Giat Melatih Diri untuk Melenyapkan Kegelapan Batin

Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Lihatlah seorang anak dari SD Tzu Chi Hualien. Adik Luo ini sudah setahun mengikuti orang tuanya mendengar ceramah pagi. mengikuti orang tuanya mendengar ceramah pagi. Dia juga membuat catatan ceramah pagi. Selain itu, dia juga berbagi catatannya dengan gurunya.

Dia memahami bahwa untuk melatih diri, kita harus melangkah keluar dari kegelapan kita harus melangkah keluar dari kegelapan karena di dalam kegelapan ada kejahatan. Dia menggambar sebuah labirin yang di dalamnya terdapat aksara Mandarin “Dharma”,  “malam” yang melambangkan kegelapan,  “malam” yang melambangkan kegelapan, dan “kejahatan” yang melambangkan noda batin. Hanya dengan berjalan mengikuti “Dharma”, baru kita bisa keluar dari labirin.

Dia juga menulis, “Melatih diri bagai berjalan masuk ke labirin. Diperlukan ketahanan baru kita bisa keluar dari labirin dan menemukan sifat hakiki yang murni dan mencapai kebuddhaan.” Dalam melatih diri, kita harus tahan terhadap cobaan. Dia telah memperoleh banyak pemahaman. Di dalam catatannya juga terdapat banyak gambar. Karena tidak bisa menulis dengan cepat, dia lalu membuat catatan dengan gambar.

Melihat anak ini memperoleh banyak pemahaman, saya sungguh merasa terharu. Hati anak-anak yang bajik dan murni membuat mereka mudah menyerap ajaran kebaikan. Namun, seiring pertumbuhan, banyak anak yang terpengaruh kegelapan batin dan kekeruhan. Anak yang bisa mempertahankan kemurnian hati sangat sedikit. Karena itu, mereka harus terus berada di lingkungan yang baik untuk menerima ajaran yang baik dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata agar keyakinan mereka bisa semakin dalam bagaikan akar pohon yang bisa tertanam kuat dan menjalar ke tempat yang jauh. Dengan demikian, pohon ini akan sangat kukuh dan tidak takut menghadapi topan. Jadi, kita harus memiliki keyakinan yang sangat kuat dan dalam.

Kita juga melihat sebuah berita di Louisiana, Amerika Serikat. Ada sebuah truk yang mengangkut tiga ekor gajah. Di tengah perjalanan, sang pengemudi melintasi wilayah lereng gunung. Pengemudi itu menghentikan truknya di sana untuk beristirahat sejenak. Namun, tanah di lereng gunung itu sudah agak longgar. Karena itu, truk yang berhenti di sana perlahan-lahan miring dan seperti akan terbalik.

Saya sangat tersentuh melihat dua ekor gajah keluar dari truk untuk menahan truk itu hingga petugas derek datang. Saya sangat terharu melihatnya. Inilah yang Buddha ajarkan kepada kita. Buddha mengajarkan kita untuk menghormati kehidupan dan meyakini bahwa semua makhluk hidup memiliki hakikat kebuddhaan.

Di dunia ini, terdapat gunung, sungai, hutan, tanaman obat-obatan, dan tanaman-tanaman lainnya. Semua itu memiliki rupa dan sifat masing-masing. Contohnya tanaman obat-obatan. Setiap tanaman obat memiliki khasiatnya masing-masing. Untuk mengobati suatu penyakit, kita harus terlebih dahulu memahami khasiat obat itu agar bisa memberikan obat sesuai dengan penyakit. Segala sesuatu memiliki sifatnya masing-masing. Hewan juga memiliki rupa dan sifat. Contohnya, harimau memiliki sifat yang ganas, sedangkan domba memiliki sifat yang lembut. Semua makhluk memiliki sifat yang berbeda-beda.

Sama halnya dengan kemampuan manusia untuk menyerap ajaran Buddha. Ajaran Buddha bagaikan hujan yang membasahi bumi. Pohon yang besar bisa menyerap air hujan yang banyak, sedangkan air yang diserap oleh rumput sangatlah sedikit. Buddha berharap kita semua bisa menyadari hakikat kebuddhaan di dalam diri. menyadari hakikat kebuddhaan di dalam diri. Lingkungan yang berbeda-beda membentuk tabiat yang berbeda-beda pula. Karena itu, kita perlu menggunakan Dharma untuk membasahi batin.

Kita bisa melihat di Lesotho terdapat banyak relawan. Sekelompok relawan itu pernah menerima bantuan dari Tzu Chi. Kini mereka sangat kaya secara batin. Meski hidup kekurangan, mereka juga bisa menjadi orang yang membantu sesama. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Sungguh, kita harus saling mewariskan kekuatan cinta kasih dan saling membantu.

Kita juga melihat penyaluran bantuan darurat di Filipina. Kobaran api yang melahap sebuah permukiman membawa kerusakan besar. Sebagian besar korban bencana itu berasal dari keluarga kurang mampu. Relawan Tzu Chi juga segera bergerak untuk memberikan bantuan darurat. Warga setempat yang pernah menerima bantuan dari Tzu Chi juga segera bergerak untuk memberikan bantuan kepada para korban bencana.

Inilah insan Tzu Chi. Mereka mengembangkan kekuatan cinta kasih untuk bersumbangsih dengan gembira. Tanpa membedakan kaya ataupun miskin, setiap orang  memiliki tenaga untuk bersumbangsih. Sama halnya dengan kedua ekor gajah tadi yang memiliki kekuatan besar untuk menahan truk tersebut dalam waktu yang sangat lama.

Setelah petugas derek datang, baru mereka melepaskannya. Jika hewan bisa melakukannya, manusia juga seharusnya bisa mengemban tanggung jawab untuk menciptakan kedamaian bagi dunia dan bersumbangsih bagi dunia dengan penuh cinta kasih. Setiap orang harus saling menyemangati dan mendukung. Setiap orang bisa berkontribusi bagi sesama. Bahkan anak-anak juga bisa melakukannya.

”Ibu saya memberi lima peso kepada saya setiap hari. Saya selalu menyisihkan tiga peso setiap hari karena saya ingin membantu orang lain. Tanpa bantuan dari Tzu Chi, mungkin saya tidak bisa menjadi anak yang baik. Mungkin saya akan melakukan hal buruk. Karena itu, saya sangat bersyukur karena bisa bergabung dengan organisasi ini. Tzu Chi banyak membantu saya. Melihat kondisi pascatopan Haiyan, saya merasa sangat sedih. Banyak orang tidak memiliki makanan dan tempat tinggal. Karena itu, saya mendonasikan uang saya untuk membantu mereka meski uang saya hanya sedikit,” ucap anak penerima bantuan Tzu Chi di Filipina.

Inilah kekuatan cinta kasih. Dengan terus membentangkan jalan yang penuh cinta kasih, kita bisa menyucikan hati manusia dan membimbing anak-anak ke arah yang bajik. Anak-anak adalah harapan masa depan kita. Karena itu, kita harus membimbing mereka dengan baik. Dunia ini membutuhkan kekuatan cinta kasih. Jadi, harap semuanya lebih bersungguh hati.

Anak-anak memiliki kepolosan dan kebajikan

Semua makhluk hidup di dunia memiliki hakikat kebuddhaan

Tahan terhadap pelatihan diri yang penuh cobaan untuk melenyapkan kegelapan batin

 Membersihkan hati dengan air Dharma dan membentangkan jalan dengan penuh cinta kasih

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 27 Maret 2015

Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -