Giat Menapaki Jalan Bodhisatwa

Saya sangat gembira melihat para anggota komite, Tzu Cheng, dan komisaris kehormatan yang baru dilantik. Ini menandakan bertambahnya anggota keluarga besar Tzu Chi. Pelantikan hanya bersifat simbolis, bukan berarti hanya dengan disematkan kartu anggota komite atau Tzu Cheng, seseorang sudah bisa disebut Bodhisatwa dunia. Ini hanya sebuah permulaan, sama halnya dengan kalian membeli tiket kereta. Jika sudah mendapat tiket, tetapi tidak naik ke dalam kereta, maka kalian akan tetap berada di tempat semula. Kalian akan tetap menjadi makhluk awam. Setelah mendapat tiket kereta, kalian harus naik ke dalam kereta. Kalian harus menapaki Jalan Bodhisatwa dan giat melatih diri.

Saya mendengar bahwa kalian semua sangat giat mendengar ceramah pagi. Kita juga telah mendengar Relawan Huang berbagi tentang kisahnya. Awalnya, dia adalah relawan yang sangat giat dan aktif dalam semua kegiatan Tzu Chi. Berkat kerja keras Relawan Huang, kalian memiliki tempat untuk menghirup keharuman Dharma. Dia berharap semua orang bisa mengikuti peraturannya.  Namun, dengan jumlah orang yang begitu banyak, tentu pendapat yang muncul juga berbeda-beda. Lalu, timbul kesombongan dan kebencian di dalam hatinya.

“Karena terlalu tinggi hati, semakin berkomunikasi dengan yang lain, saya merasa semakin marah. Lalu, saya meninggalkan semua kegiatan Tzu Chi. hanya tetap mendengar ceramah pagi Master. Hingga tanggal 9 September, Master mengulas bahwa bisa menjaga keselarasan antara orang, hal, dan prinsip, baru bisa disebut sempurna. Saat itu, saya tiba-tiba tersadarkan. Meski saya bisa merencanakan banyak hal dengan baik, tetapi tanpa hubungan yang baik dengan sesama, semua itu masih belum sempurna,” ucapnya.

Jika hubungan antarmanusia harmonis dan segala hal dapat diselesaikan dengan sempurna, barulah kita disebut selaras dengan kebenaran. Jika hanya mendengar Dharma tanpa mempraktikkannya, maka kita tidak akan mengalami kemajuan. Meski telah sadar, kita tidak memiliki kasih sayang. Kita hendaknya memiliki kesadaran dan kasih sayang. Kita juga jangan meremehkan diri sendiri. Dengan terjun ke tengah masyarakat,  baru kita berkesempatan untuk menjalin jodoh baik dan membina kebijaksanaan kita. Dengan menciptakan berkah di tengah masyarakat, baru kita bisa membina berkah dan kebijaksanaan. Karena itu, saya berharap setiap orang dapat menyerap Dharma ke dalam hati.

Setelah itu, kita juga harus mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Jika tidak, seiring detik demi detik yang terus berlalu tanpa henti,  kita hanya semakin tua. Sungguh, waktu berlalu dengan sangat cepat. Seiring berjalannya waktu, karma baik dan buruk juga terus terakumulasi. Jika berbuat baik, maka kita akan memperoleh buah yang baik, begitu pula sebaliknya.  Sebagian orang berkata, “Saya selalu berbuat baik. Mengapa saya bisa mengalami hal yang membuat saya begitu sedih?”  Kita harus selalu ingat bahwa sebutir benih yang ditabur di tanah membutuhkan berbagai kondisi pendukung untuk tumbuh. Ia tidak mungkin langsung bertunas pada hari itu juga. Meski semua kondisi pendukung sudah terpenuhi, ia tetap membutuhkan waktu untuk tumbuh.

Karma yang pernah kita ciptakan di masa lampau terus mengikuti kita sehingga kita menerima buah karma pada kehidupan ini. Karena sudah menabur benih, kita tidak bisa menghindar dari buah karma. Jadi, wajar jika kita mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Bagi orang-orang yang tidak mendengar Dharma, mereka akan sering mengeluh tentang segala sesuatu yang mereka alami. Ini merupakan noda batin. Noda batin ini membuat kita terkurung di dalam penjara batin. Itu membawa penderitaan yang sangat besar.

Penderitaan di dunia ini terdiri atas lahir, tua, sakit, mati, berpisah dengan yang dikasihi, bertemu dengan yang dibenci, keinginan yang tidak tercapai, dan keterikatan pada Lima Agregat. Ini disebut Delapan Penderitaan. Lahir, tua, sakit, dan mati adalah empat penderitaan pertama. Penderitaan selanjutnya adalah bertemu dengan yang dibenci. Sebagian orang benar-benar membenci orang lain dari lubuk hati. Jadi, begitu bertemu, rasa benci itu pun terbangkitkan. Bertemu dengan orang yang dibenci membuat kebencian dan kemarahan kita mudah terbangkitkan. Ini akan membawa penderitaan batin yang besar. Selain mendatangkan penderitaan batin, rasa benci ini juga akan terus terakumulasi  dan membangkitkan lebih banyak noda batin. Inilah penderitaan bertemu dengan yang dibenci.

Selain itu, juga ada penderitaan akibat keinginan yang tidak tercapai dan berpisah dengan yang dikasihi. Penderitaan akibat berpisah dengan yang dikasihi sungguh tak terkira. Namun, inilah kehidupan. Jadi, keinginan yang tidak tercapai, bertemu dengan yang dibenci, dan berpisah dengan yang dikasihi juga merupakan penderitaan. Terkadang, kita tidak bisa bersama orang yang kita kasihi karena terpisah oleh jarak yang sangat jauh.  Semua penderitaan ini sungguh tak terkira.

Ditambah lagi, kita sendiri terikat oleh Lima Agregat, yakni rupa, perasaan, persepsi, dorongan pikiran, dan kesadaran. Gejolak agregat batin kita membuat kita tidak bisa berpikir dengan jernih. Kita juga tidak dapat membebaskan diri darinya. Ia bagai api yang membakar batin kita setiap hari. Karena tidak bisa membebaskan diri dari Lima Agregat, kita mengalami banyak penderitaan. Akibatnya, sering terjadi konflik di dalam batin kita sendiri.

Sebagai praktisi Buddhis, saya berharap kita dapat mengalahkan Mara di dalam batin kita dan selalu membangkitkan hati Bodhisatwa. Saya sering berkata bahwa karma baik ataupun buruk yang kita ciptakan akan terakumulasi seiring berjalannya waktu. Jika kita menuju ke arah yang baik, maka kita dapat mengakumulasi karma baik. Dengan demikian, kita dapat perlahan-lahan membuang tabiat buruk dan terus menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan pikiran baik.

Bodhisatwa sekalian, pelantikan hari ini adalah permulaan bagi kalian untuk membimbing orang lain. Saya berharap setiap orang dari kalian bisa memiliki hati Buddha yang penuh cinta kasih dan welas asih agung serta memiliki tekad Guru, yakni membimbing setiap orang  menjadi Bodhisatwa dunia. Dengan demikian, baru kita bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang aman dan tenteram serta dunia yang damai dan terbebas dari bencana.


Pelantikan relawan melambangkan sebuah permulaan

Giat menapaki Jalan Bodhisatwa

Mengatasi noda batin

Menciptakan berkah bagi masyarakat untuk membina berkah dan kebijaksanaan

 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 Januari 2015

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -