, saya sangat berterima kasih dan bersukacita.

Selama kita semua masiih sehat, teruslah bersumbangsih. Inilah berkah. Orang berkata bahwa dapat bersumbangsih adalah berkah. Yang penting, kita menjaga kesehatan. Berhati-hatilah saat berjalan. Saya sendiri juga sudah lanjut usia. Saat berjalan, saya juga senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk lebih berhati-hati. Adakalanya, saya harus berpegang pada sesuatu. Begitulah kehidupan.

Kita harus mengingatkan diri sendiri untuk berhati-hati saat berjalan. Yang terpenting, masih sehat dan dapat bersumbangsih adalah berkah bagi kita. Jadi, lakukanlah selama masih bisa. Kita harus menjalin jodoh dari kehidupan ke kehidupan agar dapat saling bergandengan tangan dan membimbing semua makhluk di Jalan Bodhisatwa.    

Melindungi bumi dengan keteladanan ucapan dan tindakan
Kebijaksanaan dan keterampilan memperpanjang usia barang
Tulus menghormati mereka yang menghargai berkah dan menjadi teladan
Menjaga kesehatan untuk terus menjalin jodoh baik

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 30 Maret 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 01 April 2024 
The beauty of humanity lies in honesty. The value of humanity lies in faith.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -